Wednesday, February 15, 2012

DUNIA KETUHANAN

10 alasan mengapa kita menganut agama Islam (You must Know)

by :armhando.com
Setidaknya ada sepuluh alasan kenapa kita menganut agama Islam beserta ayat-ayat yang mendukung (Anda harus Tahu) . Kesepuluh alasan tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, karena kita ingin hidup di dalam naungan ridha Allah سبحانه و تعالى . Sedangkan Allah سبحانه و تعالى telah menegaskan di dalam Kitab-Nya bahwa satu-satunya agama atu jalan hidup yang diridhai-Nya hanyalah agama Islam. Tidak ada seorangpun Muslim yang pernah membaca ayat di bawah ini kecuali pasti akan menjadikan Islam sebagai satu-satunya pilihan agama yang ia anut. Karena Allah سبحانه و تعالى hanya meridhai atau melegalisir agama Islam, bukan agama selain Islam.

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ
"Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam."
(QS. Ali Imran [3] : 19)

Seorang Muslim sangat peduli memperoleh ridha Allah سبحانه و تعالى dalam hidupnya. Ia tidak risau jika pak RT atau pak RW atau presiden atau bahkan penguasa negara superpower sekalipun tidak ridha kepadanya. Tapi ia sangat risau jika Allah سبحانه و تعالى Penguasa langit dan bumi tidak meridhai hidupnya.
Ayat di atas bukan saja menegaskan bahwa penganut agama Islam bakal memperoleh ridha dan restu Allah سبحانه و تعالى , tetapi secara implisit juga menegaskan bahwa barangsiapa mencari agama selain Islam berarti ia hidup di dunia tanpa keridhaan Allah سبحانه و تعالى . Jika Allah سبحانه و تعالى tidak ridha kepadanya berarti ia bakal menderita kerugian di akhirat nanti. Sebab murka Allah سبحانه و تعالى menanti dirinya. Bagaimana tidak? Allah سبحانه و تعالى telah memberikan begitu banyak nikmat —lahir maupun batin— kepadanya, namun ia malah tidak bersyukur terhadap nikmat yang paling utama, yaitu hidayah agama Islam. Bukti tidak bersyukurnya ialah dia memilih agama selain Islam yang sesungguhnya menjauhkan dirinya dari Ridha Allah سبحانه و تعالى .

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (QS. Ali Imran [3] : 85)

Keridhaan Allah سبحانه و تعالى akan tercurah kepada kita karena kita memilih untuk beridentitas Islam, bukan yang lainnya. Sebab Allah سبحانه و تعالى menyuruh kita saat berinteraksi dengan penganut agama lainnya agar menawarkan prinsip hidup tauhid kepada mereka sebagai kesepakatan bersama. Tetapi kemudian jika mereka berpaling, kita tidak disuruh untuk berkompromi dengan mereka, misalnya dengan mencari identitas “pertengahan” seperti nasionalisme dan sejenisnya. Allah سبحانه و تعالى menyuruh kita untuk memproklamirkan diri sebagai orang-orang yang beridentitas Islam.

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلا نَعْبُدَ إِلا اللَّهَ وَلا نُشْرِكَ بِهِ

شَيْئًا وَلا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
"Katakanlah, 'Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah'. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka, 'Saksikanlah, bahwa kami adalah kaum muslimin (orang-orang yang berserah diri kepada Allah)'." (QS. Ali Imran [3] : 64)


Kedua, kita menganut agama Islam karena ingin hidup seirama dengan gerak alam semesta. Seluruh makhluk di langit maupun di bumi bersikap “Islam” atau berserah-diri, bersujud, tunduk dan patuh kepada Allah سبحانه و تعالى . Maka kita tidak ingin memilih irama yang berbeda dengan gerak alam. Kita kaum Muslimin sangat merasa perlu untuk hidup dalam harmoni keserasian dengan alam seluruhnya.


أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ

وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُوَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ
"Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia?"
(QS. Al-Hajj [22] : 18)


Kita menganut Islam karena kita ingin dengan sukarela berserah diri kepada Allah سبحانه و تعالى . Kita sangat sadar bahwa kita semua berasal dari Allah سبحانه و تعالى dan akan dikembalikan kepada Allah سبحانه و تعالى sebagai akhir perjalanan hidup.

أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
"Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri (aslama) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan.” (QS. Ali Imran [3] : 83)


Ketiga, kita menganut agama Islam karena ingin dikumpulkan bersama orang-orang terbaik sepanjang zaman. Dari zaman ke zaman, dari negeri ke negeri Allah سبحانه و تعالى mengutus para Nabi dan Rasul-Nya untuk menyampaikan pesan Allah سبحانه و تعالى bahwa hidup di dunia ini adalah untuk menjalankan misi beribadah kepada Allah سبحانه و تعالى semata dan menjauhkan diri dari musuh-musuh-Nya yaitu para thaghut. Berfihak kepada al-haq(kebenaran) dan tidak berkompromi dengan al-bathil(kebatilan).
Para Nabi dan Rasul Allah merupakan manusia-manusia terbaik sepanjang zaman. Kita ingin dikumpulkan bersama mereka kelak di Akhirat nanti. Oleh karena itu kita menganut Islam. Sebab Islam merupakan agama yang telah dianut bahkan diperjuangkan oleh setiap Nabi dan Rasul Allah sepanjang sejarah.

قُلْ آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ

وَالأسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَىوَعِيسَى وَالنَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
"Katakanlah, 'Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, 'Isa dan para nabi dari Rabb mereka'. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menjadi kaum muslimun (menyerahkan diri)."
(QS. Ali Imran [3] : 84)


Bahkan kita sangat berambisi agar bisa dikumpulkan bersama orang-orang terbaik sesudah level para Nabi dan Rasul Allah, yaitu para shiddiqiin (orang-orang yang selalu dalam kebenaran), syuhada (orang-orang yang mati syahid terbunuh oleh musuh-musuh Allah سبحانه و تعالى ) sertasholihiin (orang-orang yang menyibukkan diri mengerjakan amal ibadah dan amal sholeh). Sebab mereka inilah orang-orang yang paling pantas kita jadikan sebagai sebaik-baiknya teman setia di dunia maupun di Akhirat kelak.


وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ

وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا
"Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya." (QS. An-Nisa [4] : 69)

Keempat, kita menganut agama Islam karena ingin mati sebagai muslim yaitu sebagai orang yang berserah diri kepada Allah سبحانه و تعالى . Kita tidak mau mati sebagai seorang yang kafir kepada Allah سبحانه و تعالى . Demikian pula, kita tidak ingin mati sebagai orang yang berpura-pura atau bermain-main menjadi seorang yang beriman alias menjadi seperti kaum munafik. Begitu pula, kita tidak mau mati dalam keadaan sebagai seorang yang murtad. Mengapa? Karena Allah سبحانه و تعالى menyuruh kita untuk tidak mati kecuali dalam keadaan sebagai seorang muslim.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS Ali Imran 102)
Orang yang mati dalam keadaan beragama Islam akan mendapat keselamatan dan kebahagiaan hakiki dan abadi di akhirat kelak dengan dimasukkan Allah سبحانه و تعالى ke dalam jannah-Nya (surga-Nya). Sedangkan orang yang mati dalam keadaan selain beragama Islam pasti celaka di akhirat, karena Allah سبحانه و تعالى bakal memasukkan dirinya ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Semua orang yang mati dalam keadaan kafir, munafik atau murtad berarti mati tidak dalam keadaan beragama Islam. Ia bakal hidup dalam kesengsaraan hakiki dan abadi di dalam azab Allah tersebut. Wa na’udzubillaahi min dzaalika...
Maka seorang yang mati dalam keadaan beragama Islam berarti telah mempersiapkan dirinya untuk mampu menjawab beberapa pertanyaan fundamental malaikat ketika dirinya sudah menjadi mayat berada di dalam kuburnya. Sebagaimana disebutkan Rasulullah صلى الله عليه و سلم di dalam hadits berikut:

قَالَ فَتُعَادُ رُوحُهُ فِي جَسَدِهِ فَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ رَبِّيَ اللَّهُ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا دِينُكَ فَيَقُولُ دِينِيَ الْإِسْلَامُ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ فَيَقُولُ هُوَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَقُولَانِ لَهُ وَمَا عِلْمُكَ فَيَقُولُ قَرَأْتُ كِتَابَ اللَّهِ فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ فَيُنَادِي مُنَادٍ فِي السَّمَاءِ أَنْ صَدَقَ عَبْدِي
Kata Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم : “... lantas rohnya di kembalikan ke jasadnya, kemudian dua malaikat mendatanginya dan mendudukkannya dan bertanya Siapa Rabbmu?”. Ia menjawab “Rabb-ku Allah. Tanya keduanya "Apa agamamu?" Ia menjawab: “Agamaku Islam." Keduanya bertanya "Bagaimana komentarmu tentang laki-laki yang diutus kepada kamu ini? Si mayit menjawab "Oh, dia Rasulullah صلى الله عليه و سلم .Keduanya bertanya "Darimana kamu tahu itu semua? Ia menjawab "Aku membaca Kitabullah sehingga aku mengimaninya dan membenarkannya. Lantas ada Penyeru di langit memanggil-manggil:"HambaKu benar...” (HR Ahmad – Shahih)

Kelima, kita menganut agama Islam karena ingin meneladani Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم yang disebut Allah سبحانه و تعالى merupakan rahmat bagi semesta alam.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS Al-Anbiya)
Seorang manusia yang menjalani kehidupan mengikuti agama Islam, berarti ia telah mengambil peranan sebagai rahmat bagi sekelilingnya. Sebab hakikat menjadi rahmat bagi sekelilingnya ialah ketika seseorang loyal dan istiqomah di dalam menganut agama Islam. Jangan dibalik. Bila orang kebanyakan (yang aqidahnya rusak serta terlanjur tenggelam dalam dosa) merasa terganggu oleh kehadiran orang yang sesungguhnya sholeh, maka orang sholeh itu dituduh tidak menjadi rahmat bagi orang-orang sekelilingnya (yang terlanjur gemar kemusyrikan dan bermaksiat alias durhaka kepada Allah سبحانه و تعالى ). Akhirnya supaya dianggap menjadi “rahmat” bagi orang-orang tersebut si sholeh tadi berkompromi dan menunjukkan sikap mencampuradukkan yang haq dengan yang batil. Ini pengertian yang keliru dari makna “rahmat bagi semesta alam.”
Maka, kita menganut agama Islam dan berusaha untuk istiqomah dengannya, karena tahu bahwa satu-satunya tolok-ukur kalau dirinya menjadi rahmat bagi sekelilingnya adalah ketika ia sibuk berusaha meneladani Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم dalam sebanyak mungkin aspek kehidupannya.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ
كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak mengingat Allah.” (QS Al-Ahzab 21)
Keenam, kita menganut agama Islam karena ingin kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang jauh lebih baik lagi di akhirat kelak nanti. Sebab seorang muslim yakin bahwa hidupnya belum berakhir ketika ia meninggal dunia. Ia sangat yakin bahwa kehidupan dunia ini fana dan masih ada kehidupan akhirat yang menantinya. Di dunia ini ia hanya menjalani kehidupan sementara dan sangat singkat. Sedangkan di akhirat nanti ia bakal menjalani kehidupan yang abadi dan hakiki. Kesenangan serta penderitaan di dunia merupakan kesenangan dan penderitaan yang artifisial. Sedangkan kesenangan dan derita di akhirat merupakan kesenangan dan derita yang sejati.
Maka seorang muslim tentunya ingin hidup baik dan senang di dunia, tetapi ia lebih fokus mengejar hidup yang baik dan senang di akhirat. Seorang muslim tentunya tidak ingin hidup yang buruk dan menderita di dunia, tapi ia lebih tidak ingin lagi hidup buruk dan menderita di akhirat nanti. Sedangkan  Allah سبحانه و تعالى menjanjikan bahwa jika ia menjadi penganut Islam yang baik dan benar, niscaya ia bakal memperoleh hidup yang baik di dunia dan hidup yang jauh lebih baik lagi di akhirat kelak nanti.

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ
حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An-Nahl 97)
Yang sering mengecohkan manusia ialah kesalahfahaman mengenai makna “hidup yang baik di dunia.” Kebanyakan manusia modern mengartikannya sebagai hidup dengan berkecukupan dan kaya serta sukses meraih gelar akademis bahkan punya jabatan dan menjadi orang yang populer. Padahal tolok-ukur kesuksesan hidup di dunia, bagi seorang muslim, bukanlah itu. Kesuksesan diukur berdasarkan “taqwa”. Sedangkan taqwa ialah seberapa jauh seseorang menjalankan perintah-perintah Allah سبحانه و تعالى dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Seringkali karena seseorang patuh menjalankan perintah Allah سبحانه و تعالى (misalnya perintah berda’wah, amar ma’ruf dan nahi mungkar serta berjihad di jalan Allah) malah justeru dituduh sebagai pengacau, ekstrimis atau bahkan teroris, lalu dipenjara oleh penguasa zalim. Atau tatkala ia menjauhi larangan Allah سبحانه و تعالى (misalnya larangan mencuri/korupsi, berzina, memakan riba/bunga bank serta mentaati/berkompromi/berkoalisi dengan thaghut) malah ia dicap sebagai seorang yang kaku, radikal, kolot serta tidak progresif oleh kaum liberalis yang ingin hidup memperturutkan hawa-nafsu mereka. Apakah orang-orang seperti ini hidupnya tidak baik? Oh tidak, justeru inilah orang-orang yang sesungguhnya memperoleh “hidup yang baik di dunia” jika mereka tetap sabar dan istiqomah mematuhi Allah سبحانه و تعالى apapun resiko yang mesti mereka alami. Subhaanallah....!

Ketujuh, kita menganut agama Islam karena tidak mau menjadi orang yang berdusta sesudah mengaku beriman. Kita sadar bahwa sekedar berikrar syahadatain tidak serta-merta memastikan diri menjadi seorang yang benar imannya. Bahkan berpeluang masuk ke dalam golongan kaum munafik. Wa na’udzubillaahi min dzaalika...!
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS Al-Ankabut 2-3)

Hidup seorang yang mengaku beriman pasti dipenuhi dengan ujian demi ujian dari Allah سبحانه و تعالى untuk menyingkap apakah dirinya seorang mukmin yang benar ucapannya ataukah seorang munafik yang terbiasa berdusta. Allah سبحانه و تعالى secara tegas menggolongkan kaum munafik yang suka berdusta sebagai orang-orang yang pada hakikatnya tidak beriman walau lisannya mengaku dirinya beriman.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ
“Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.” (QS Al-Baqarah 8)
 
Kedelapan, kita menganut agama Islam karena menyadari bahwa iman tidak bisa diwarisi dari orangtua atau nenek moyang kita. Iman dan Islam bukanlah perkara yang secara otomatis diwariskan dari orang-tua kepada anak-keturunannya. Menjadi orang beriman harus melalui sebuah perjuangan memelihara iman dan tauhid serta kesungguhan doa kepada Allah سبحانه و تعالى agar senantiasa menunjuki kita jalan hidayah dan keselamatan di dunia dan di akhirat. Seorang ustadz yang alim dan sholeh tidak serta-merta mempunyai anak-keturunan yang juga alim dan sholeh. Jangankan seorang ustadz, bahkan seorang Nabiyullah-pun tidak selalu anaknya pasti menjadi orang beriman. Hal ini kita dapati di dalam kisah Nabiyullah Nuh ‘alaihis-salam.
وَنَادَى نُوحٌ رَبَّهُ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ابْنِي مِنْ أَهْلِي وَإِنَّ وَعْدَكَ الْحَقُّ وَأَنْتَ أَحْكَمُ
الْحَاكِمِينَ قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلا تَسْأَلْنِي
مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ
“Dan Nuh berseru kepada Rabbnya sambil berkata: "Ya Rabbku, sesungguhnya anakku, termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya." Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikat) nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." (QS Huud 45-46)
Allah سبحانه و تعالى menegur Nabi Nuh agar jangan menganggap puteranya yang condong memilih kafir daripada iman sebagai bagian dari keluarganya. Bahkan Allah melarang Nabi Nuh mengajukan permohonan doa yang mencerminkan seolah dirinya selaku Nabi tidak berpengetahuan dalam persoalan mendasar ini. Yaitu persoalan aqidah sebagai pengikat sejati antar manusia, bahkan antara anak dan ayah. Pengikat sejati antar manusia adalah iman dan tauhid, bukan darah dan garis keturunan.
Demikian pula dengan Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم . Beliau dengan tegas memperingatkan kepada anak-keturunannya agar jangan mengandalkan garis keturunan sebagai hal yang otomatis mendatangkan keistimewaan dibandingkan orang lainnya yang tidak bergaris keturunan hingga ke Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم . Tidak mentang-mentang seseorang merupakan bagian dari ahli bait Rasulullah صلى الله عليه و سلم kemudian ia menjadi yakin dan pasti bahwa dirinya bakal masuk surga dan memperoleh syafaat dari Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم . Tidak...!
إن أهل بيتي هؤلاء يرون أنهم أولى الناس بي وليس كذلك إن أوليائي منكم المتقون من كانوا و حيث كانوا - إسناده صحيح رجاله كلهم ثقات
“Ahli Baitku berpandangan bahwa mereka adalah orang-orang yang paling berhak mendapat syafaatku, padahal tidaklah demikian. Sesungguhnya para waliku di antara kamu sekalian adalah yang bertaqwa, siapapun dia dan dimanapun adanya.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Ashim dalam “As-Sunnah” dan dipandang shahih oleh Al Al-Bani dalam takhrij beliau)
 
Kesembilan, kita menganut agama Islam karena faham bahwa zaman yang sedang berlangsung dewasa ini merupakan era penuh fitnah dimana ancaman utama ialah munculnya gejala “murtad tanpa sadar”. Sehingga Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم menggambarkannya seperti sepenggal malam yang gelap-gulita.
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ
يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا
وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا
Nabi صلى الله عليه و سلم bersabda: "Segeralah kalian beramal sebelum datangnya fitnah-fitnah seperti malam yang gelap gulita. Di pagi hari seorang laki-laki masih dalam keadaan mukmin, lalu menjadi kafir di sore harinya. Di sore hari seorang laki-laki masih dalam keadaan mukmin, lalu menjadi kafir di pagi harinya. Dia menjual agamanya dengan barang kenikmatan dunia."
(HR Muslim -Shahih)
Hadits di atas menggambarkan dengan tepat sekali kondisi dunia dewasa ini. Bila jujur dalam menilai, semua kita pasti merasakan betapa fitnah telah merebak ke segenap lini kehidupan. Entah itu fitnah ideologi, politik, sosial, ekonomi, budaya, hukum, pendidikan, media, militer dan lain-lainnya. Sehingga Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم tidak mengatakan bahwa gejala yang muncul ialah “di pagi hari seorang lelaki berbuat kebaikan, lalu berbuat kejahatan di sore harinya.” Tidak, Nabi tidak berkata demikian..! Sebab sejahat-jahatnya seseorang, namun bila iman dan tauhid masih bersemayam di dalam dadanya, ia masih berpeluang diampuni Allah سبحانه و تعالى . Jelas-tegas Nabi muhammad صلى الله عليه و سلم mengatakan “pagi beriman, sorenya kafir..!” Gejala “murtad tanpa sadar” inilah yang harus kita waspadai..!
Dalam hadits lainnya, kita temukan prediksi Nabi muhammad صلى الله عليه و سلم yang dengan tepat menggambarkan keadaan kaum muslimin dewasa ini.
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ
حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ
قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda: "Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak sekalipun kalian pasti akan mengikuti mereka." Kami bertanya; "Wahai Rasulullah, apakah mereka itu kaum Yahudi dan Nasrani?" Beliau menjawab: "Siapa lagi kalau bukan mereka?" (HR Muslim - Shahih)
Tidakkah seperti itu kondisi sebagian besar kaum muslimin dewasa ini? Mereka mengekor secara membabi-buta kepada “the western civilization” (peradaban barat) yang tidak lain ialah “the judeo-christian civilization” (peradaban yahudi-nasrani) yang sedang mendominasi dunia saat ini. Dalam berideologi meyakini faham sekularisme, humanisme, pluralisme dan liberalisme. Dalam berhukum menolak hukum Allah سبحانه و تعالى dan membanggakan hukum produk manusia. Dalam berbudaya menjadikan syahwat sebagai tujuan bukan dzikrullah (mengingat Allah). Menjadikan riba sebagai praktek utama berekonomi yang diterima tanpa peduli larangan dan ancaman Allah سبحانه و تعال. Ikatan sosial dirajut berlandaskan faham nasionalisme bukan aqidah tauhid sebagaimana yang Allah perintahkan. Dalam berpolitik menjadikan faham Machiavelli (tujuan menghalalkan segala cara) serta demokrasi sebagai acuan utama, bukannya memperjuangkan tegaknya kedaulatan Allah سبحانه و تعالى dengan menerapkan syariah Islam sebagai aturan bersama. Media menjadi sarana penyebar-luasan kebohongan, kerusakan, humbar aurat, kelalaian bahkan kemusyrikan, bukan menjadi penerang yang menyadarkan manusia akan hakikat dan tujuan hidupnya. Sekolah formal sebagai sarana utama pendidikan malah menjadi penyebab utama disintegrasi keluarga serta tempat dimana anak belajar menjadi nakal dan mempersekutukan Allah, bukan menjadi santun dan ber-tauhid.
Pantas bilamana Allah سبحانه و تعالى memperingatkan kita akan bahaya kaum yahudi dan nasrani yang selalu menginginkan kaum muslimin mengekor kepada millah (baca: jalan hidup) mereka. Bahkan Allah سبحانه و تعالى memperingatkan kita bahwa jika loyalitas diserahkan kepada kaum yahudi dan nasrani, maka Allah tidak lagi memandang kita masih beragama Islam, alias murtad..!
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti millah mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS Al-Baqarah 120)
Allah jelas-tegas menyatakan bahwa "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Islam itulah petunjuk Allah. Islam itulah petunjuk yang benar. Mengapa sebagian kita mengikuti petunjuk kaum yahudi dan nasrani? Pantas dewasa ini sebagian besar kaum muslimin tidak merasakan pertolongan dan perlindungan Allah, sebab mereka sibuk mencari pertolongan dan perlindungan dari kaum yahudi dan nasrani..!
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ
بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS Al-Maidah 51)
 
Kesepuluh, kita menganut agama Islam karena sadar bahwa saat ini kaum muslimin sedang hidup di babak keempat perjalanan sejarah ummat Islam. Dan babak ini merupakan “the darkest ages of the Islamic era” (babak paling kelam dalam sejarah Islam). Di babak ini kaum muslimin hidup di bawah dominasi kepemimpinan mulkan jabbriyyan (para penguasa yang memaksakan kehendak dan mengabaikan kehendak Allah dan Rasul-Nya). Belum pernah di dalam sejarah ummat Islam kita mengalami babak yang lebih kelam daripada babak ini. Simak hadits Nabiصلى الله عليه و سلم berikut ini:
تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِفَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّا فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ
“Masa (1)kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang masa (2)Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian, selama beberapa masa hingga Allah mengangkatnya, kemudian datang masa (3)Raja-raja yang Menggigit selama beberapa masa, selanjutnya datang masa (4)Raja-raja/para penguasa  yang Memaksakan kehendak (diktator) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah, setelah itu akan terulang kembali (5)Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian. Kemudian Rasul SAW terdiam.” (HR Ahmad - Shahih)
Pada babak ketiga kaum muslimin sempat mengalami kepemimpinan yang juga bermasalah karena yang memimpin adalah para khalifah yang dijuluki Nabi صلى الله عليه و سلم sebagai mulkan aadhdhon (para raja yang menggigit). Mengapa? Sebab pada masa itu pergantian khalifah bak sistem kerajaan yaitu diwariskan dalam lingkup keluarga raja secara turun-temurun. Sehingga mereka dijuluki para raja. Lalu mengapa disebutmenggigit? Karena tidak sedikit di antara mereka yang memang berlaku zalim secara pribadinya, namun betapapun para kahliafah tersebut masih memenuhi kriteria sebagai ulil amri dalam hal kepemimpinannya dimana bila ada perselisihan, mereka masih menjadikan Allah (Al-Qur’an) serta Ar-Rasul (As-Sunnah) sebagai rujukan utama. Tidak demikian halnya di babak keempat dewasa ini. Para pemimpin dan pembesar yang ada mengambil rujukan selain Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam menyelesaikan persoalan masyarakat di dalam negara yang dipimpinnya. Inilah hal yang paling membedakan antara babak ketiga dengan babak keempat perjalanan sejarah ummat Islam. Di babak ketiga ummat masih merasakan kepemimpinan “ulil amri” sedangkan di babak keempat ummat tidak memiliki “ulil amri” sebab yang ada hanyalah para “pemimpin dan pembesar” yang mengajak masyarakat bukan menuju keridhoan Allah سبحانه و تعالى , malah menuju kemurkaan-Nya. Wa na’udzubillaahi min dzaalika..!
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
(QS An-Nisa 59)
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ
وَأَطَعْنَا الرَّسُولا وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلا
رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا
Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andai kata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul". Dan mereka berkata: "Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Rabb kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar".
(QS Al-Ahzab 66-68)
Ya Allah, ajarkanlah kami bagaimana caranya beristiqomah menjadikan Kitab-Mu dan Sunnah Nabi-Mu Muhammad sebagai pemimpin kami di era fitnah ketiadaan ulil amri dewasa ini.

Konsep tentang Tuhan

Secara filsafat, prestasi dalam pencarian Tuhan biasanya berujung pada penemuan eksistensi Tuhan saja, dan tidak sampai pada substansi tentang Tuhan. Dalam istilah filsafat eksistensi Tuhan itu dikenal sebagai absolut, berbeda (distinct) dan unik. Absolut artinya keberadaannya mutlak bukannya relatif. Hal ini dapat dipahami, bahwa pernyataan semua kebenaran itu relatif itu tidak benar. Kalau semua itu relatif, bagaimana kita bisa mengetahui bahwa sesuatu itu relatif. Padahal yang relatif itu menjadi satu-satunya eksistensi realitas. Ibarat warna yang ada di seluruh jagat ini hanya putih, bagaimana kita bisa tahu putih padahal tidak ada pembanding selain putih. Dengan demikian tidak bisa disangkal adanya kebenaran itu relatif, dan secara konsisten tidak bisa disangkal pula adanya kebenaran mutlak itu. Dengan kemutlakannya, ia tidak akan ada yang menyamai atau diperbandingkan dengan yang lain (distinct). Kalau Tuhan dapat diperbandingkan tentu tidak mutlak lagi atau menjadi relatif. Karena tidak dapat diperbandingkan maka tuhan bersifat unik, dan hanya ada dia satu-satunya. Kalau ada yang lain, berarti dia tidak lagi mutlak.
Dalam gagasan Nietzsche, istilah "Tuhan" juga merujuk pada segala sesuatu yang dianggap mutlak kebenarannya. Sedangkan Nietzsche berpendapat tiada "Kebenaran Mutlak"; yang ada hanyalah "Kesalahan yang tak-terbantahkan". Karenanya, dia berkata, "Tuhan telah mati". "Kesalahan yang tak-terbantahkan" dengan "Kebenaran yang-tak terbantahkan" tidaklah memiliki perbedaan yang signifikan. Sekiranya pemikiran Nietszhe ini dimanfaatkan untuk melanjutkan proses pencairan Tuhan, maka Tuhan itu suatu eksistensi yang tak terbantahkan. Dengan demikian eksistensi absolut, mutlak dan tak terbantahkan itu sama saja. Jadi, persoalan umat manusia dalam proses pencairan Tuhan tiada lain proses penentuan peletakan dirinya kepada (segala) sesuatu yang diterimanya sebagai 'tak terbantahkan', atau mutlak, atau absolut. Muhammad 'Imaduddin 'Abdulrahim Ph.D mendefinisikan Tuhan sebagai segala sesuatu yang dianggap penting dan dipentingkan sehingga dirinya rela didominirnya (Buku:Kuliah Tauhid).

Konsekuensi eksistensi Tuhan

Dengan kemutlakannya, Tuhan tentunya tidak terikat oleh tempat dan waktu. Baginya tidak dipengaruhi yang dulu atau yang akan datang. Tuhan tidak memerlukan tempat, sehingga pertanyaan tentang dimana Tuhan hanya akan membatasi kekuasaannya. Maka baginya tidak ada kapan lahir atau kapan mati.
Manusia dalam mencari Tuhan dengan bekal kemampuan penggunaan akalnya dapat mencapai tingkat eksistensinya. Kemungkinan sejauh ini, kemutlakan Tuhan menyebabkan manusia yang relatif itu tidak dapat menjangkau substansi Tuhan. Dengan demikian informasi tentang substansi Tuhan itu apa, tentunya berasal dari Sang Mutlak atau Tuhan itu sendiri.
Di dunia ini banyak agama yang mengklaim sebagai pembawa pesan Tuhan. Bahkan ada agama yang dibuat manusia (yang relatif) termasuk pembuatan substansi Tuhan itu tentu. Karena banyaknya nama dan ajaran agama yang bervariasi tidak mungkin semuanya benar. Kalau substansi mutlak ini bervariasi, maka hal itu bertentangan dengan eksistensinya yang unik. Untuk menemukan informasi tentang substansi yang mutlak, yang unik dan yang distinct itu dapat menggunakan uji autentistas sumber informasinya. Terutama terkait dengan informasi Tuhan dalam memperkenalkan dirinya kepada manusia apakah mencerminkan eksistensinya itu.

Perbandingan antara konsep Tuhan dengan Dewa

Di dalam bahasa Melayu atau bahasa Indonesia, dua konsep atau nama yang berhubungan dengan ketuhanan, yaitu: Tuhan sendiri, dan Dewa. Penganut monoteisme biasanya menolak menggunakan kata Dewa di Indonesia, tetapi sebenarnya hal ini tidaklah berdasar. Sebab di Prasasti Trengganu, prasasti tertua di dalam bahasa Melayu yang ditulis menggunakan Huruf Arab (Huruf Jawi) menyebut "Sang Dewata Mulia Raya". Dewata yang dikenal orang Melayu berasal dari istilah lokal Nusantara, sama seperti Jubata/Juata/Jata yang dikenal orang Dayak yang berarti penguasa dunia bawah (dewa air). Bagaimanapun, pada masa kini, pengertian istilah Tuhan digunakan untuk merujuk Tuhan yang tunggal, sementara Dewa dianggap mengandung arti salah satu dari banyak Tuhan sehingga cenderung mengacu kepada politeisme.
Perbedaan Tuhan dengan dewa hanya sekedar perbedaan terjemahan bahasa, meski masing-masing punya latar belakang perkembangan makna terkait dengan apresiasi masing-masing atas konsepsi Ketuhanannya. Namun, secara universal keduanya menunjuk pada eksistensi yang sama, yaitu soal 'Yang Tak Terbantahkan'

Paham-paham ketuhanan

Sungguhpun eksistensi Tuhan dipahami mutlak adanya, tetapi setiap orang mempunyai keyakinan yang berbeda mengenai penjelasan tentang Tuhan sehingga pro-kontra tentang Tuhan dapat dibedakan sebagai berikut :
  • Teisme: Pemaham-paham yang meyakini adanya Tuhan
  • Agnostisisme: Paham-paham yang meragukan adanya Tuhan
  • Ateisme:Paham-paham yang menyangkal adanya Tuhan
Berikut paham-paham yang dapat dimasukkan ke salah satu dari kategori diatas, yaitu :
  • Panteisme berarti "Tuhan adalah segalanya" dan "semuanya adalah Tuhan". Ini adalah ide hukum alam, keberadaan dan Semesta di representasikan dalam kaidah agama dengan sebutan Tuhan. Sehingga Tuhan dianggap menyatu dengan alam.
  • Akosmisme menyangkal realitas dari semesta, dilihat sebagai ultimately illusory (maya), dengan hanya ketidakterbatasan unmanifest absolute sebagai kenyataan.
  • Dualisme sering dipergunakan bersamaan dengan setan yang muncul di dalam dunia nyata yang bersaing dengan diri dalam mencari kebenaran spiritual.
  • Gnostisisme adalah sebuah istilah untuk berbagai pencapaian tujuan utama dalam hidup. Hal ini juga kadang diasosiakan dengan adanya persaingan antara kegelapan dan cahaya.

Teori ketuhanan

Berdasarkan teori atau pendekatan yang digunakan, paham ketuhanan yang beraneka penjelasan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:
  • Dalil Logik. Sesuatu yang tidak dapat dilihat atau diindrakan tidak mesti tiada. Sekiranya kita tidak dapat melihat atau mengindra nyawa, tidak berarti nyawa itu tidak ada. Sekiranya cetusan eletrik dalam otak diukur sebagi nyawa, komputer yang mempunyai prinsip yang sama masih tidak dianggap bernyawa.
  • Dalil Kejahatan di Dunia. Tuhan telah memberi peringatan agar manusia berbuat baik pada sesama manusia, dengan balasan siksaan yang keras kepada mereka yang ingkar. Adanya kejahatan yang diamalkan oleh manusia di bumi adalah pilihan manusia itu sendiri. Kejahatan adalah keadaan di mana ketiadaan kebaikan. Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu.
  • Dalil Kesempurnaan. Tuhan adalah sempurna dari segala sifat kecacatan. Dengan itu, mengatakan Tuhan tidak mampu adalah salah. Sebagai contoh: "Adakah Tuhan itu berkuasa untuk menciptakan satu batu yang terlalu berat, yang tidak mampu diangkat oleh dirinya sendiri?" menunjukkan keinginan meletakkan sifat manusia kepada Tuhan. Berat adalah hukum yang dicipta Tuhan, berat suatu benda di bumi belum tentu sama dengan berat benda tersebut di angkasa. Berat tidak membawa arti apa-apa di alam ghaib.
  • Dalil Kosmologikal. Dari segi kosmologi, Tuhan seharusnya wujud sebagai punca kepada kewujudan alam. Dengan premis "segala sesuatu itu berpunca", maka adalah tidak masuk akal untuk mengatakan alam ini wujud tanpa mempunyai punca,yakni Tuhan. Di alam ini semuanya tersusun dengan hukum-hukum yang tertentu dengan ketentuan Tuhan, yang mana dari segi sains pula dikenali sebagai hukum alam.
  • Dalil Antropofik. Kewujudan manusia dan fitrahnya untuk mengenal tuhan sudah membuktikan kewujudan Tuhan.

Tuhan dalam Agama Samawi

Agama samawi atau dikenal juga sebagai agama abrahamis atau agama langit dimaksudkan untuk menunjuk agama Yahudi, Nasrani (Kristen/Katolik) dan Islam. Di antara agama-agama ini menggunakan sebutan/panggilan yang berbeda yang dikarenakan perbedaan bahasa dan ajarannya.
  • Allah, sebutan bagi Tuhan dalam bahasa Arab. Biasanya dipakai oleh umat Islam. Dalam agama Islam, Tuhan memiliki 99 nama suci.
  • Yehowa atau Yahweh, salah satu istilah yang dipakai Alkitab. Istilah ini berasal dari istilah berbahasa Ibrani tetragrammaton YHVH (יהוה). Nama ini tidak pernah dilafalkan karena dianggap sangat suci, maka cara pengucapan YHVH yang benar tidaklah diketahui. Biasanya yang dilafalkan adalah Adonai yang berarti Tuan.
  • Tritunggal Mahasuci, yang artinya adalah Bapa, Putra, dan Roh Kudus, terutama dipakai dalam Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks. Konsep ini dipakai sejak Konsili Nicea pada tahun 325 M. Kata "Tritunggal" sendiri tidak ada di Alkitab. Di dalam Ulangan 6:4 ditulis Tuhan itu Esa. Keesaan ini pada bahasa aslinya (ekhad) adalah "kesatuan dari berbagai satuan". Contohnya, Kejadian 2:24 ditulis "keduanya (manusia dan istrinya) menjadi satu (ekhad) daging" berarti kesatuan dari 2 manusia. Di Kejadian 1:26 Allah menyebut diri-Nya dengan kata ganti "Kita", mengandung kejamakan dalam sifat Tuhan. Pengertiannya adalah satu substansi ke-Allahan, namun terdiri dari tiga pribadi. Dalam Perjanjian Lama, Allah diperkenalkan sebagai Allah Bapa. Dalam Perjanjian Baru, Allah menjelma sebagai manusia dalam wujud Allah Anak (Allah Putra) Yesus Kristus, dan setelah Allah Putra kembali ke sorga, maka datanglah Roh Kudus yang menyertai dan ada di hati orang-orang Kristen. Roh tersebut adalah sebagai penolong, pemimpin, penghibur, dan teman yang setia. Roh Kudus menuntun umat Kristiani agar hidup sejalan dengan kehendak Tuhan. Allah Anak bukan diperanakkan dalam pengertian manusia, karena Anak keluar dari Bapa yang diwujudkan sebagai Firman (Allah). Allah mencipta dunia melalui Firman Allah, seperti Tuhan ber-Firman: "Jadilah terang". Pada waktu Tuhan mengatakan "Jadilah terang", maka Firman Allah bekerja, dan Firman Allah itu adalah Allah Anak yang datang ke dunia dengan wujud manusia yaitu Yesus Kristus. Roh Kudus pada hakekatnya "keluar dari Allah Bapa" dan "diutus oleh Allah Anak", yang mempunyai tugas untuk menginsafkan dunia dan mengenalkan dunia akan Kristus dan menguatkan kesaksian tentang Yesus Kristus, serta menyertai orang-orang yang percaya Kristus sampai akhir zaman tiba.

Malaikat di dalam ajaran Islam

Malaikat diciptakan oleh Allah terbuat dari cahaya (nur), berdasarkan salah satu hadist Muhammad, “Malaikat telah diciptakan dari cahaya.
Iman kepada malaikat adalah bagian dari Rukun Iman. Iman kepada malaikat maksudnya adalah meyakini adanya malaikat, walaupun kita tidak dapat melihat mereka, dan bahwa mereka adalah salah satu makhluk ciptaan Allah. Allah menciptakan mereka dari cahaya. Mereka menyembah Allah dan selalu taat kepada-Nya, mereka tidak pernah berdosa. Tak seorang pun mengetahui jumlah pasti malaikat, hanya Allah saja yang mengetahui jumlahnya.
Walaupun manusia tidak dapat melihat malaikat tetapi jika Allah berkehendak maka malaikat dapat dilihat oleh manusia, yang biasanya terjadi pada para Nabi dan Rasul. Malaikat selalu menampakan diri dalam wujud laki-laki kepada para nabi dan rasul. Seperti terjadi kepada Nabi Ibrahim.

Nama dan tugas para Malaikat

Di antara para malaikat yang wajib setiap orang Islam ketahui sebagai salah satu Rukun Iman, berdasarkan Al Qur'an dan hadits. Nama (panggilan) berserta tugas-tugas mereka adalah sebagai berikut:
  • Jibril - Pemimpin para malaikat, bertugas menyampaikan wahyu dan mengajarkannya kepada para nabi dan rasul.
  • Mikail - Membagi rezeki kepada seluruh makhluk.
  • Israfil - Meniup sangkakala (terompet) pada hari kiamat.
  • Munkar dan Nakir - Memeriksa amal manusia di alam barzakh.
  • Izrail - Mencabut nyawa seluruh makhluk.
  • Ridwan - Menjaga pintu syurga.
  • Malik - Pemimpin Malaikat Zabaniah dan penjaga neraka.
  • Zabaniah - 19 malaikat penyiksa dalam neraka yang bengis dan kasar.
  • Hamalat al 'Arsy - Empat malaikat pembawa 'Arsy Allah, pada hari kiamat jumlahnya akan ditambah empat menjadi delapan.
  • Harut dan Marut - Dua Malaikat yang turun di negeri Babil.
  • Darda'il - Malaikat yang mencari orang yang berdo'a, bertaubat, minta ampun dan lainnya pada bulan Ramadhan
  • Hafazhah (Para Penjaga)
    • Kiraman Katibin - Para malaikat pencatat yang mulia, ditugaskan mencatat amal manusia.
    • Mu’aqqibat - Para malaikat yang selalu memelihara/ menjaga manusia dari kematian sampai waktu yang telah ditetapkan yang datang silih berganti.
  • Malaikat Qarin - Malaikat pendamping manusia dari lahir hingga ajalnya, bertugas membisikkan hal-hal kebenaran dan kebaikan.
  • Arham - Malaikat yang diperintahkan untuk menetapkan rejeki, keberuntungan, ajal dan lainnya pada 4 bulan kehamilan.
  • Jundallah - Para malaikat perang yang bertugas membantu nabi dalam peperangan.
  • Ad-Dam'u - Malaikat yang selalu menangis jika melihat kesalahan manusia.
  • An-Nuqmah - Malaikat yang selalu berurusan dengan unsur api dan duduk disinggasana berupa nayala api, ia memiliki wajah kuning tembaga.
  • Ahlul Adli - Malaikat besar yang melebihi besarnya bumi besera isinya dikatakan ia memiliki 70 ribu kepala.
  • Ar-Ra'd - Malaikat pengatur awan dan hujan.
  • Malaikat Berbadan Api dan Salju - Malaikat yang setengah badannya berupa api dan salju berukuran besar serta dikelilingi oleh sepasukan malaikat yang tidak pernah berhenti berzikir.[15]
  • Penjaga Matahari - Sembilan Malaikat yang menghujani matahari dengan salju
  • Malaikat Rahmat - Penyebar keberkahan, rahmat, permohonan ampun dan pembawa roh orang-orang shaleh, ia datang bersama dengan Malaikat Maut dan Malaikat `Adzab.
  • Malaikat `Adzab - Pembawa roh orang-orang kafir, zalim, munafik, ia datang bersama dengan Malaikat Maut dan Malaikat Rahmat.
  • Pembeda Haq dan Bathil - Para malaikat yang ditugaskan untuk membedakan antara yang benar dan salah kepada manusia dan jin.
  • Penentram Hati - Para malaikat yang mendoakan seorang mukmin untuk meneguhkan pendirian sang mukmin tersebut.
  • Penjaga 7 Pintu Langit - 7 malaikat yang menjaga 7 pintu langit. Mereka diciptakan oleh Allah sebelum Dia menciptakan langit dan bumi.
  • Pemberi Salam Ahli Surga - Para malaikat yang memberikan salam kepada para penghuni surga.
  • Pemohon Ampunan Orang Beriman - Para malaikat yang terdapat disekeliling 'Arsy yang memohonkan ampunan bagi kaum yang beriman
  • Pemohon Ampunan Manusia di Bumi - Para malaikat yang bertasbih memuji Allah dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi.
  • Pengatur Urusan Dunia - Malaikat yang mengatur urusan manusia didunia.
Nama Malaikat Maut dikatakan Izrail, tidak ditemukan sumbernya baik dalam Al Quran maupun Hadits. Kemungkinan nama malaikat Izrail didapat dari sumber Israiliyat. Dalam Al Qur'an dia hanya disebut Malak al-Maut atau Malaikat Maut.
Malaikat Jibril, walau namanya hanya disebut dua kali dalam Al Qur'an, ia juga disebut di banyak tempat dalam Al Qur'an dengan sebutan lain seperti Ruh al-Qudus, Ruh al-Amin/ Ar-Ruh Al-Amin dan lainnya.
Dari nama-nama malaikat di atas ada beberapa yang disebut namanya secara spesifik di dalam Al Qur'an, yaitu Jibril (QS 2 Al Baqarah: 97,98 dan QS 66 At Tahrim: 4), Mikail (QS 2 Al Baqarah: 98) dan Malik (QS Al Hujurat) dan lain-lain. Sedangkan Israfil, Munkar dan Nakir disebut dalam Hadits.

Wujud Malaikat

Wujud para malaikat telah dijabarkan di dalam Al Qur'an ada yang memiliki sayap sebanyak 2, 3 dan 4. surah Faathir 35:1 yang berbunyi:
Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Faathir 35:1)
Kemudian dalam beberapa hadits dikatakan bahwa Jibril memiliki 600 sayap, Israfil memiliki 1200 sayap, dimana satu sayapnya menyamai 600 sayap Jibril dan yang terakhir dikatakan bahwa Hamalat al-'Arsy memiliki 2400 sayap dimana satu sayapnya menyamai 1200 sayap Israfil.
Wujud malaikat mustahil dapat dilihat dengan mata telanjang, karena mata manusia tercipta dari unsur dasar tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk. tidak akan mampu melihat wujud dari malaikat yang asalnya terdiri dari cahaya, hanya Nabi Muhammad SAW yang mampu melihat wujud asli malaikat bahkan sampai dua kali. Yaitu wujud asli malikat Jibril .
Mereka tidak bertambah tua ataupun bertambah muda, keadaan mereka sekarang sama persis ketika mereka diciptakan. Dalam ajaran Islam, ibadah manusia dan jin lebih disukai oleh Allah dibandingkan ibadah para malaikat, karena manusia dan jin bisa menentukan pilihannya sendiri berbeda dengan malaikat yang tidak memiliki pilihan lain. Malaikat mengemban tugas-tugas tertentu dalam mengelola alam semesta. Mereka dapat melintasi alam semesta secepat kilat atau bahkan lebih cepat lagi. Mereka tidak berjenis lelaki atau perempuan dan tidak berkeluarga.

Sifat Malaikat

Sifat-sifat malaikat yang diyakini oleh umat Islam adalah sebagai berikut:
  1. Selalu bertasbih siang dan malam tidak pernah berhenti.
  2. Suci dari sifat-sifat manusia dan jin, seperti hawa nafsu, lapar, sakit, makan, tidur, bercanda, berdebat, dan lainnya.
  3. Selalu takut dan taat kepada Allah
  4. Tidak pernah maksiat dan selalu mengamalkan apa saja yang diperintahkan-Nya.
  5. Mempunyai sifat malu.
  6. Bisa terganggu dengan bau tidak sedap, anjing dan patung.
  7. Tidak makan dan minum.
  8. Mampu mengubah wujudnya.
  9. Memiliki kekuatandan kecepatan cahaya.
Malaikat tidak pernah lelah dalam melaksanakan apa-apa yang diperintahkan kepada mereka. Sebagai makhluk ghaib, wujud Malaikat tidak dapat dilihat, didengar, diraba, dicium dan dirasakan oleh manusia, dengan kata lain tidak dapat dijangkau oleh panca indera, kecuali jika malaikat menampakkan diri dalam rupa tertentu, seperti rupa manusia. Ada pengecualian terhadap kisah Muhammad yang pernah bertemu dengan Jibril dengan menampakkan wujud aslinya, penampakkan yang ditunjukkan kepada Muhammad ini sebanyak 2 kali, yaitu pada saat menerima wahyu dan Isra dan Mi'raj.
Beberapa nabi dan rasul telah di tampakkan wujud malaikat yang berubah menjadi manusia, seperti dalam kisah Ibrahim, Luth, Maryam, Muhammad dan lainnya.
Berbeda dengan ajaran Kristen dan Yahudi, Islam tidak mengenal istilah "Malaikat Yang Terjatuh" (Fallen Angel). Azazil yang kemudian mendapatkan julukan Iblis, adalah nenek moyang Jin, seperti Adam nenek moyang Manusia. Jin adalah makhluk yang dicipta oleh Allah dari 'api yang tidak berasap', sedang malaikat dicipta dari cahaya.

Tempat yang tidak disukai Malaikat

Menurut syariat Islam ada beberapa tempat dimana para malaikat tidak akan mendatangi tempat (rumah) tersebut dan ada pendapat lain yang mengatakan adanya pengecualian terhadap malaikat-malaikat tertentu yang tetap akan mengunjungi tempat-tempat tersebut. Pendapat ini telah disampaikan oleh Ibnu Wadhdhah, Imam Al-Khaththabi, dan yang lainnya. Tempat atau rumah yang tidak dimasuki oleh malaikat itu di antara lain adalah:
  1. Tempat yang di dalamnya terdapat anjing, (kecuali anjing untuk kepentingan penjagaan keamanan, pertanian dan berburu)
  2. Tempat yang terdapat patung (gambar);
  3. Tempat yang di dalamnya ada seseorang muslim yang mengancungkan dengan senjata terhadap saudaranya sesama muslim;
  4. Tempat yang memiliki bau tidak sedap atau menyengat.
Kesemuanya itu berdasarkan dalil dari hadits shahih yang dicatatat oleh para Imam, di antaranya adalah Ahmad, Hambali, Bukhari, Tirmidzy, Muslim dan lainnya. Tidak sedikit nash hadits yang menyatakan bahwa malaikat rahmat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan pahala pemilik anjing akan susut atau berkurang.
Malaikat Jibril pun enggan untuk masuk ke rumah Muhammad sewaktu ia berjanji ingin datang ke rumahnya, dikarenakan ada seekor anak anjing di bawah tempat tidur. Malaikat Rahmat pun tidak akan mendampingi suatu kaum yang terdiri atas orang-orang yang berteman dengan (memelihara) anjing.

Malaikat di dalam ajaran Kristen

Malaikat adalah makhluk roh yang diciptakan oleh Tuhan yang ditugaskan Tuhan untuk beberapa tujuan khusus sesuai dengan rencana-Nya, baik untuk melayani Tuhan maupun untuk menolong orang-orang beriman (Kolose 1:16, Ibr 1:14).

Etimologi Ibrani

Kata "malak" atau malaikat berasal dari bahasa Ibrani מלאך, mal'akh, yang juga berarti "utusan". Kata ini di dalam TB diterjemahkan menjadi: Malaikat, malaikat, utusan, suruhan, orang-orang suruhan, bentara, pesuruh, dan raja.

Malaikat dalam Tanakh


Patung malaikat di sebuah kuburan di Metairie, Louisiana.
Istilah "malaikat" dalam Alkitab, מלאך ('malakh"), mendapatkan artinya hanya ketika disebutkan bersama-sama dengan pengutusnya, yaitu Allah sendiri, seperti misalnya dalam "malaikat TUHAN," atau "malaikat Allah" (Zakharia 12:8). Sebutan lainnya yang juga digunakan adalah "anak-anak Allah", (Kejadian 6:4; Ayub 1:6).
Malaikat disebut sebagai "penjaga" (Daniel 4:13). Mereka disebut sebagai "tentara langit" (Kitab Ulangan 17:3) atau bala tentara "TUHAN" (Yosua 5:14). "Bala tentara," צבאות Zebaot dalam gelar Yahweh Zebaot, TUHAN dari bala tentara surgawi, mungkin dihubungkan dengan para malaikat. "Bala tentara" ini dihubungkan pula dengan bintang-bintang, karena bintang-bintang dianggap terkait erat dengan para malaikat. Namun, YHWH membedakan diri-Nya dari para malaikat, dan karena itu orang-orang Ibrani dilarang Musa menyembah "bala tentara surga".
Sebelum munculnya monoteisme di Israel, gagasan tentang malaikat ditemukan dalam Mal'akh Yahweh, malaikat TUHAN, atau Mal'akh Elohim, malaikat Allah. Mal'akh Yahweh adalah penampakan atau perwujudan Yahweh dalam bentuk manusia. Istilah Mal'akh Yahweh digunakan secara berganti-ganti dengan Yahweh (bandingkan Keluaran 3:2, dengan 3:4; 13:21 dengan 14:19). Mereka yang melihat Mal'akh Yahweh mengatakan bahwa mereka telah melihat Allah (Kejadian 32:30; Hakim-hakim 13:22). Mal'akh Yahweh (atau Elohim) menampakkan diri kepada Abraham, Hagar, Musa, Gideon, &c., dan memimpin bangsa Israel dalam tiang awan (Keluaran 3:2). Penyamaan Mal'akh Yahweh dengan Logos, atau Pribadi kedua dari Tritunggal, tidak ditunjukkan melalui acuan kepada kitab suci Ibrani, tetapi gagasan tentang pengidentifikasian Yang Ada dengan Allah, namun yang dalam pengertian tertentu berbeda daripada-Nya, menggambarkan kecenderungan pemikiran keagamaan Yahudi untuk membedakan pribadi-pribadi di dalam keesaan Allah. Orang Kristen berpendapat bahwa hal ini merupakan gambaran pendahuluan dari doktrin tentang Tritunggal, sementara orang Yahudi Kabalis mengatakan bahwa hal ini kemudian berkembang menjadi pemikiran teologis dan gambaran Kabbalah.
Setelah doktrin monoteisme dinyatakan secara resmi, dalam periode segera sebelum dan pada masa Pembuangan (Ulangan 6:4-5 dan Yesaya 43:10), kita menemukan banyak gambaran tentang malaikat dalam Kitab Yehezkiel. Nabi Yehezkiel, sebagai nabi di Pembuangan, mungkin dipengaruhi oleh hierarkhi makhluk adikodrati di dalam agama Babel, dan mungkin oleh angelologi Zoroastrianisme. (Namun tidak jelas bahwa doktrin Zoroastrianisme ini sudah berkembang demikian awal). Yehezkiel 9 memberikan gambaran yang terinci mengenai kerub (suatu jenis malaikat). Dalam salah satu penglihatannya Yehezkiel melihat 7 malaikat melaksanakan penghakiman Allah atas Yerusalem. Seperti dalam Kejadian, mereka digambarkan sebagai "manusia"; mal'akh, karena "malaikat", tidak muncul dalam Kitab Yehezkiel. Belakangan, dalam penglihatan Zakharia, malaikat memainkan peranan penting. Mereka disebut kadang-kadang sebagai "manusia", kadang-kadang sebagai mal'akh, dan Mal'akh Yahweh tampaknya menduduki tempat utama di antara mereka (Zakharia 1:11).
Dalam masa pasca-Alkitab, bala tentara surgawi menjadi semakin terorganisasi (barangkali bahkan sejak Zakharia [3:9, 4:10]; dan yang pasti dalam Daniel). Malaikat pun menjadi beragam, sebagian malah juga mempunyai nama.

Dewa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Dewa (maskulin) dan Dewi (feminin) adalah keberadaan supranatural yang menguasai unsur-unsur alam atau aspek-aspek tertentu dalam kehidupan manusia. Mereka disembah, dianggap suci dan keramat, dan dihormati oleh manusia.
Dewa memiliki bermacam-macam wujud, biasanya berwujud manusia atau binatang. Mereka hidup abadi. Mereka memiliki kepribadian masing-masing. Mereka memiliki emosi, kecerdasan, seperti layaknya manusia. Beberapa fenomena alam seperti petir, hujan, banjir, badai, dan sebagainya, termasuk keajaiban adalah ciri khas mereka sebagai pengatur alam. Mereka dapat pula memberi hukuman kepada makhluk yang lebih rendah darinya. Beberapa dewa tidak memiliki kemahakuasaan penuh, sehingga mereka disembah dengan sederhana.
Para makhluk supranatural yang menguasai unsur-unsur alam atau aspek-aspek tertentu dalam kehidupan manusia yang berjenis kelamin pria disebut "Dewa", sedangkan "Dewi" adalah sebutan untuk yang berjenis kelamin wanita.

Etimologi

Kata Dewa muncul dari agama Hindu, yakni dari kata Deva atau Daiwa (bahasa Sanskerta), yang berasal dari kata div, yang berarti sinar. Kata dewa dalam bahasa Inggris sama dengan Deity, berasal dari bahasa Latin deus. Bahasa Latin dies dan divum, mirip dengan bahasa Sanskerta div dan diu, yang berarti langit, sinar (lihat: Dyaus). Kata deva (sinar, langit) sama sekali tidak ada hubungannya dengan kata devil (iblis; setan).
Istilah dewa diidentikkan sebagai makhluk suci yang berkuasa terhadap alam semesta. Meskipun pada aliran politeisme menyebut adanya banyak Tuhan, namun dalam bahasa Indonesia, istilah yang dipakai adalah "Dewa" (contoh: Dewa Zeus, bukan Tuhan Zeus). Biasanya istilah dewa dipakai sebagai kata sandang untuk menyebut penguasa alam semesta yang jamak, bisa dibayangkan dan dilukiskan secara nyata, sedangkan istilah Tuhan dipakai untuk penguasa alam semesta yang maha tunggal dan abstrak, tidak bisa dilukiskan, tidak bisa dibayangkan.

Hubungan antara Dewa dengan manusia

Para Dewa dipercaya sebagai makhluk yang tak tampak dan tak dapat dijangkau. Mereka hidup di tempat-tempat suci atau tempat-tempat yang jauh dari jangkauan manusia, seperti surga, neraka, di atas langit, di bawah bumi, di lautan yang dalam, di atas puncak gunung tinggi, di hutan belantara, namun dapat berhubungan dengan manusia karena manifestasi atau kekuatan supranaturalnya. Dalam beberapa agama monoteistik, Tuhan dianggap tinggal di surga namun karena kemahakuasaannya Dia juga ada dimana-mana sehingga dapat berhubungan dengan makhluq-Nya kapanpun dan dimana pun, namun secara kasat mata. Dalam pandangan umat beragama (monoteistik, politeistik, panteistik) sesungguhnya Tuhan ada dimana-mana, namun untuk memuliakannya Dia disebutkan tinggal di surga.
Dalam politeisme, para Dewa digambarkan sebagai makhluk yang memiliki emosi dan wujud seperti manusia, sangat berkuasa, dan antara manusia dan para Dewa ada perbedaan yang sangat menonjol. Para Dewa tinggal di surga sedangkan manusia tinggal di bumi. Karena para Dewa tinggal di surga, maka para Dewa memiliki kekuasaan dan kesaktian untuk mengatur, menghukum atau memberkati umat manusia. Sementara para Dewa berkuasa, maka manusia memujanya dan memberikan persembahan agar dibantu dan diberkati oleh kemahakuasaan-Nya.

Dewa yang tunggal

Dalam agama yang menganut paham monoteisme, Dewa hanya satu dan sebutan Tuhan adalah sebutan yang umum dan layak. Tuhan merupakan sesuatu yang supranatural, menguasai alam semesta, maha kuasa, tidak dapat dibayangkan dan tidak bisa dilukiskan. Agama monoteisme enggan untuk mengakui adanya dewa-dewa karena dianggap sebagai Tuhan tersendiri.
Dalam agama Hindu dan Buddha, meskipun meyakini satu Tuhan, namun ada makhluk yang disebut Dewa yang diyakini di bawah derajat Tuhan. Dalam filsafat Hindu, para Dewa tunduk pada sesuatu yang maha kuasa, yang maha esa, dan yang menciptakan mereka yang disebut Brahman (sebutan Tuhan dalam agama Hindu). Dalam agama Buddha, para Dewa bukanlah makhluk sempurna dan memiliki wewenang untuk mengatur umat manusia. Para Dewa tunduk pada hukum mistik yang mengikat diri mereka pada karma dan samsara.
Dalam hal ini, Tuhan adalah sesuatu yang agung dan mulia, tidak bisa disamakan dengan Dewa dan tidak ada yang sederajat dengannya. Meskipun ada agama yang meyakini banyak Dewa (seperti Hindu dan Buddha) namun jika memiliki konsep Ketuhanan yang Maha Esa, para Dewa dianggap sebagai makhluk suci atau malaikat dan tidak sederajat dengan Tuhan.

Pandangan mengenai Dewa-Dewi

Agama Hindu


Trimurti atau Tritunggal Hindu (tiga perwujudan Tuhan yang utama menurut agama Hindu). Dari kiri ke kanan: Brahma (berkulit merah, berkepala empat); Wisnu (berkulit biru, berlengan empat); dan Siwa (berkulit putih, berlengan empat).

Dewa Ra.
Dalam tradisi agama Hindu umumnya, para Dewa (atau "Deva", "Daiwa") adalah manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa (Brahman). Para Dewa merupakan pengatur kehidupan dan perantara Tuhan dalam berhubungan dengan umatnya. Dewa-Dewi tersebut seperti: Brahma, Wisnu, Siwa, Agni, Baruna, Aswin, Kubera, Indra, Ganesa, Yama, Saraswati, Laksmi, Surya, dan lain-lain.Tuhan tersendiri. Dewa-Dewi dalam agama Hindu hidup abadi, memiliki kesaktian dan menjadi perantara
Karena ditemukan konsep ketuhanan yang maha esa, Dewa-Dewi dalam agama Hindu bukan
Tuhan ketika memberikan berkah kepada umatnya. Musuh para Dewa adalah para Asura. Menurut agama Hindu, para Dewa tinggal di suatu tempat yang disebut Swargaloka atau Swarga, suatu tempat di alam semesta yang sangat indah, sering disamakan dengan surga. Penguasa di sana ialah Indra, yang bergelar raja surga, atau pemimpin para Dewa.

Agama Buddha

Dalam agama Buddha, Dewa adalah salah satu makhluk yang tidak setara dengan manusia, memiliki kesaktian, hidup panjang, namun tidak abadi. Agama Buddha mengenal banyak Dewa, namun mereka bukan Tuhan, mereka tidak sempurna dan tidak maha kuasa. Mereka (para Dewa) adalah makhluk yang sedang dalam usaha mencari kesempurnaan hidup. Alam Dewa sering juga disebut sebagai surga. Dewa ada 33 tingkatan, tingkat paling akhir adalah dewa bumi.
Para Dewa tidak selalu sama dengan Bodhisattva. Para Dewa masih terikat pada karma dan samsara. Alam dewa dalam Agama Buddha dibagi menjadi 6 yaitu :
  • Catummaharajika Bhumi - Alam Empat Raja Dewa. Di alam ini rata- rata usia para dewa adalah 9.600.000 tahun.
  • Tavatimsa Bhumi - Alam surga 33 dewa. Di alam ini rata- rata usia para dewa adalah 4 kali usia rata- rata dewa alam Catummaharajika.
  • Tusita Bhumi - Alam kenikmatan. Biasanya para Bodhisattva yang hampir sempurna paramitanya hidup di alam ini sebelum terlahir menjadi manusia dan menjai Samma Sambuddha. Di alam ini rata- rata usia para dewa adalah 4 kali usia rata- rata dewa alam Tavatimsa.
  • Nimmanarati Bhumi' - Alam surga para dewa yang menikmati kesenangan istana yang diciptakan. Dewi Mahamaya, ibu Siddharta Gautama, setelah meninggal dunia, terlahir di alam ini. Di alam ini rata- rata usia para dewa adalah 4 kali usia rata- rata dewa alam Tusita.
  • Paranimmita-Vasavatti Bhumi - Alam surga para dewa yang menikmati ciptaan para dewa lain. Di alam ini rata- rata usia para dewa adalah 4 kali usia rata- rata dewa alam Nimmanarati.

Mesir Kuno

Menurut catatan sejarah, bangsa Mesir Kuno menyembah banyak Dewa dan belum menemukan paham Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut kepercayaan Mesir Kuno, para Dewa merupakan makhluk-makhluk yang lebih berkuasa daripada umat manusia dan mengatur aspek-aspek kehidupan umat manusia. Mereka memberkati manusia, melindungi manusia, menghukum manusia, dan mencabut ajal manusia. Dewa-Dewi dalam kepercayaan bangsa Mesir Kuno merupakan penguasa setiap bagian dan unsur alam. Para Dewa merupakan Tuhan tersendiri sesuai dengan kemahakuasaan yang dimilikinya. Para Dewa yang menentukan nasib setiap orang.
Bangsa Mesir Kuno sangat memuliakan Dewa mereka.Tempat memuja para Dewa dan sesuatu yang berkaitan dengan para Dewa (seperti kitab, pusaka, dan kutukan) sangat dikeramatkan. Konon makam-makam para Raja dan kuil-kuil Mesir dilindungi Dewa dan mengandung suatu kutukan bagi orang yang berniat jahat. Pada zaman Mesir Kuno, Dewa yang banyak dipuja dan dianggap sebagai Dewa tertinggi adalah Dewa matahari, Ra (Amon-Ra). Ia merupakan Dewa yang banyak disembah di daratan Mesir. Kuil Abu Simbel didirikan untuk memujanya. Setelah itu, Dewa yang banyak dipuja adalah Osiris, Dewa kehidupan alam, penguasa akhirat. Selain itu, juga ada Anubis, Dewa kegelapan

Mitologi Yunani


12 Dewa Olimpus dari Mitologi Yunani.
Menurut mitologi Yunani, para Dewa adalah makhluk yang lahir seperti manusia, namun memiliki kemahakuasaan untuk mengatur kehidupan manusia. Mereka mengatur aspek-aspek dalam kehidupan manusia. Mereka tidak pernah sakit dan hidup abadi. Setiap Dewa memiliki kemahakuasaan tersendiri sesuai dengan kepribadiannya.
Nenek moyang para Dewa adalah Khaos. Para Titan adalah anak Gaia, keturunan Khaos. Para Titan (mitologi) melahirkan Dewa-Dewi Yunani, seperti Zeus putera Kronos, yang selanjutnya Zeus melempar para Titan (mitologi) dan akhirnya ia bersama para Dewa yang lain menjadi makhluk yang berkuasa dan mengatur kehidupan manusia.
Menurut mitologi Yunani, para Dewa tidak tinggal di surga, tetapi tinggal di Gunung Olimpus. Di sana mereka berkumpul dan dipimpin oleh Zeus, raja para Dewa. Sebelum kedatangan agama Kristiani, penduduk Yunani menyembah para Dewa. Mereka membuatkan kuil khusus untuk masing-masing Dewa. Dewa-Dewi yang dipuja tersebut, misalnya: Zeus, Hera, Ares, Poseidon, Afrodit, Demeter, Apollo, Artemis, Hermes, Athena, Hefaistos, Hades, Helios, dan lain-lain.

Mitologi Romawi

Mitologi Romawi hampir sama dengan mitologi Yunani, hanya saja nama dewanya menggunakan nama-nama Romawi. Zeus disebut Jupiter, Hera disebut Juno, Ares disebut Mars, Poseidon disebut Neptunus, Afrodit disebut Venus, Demeter disebut Keres, Apollo disebut Cupid, Artemis disebut Diana, Hermes disebut Merkurius, Athena disebut Minerva, Hefaistos disebut Vulkan, Hades disebut Pluto, Helios disebut Sol, Saturnus, Uranus, Fortuna, dan lain-lain.

Mitologi Nordik


Dewa-Dewi Nordik hidup abadi dengan memakan buah apel dari Iðunn dan masih punya kesempatan hidup sampai Ragnarok tiba.
Dalam mitologi Nordik, para Dewa merupakan makhluk yang mahakuasa, seperti manusia namun hidup abadi. Mereka bersaudara, beristri dan memiliki anak. Para Dewa dibagi menjadi dua golongan, Æsir dan Vanir. Æsir adalah Dewa-Dewi langit, sedangkan Vanir adalah Dewa-Dewi bumi. Æsir tinggal di Asgard sedangkan Vanir tinggal di Vanaheimr.
Menurut mitologi Nordik, para Dewa tidak terkena penyakit dan tidak terkena dampak dari usia tua. Para Dewa hidup abadi meskipun dapat terbunuh dalam pertempuran. Para Dewa menjaga keabadiannya dengan memakan buah apel dari Iðunn, Dewi kesuburan dan kemudaan. Para Dewa mampu bertahan hidup sampai Ragnarok tiba.

Akhirat





Bagian dari serial dalam keyakinan Islam:
Aqidah


Mosque02.svg
Rukun Islam (Sunni)
Syahādah - Pernyataan keyakinan
Ṣalāt - Sembahyang
Zakāh - Membayar sedekah wajib
Ṣaum - Berpuasa selama bulan Ramadan
Haji - Melakukan serangkaian ibadah di Mekkah
Rukun Iman (Sunni)
Allāh - Tawhīd
Malaikat - Keberadaan dan tugasnya
Kitab Allāh - Shuhuf dan kitab
Nabi dan Rasul - Syariat agama
Hari Akhir - Hari Pembalasan
Qada dan Qadar - Ketentuan dan takdir
Lainnya
Eskatologi Islam.



Eskatologi Islam

Portal Islam
Akhirat (Bahasa Arab: الآخرة; transliterasi: Akhirah) dipakai untuk mengistilahkan kehidupan alam baka (kekal) setelah kematian/ sesudah dunia berakhir. Pernyataan peristiwa alam akhirat sering kali diucapkan secara berulang-ulang pada beberapa ayat di dalam Al Qur'an sebanyak 115 kali,[1] yang mengisahkan tentang Yawm al-Qiyâmah dan akhirat juga bagian penting dari eskatologi Islam.
Akhirat dianggap sebagai salah satu dari rukun iman yaitu: Percaya Allah, percaya adanya malaikat, percaya akan kitab-kitab suci, percaya adanya nabi dan rasul dan percaya takdir dan ketetapan. Menurut kepercayaan Islam, Allah akan memainkan peranan, beratnya perbuatan masing-masing individu. Allah akan memutuskan apakah orang tersebut di akhirat akan diletakkan di Jahannam (neraka) atau Jannah (surga). Kepercayaan ini telah disebut sebelumnya sebagai Hari Penghakiman dalam ajaran Islam.
Akhirat adalah dimensi fisik dan hukum-hukum dunia nyata yang terjadi setelah dunia fana berakhir. Bagi mereka yang beragama samawi meyakini bahwa kehidupan akhirat sebagai tempat dimana segala perbuatan seseorang di dalam kehidupan dunia ini akan dibalas. Namun tidak sedikit juga orang yang meragukan akan adanya kehidupan akhirat (kehidupan setelah kematian). Mereka-mereka yang meyakini adanya kehidupan akhirat ada yang menyatakan: 'Mudahnya meyakini adanya kehidupan setelah kematian sama mudahnya dengan meyakini adanya hari esok setelah hari ini, adanya nanti setelah sekarang, adanya memetik setelah menanam'. Dengan meyakini adanya kehidupan akhirat setelah kehidupan didunia ini akan menjaga seseorang dari bertindak sesuka hatinya, karena ia yakin segala hal yang ia perbuat dalam kehidupannya sekarang akan dituainya kemudian di alam setelah kematian.

Daftar isi

 [tampilkan

[sunting] Etimologi

Asal kata âkhirah (آخِرَة) adalah al-âkhir (الآخِر) yang berarti lawan dari al-awwal (الأوَّل) atau “yang terdahulu”. Kata itu juga be­rarti “ujung dari sesuatu”,[2] yang biasanya menunjuk pada jangka waktu[3]
Penggunaan kata âkhirah di dalam Al-Quran menunjuk pada pengertian alam yang akan terjadi setelah berakhirnya alam dunia. Dengan kata lain, kata âkhirah merupakan antonim dari kata dunia (misalnya, di dalam Al-Baqarah 2:201 dan Al ‘Imran 3:152). Sejalan dengan pengertian asli kata âkhirah, yang merupakan lawan dari yang awal, Al-Quran juga menggunakan kata al-ûla (الأُوْلَى = yang pertama) untuk menunjuk pengertian dunia.[4][5][6]

Fase Alam

Alam kubur

Sebelum terjadi hari kehancuran, bagi mereka yang telah mati akan mengalami fase kehidupan akhirat yang disebut alam barzakh
Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa; "mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja)". Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran), Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir): "Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; maka inilah hari berbangkit itu akan tetapi kamu selalu tidak meyakini (nya)." (Ar-Rum 55-56)
Barzah berarti sesuatu yang terletak di antara dua barang atau penghalang. Pada masa itu ruh manusia sudah menyadari akan kebenaran janji-janji Allah
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata:" Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.(al-Mu'minun 99-100)
Menurut syariat Islam, kepada mereka yang jahat sudah diperlihatkan kehidupan mereka kelak setelah masa penghakiman selesai di neraka dan selama itu pula mereka akan mendapatkan siksa kubur, dalam beberapa hadits Muhammad menyebutkannya sebagai "azab kubur."

Penghakiman

Hari ketika mulut dikunci, dan semua anggota badan memberikan kesaksiannya kepada Allah SWT Yang Maha Adil. Hari penimbangan amal kebajikan dan kejahatan semasa hidup di dunia.

Perhentian akhirat

Hadits yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib berkata: "Sesungguhnya pada hari kiamat ada lima puluh tempat perhentian (stasiun), dan setiap stasiun lamanya seribu tahun. Stasiun pertama adalah saat manusia keluar dari kuburnya, di sini mereka ditahan selama seribu tahun dalam keadaan hina, lapar dan haus. Barangsiapa yang keluar dari kuburnya dalam keadaan beriman kepada Tuhannya, mempercayai surga dan neraka-Nya, mempercayai hari kebangkitan, hari hisab dan hari kiamat, meyakini Allah dan membenarkan Nabi-Nya saw serta ajaran yang dibawanya dari sisi Allah azza wa jalla, ia akan selamat dari kelaparan dan kehausan."[7]

[sunting] Nama lain bagi hari akhirat

Hari akhirat memiliki beberapa nama lain (julukan) yang diberikan oleh Allah sendiri melalui firman-Nya di dalam Al Qur'an, di antaranya adalah:
  • Al-Ghâsyiyah (Arab: الغاشية) - Peristiwa Yang Dahsyat[8]
  • Al-Qâri‘ah (Arab: القارعة) - Yang Menggemparkan[9]
  • Ar-Râjifah (Arab: الرجفة) - Yang Menggetarkan
  • As-Sâ'ah (Arab: السَّاعَة) - Kehancuran[10]
  • Ash-Shakhah - Bencana yang memilukan
  • At-Thaamah (Arab: اظمة) - Bencana
  • Al-Wâqi‘ah (Arab: الْوَاقِعَةُ) - Peristiwa Yang Pasti Terjadi[11]
  • Al-Zalzalah (Arab: الزلزلة) - Kegoncangan[12]
  • Yawm ad-Dîn (Arab: يَوْمِ الدِّينِ) - Hari Penghakiman[13]
  • Yawm al-Âkhir (Arab: يَوْمِ الآخِرُ) - Hari Akhir[14]
  • Yawm al-Alîm Arab: يو م أليم) - Hari Yang Menyedihkan[15]
  • Yawm al-‘Azhim (Arab: يَوْمٌ عَظِيْمٌ ) - Hari Yang Besar[16]
  • Yawm al-Âzifah (Arab: يَوْمُ الآزِفَةِ) - Hari Yang Dekat[17]
  • Yawm al-Ba'ats (Arab: يوم البث) - Hari Kebangkitan[18]
  • Yawm al-Fashl (Arab: يَوْمُ الْفَصْلِ) - Hari Keputusan[19]
  • Yawm al-Fath (Arab: يَوْمُ الْفَتْحِ) - Hari Kemenangan[20]
  • Yawm al-Haqq (Arab: يَوْمُ الْحَقِّ) - Hari Kebenaran[21]
  • Yawm al-Hasrah (Arab: يَوْمٌ الْحَسْرَةِ) - Hari Penyesalan[22]
  • Yawm al-Hasyr (Arab: يوماالحشر) - Hari Perhimpunan
  • Yawm al-Hisãb (Arab: يومالْحِسَابِ) - Hari Perhitungan[23]
  • Yawm al-Jam‘i' (Arab: يَوْمُ الْجَمْعِ) - Hari Pengumpulan[24]
  • Yawm al-Jaza' (Arab: يوم الجزاء) - Hari Pembalasan/ Hukuman[25]
  • Yawm al-Khulûd (Arab: يَوْمُ الْخُلُوْدِ) - Hari Kekekalan[26]
  • Yawm al-Khurûj (Arab: يَوْمُ الْخُرُوْجِ ) - Hari Keluar dari Kubur[27]
  • Yawm al-Mahsyar (Arab: يومالمحشر) - Hari Berkumpul di Mahsyar[28]
  • Yawm al-Mau‘ûd (Arab: يَوْمُ الْمَوْعُوْدُ ) - Hari Yang Dijanjikan[29]
  • Yawm al-Mizan (Arab: يَوْمَالميزان) - Hari Penimbangan[30]
  • Yawm al-Qiyāmah (Arab: يَوْمُ الْقِيَامَةِ) - Hari Kebangkitan[31]
  • Yawm al-Wa’iid (Arab: يَوْمُ الْوَعِيدِ ) - Hari Ancaman[32]
  • Yawm an-Nusyur (Arab: يوم انوسر) - Hari Kembali
  • Yawm ‘Aqîm (Arab: يَوْمٌ عَقِيْمٌ) - Hari Siksaan[33]
  • Yawm at-Taghâbun (Arab: يَوْمُ التَّغَابُنِ) - Hari Pengungkapan Kesalahan[34]
  • Yawm at-Tanad (Arab: يَوْمَ التَّنَادِ) - Hari Panggil Memanggil[35]
  • Yawm ath-Thalâq (Arab: يَوْمُ الطَّلاَقِ) - Hari Pertemuan[36]
  • Yawm azh-Zhullah (Arab: يَوْمُ الظُّلَّةِ) - Hari Naungan[37]
  • Yawm Kabîr' (Arab: يَوْمٌ كَبِيْرٌ) - Hari Yang Besar[38]
  • Yawm Ma‘lûm (Arab: يَوْمٌ مَعْلُوْمٌ) - Hari Yang Dikenal[39]
  • Yawm Muhîth (Arab: يَوْمٌ مُحِيْطٌ) - Hari Yang Membinasakan[40]

[sunting] Empat hal kebaikan dunia dan akhirat

Menurut hadits, ada 4 perkara apabila diberikan kepada seseorang sesungguhnya ia telah memperoleh kebaikan dunia dan akhirat, yaitu :
  • Hati yang senantiasa bersyukur
  • Lisan yang senantiasa berdzikir
  • Tubuh yang senantiasa sabar dalam menanggung musibah
  • Istri yang tidak pernah berkhianat baik terhadap dirinya atau terhadap harta benda suaminya.[41]
Menurut syariat Islam, jika keluarga kita semuanya termasuk orang yang sholeh maka semua anggota keluarga akan dapat berkumpul bersama di dalam syurga. Hal ini seperti tertulis dalam Al-Qur'an Ar-Ra'd ayat 23:
("yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu. (Ar-Ra'd ayat 23)
Kehidupan esok pada akhirnya di sana ada yang masuk sebagai penghuni neraka. Semua tergantung pada amal perbuatannya selama hidup di dunia.

Catatan kaki

  1. ^ Kata âkhirah (آخِرَة) disebut 115 kali di dalam al-Quran.
  2. ^ Surah Yûnus 10:10
  3. ^ Surah Al-Hadîd 57:3.
  4. ^ Surah An-Najm 53:25,
  5. ^ Surah Al-Lail 92:13
  6. ^ Surah Adh-Dhuhâ 93:4.
  7. ^ Biharul Anwar 7: 111, hadis ke 42.
  8. ^ Surah Al-Ghâsyiyah 88.
  9. ^ Surah Al-Qâri‘ah 101.
  10. ^ Surah Al-Kahfi 18:21.
  11. ^ Surah Al-Waaqi'ah 56.
  12. ^ Surah Al-Zalzalah 99.
  13. ^ Surah Al-Fatihah 4.
  14. ^ Surah Al-'Ankabuut 29:36.
  15. ^ Surah Hûd 11:26.
  16. ^ Surah Al-An‘âm 6:15.
  17. ^ Surah Al-Mu’min 40:18.
  18. ^ Surah Ar-Rûm 30:56.
  19. ^ Surah Al-Mursalat 77:14.
  20. ^ Surah As-Sajadah 32:29.
  21. ^ Surah An-Naba’ 78:39.
  22. ^ Surah Maryam 19:39.
  23. ^ Surah Shaad 38:26.
  24. ^ Surah At-Taghâbun 64:9.
  25. ^ Surah Al-Maa`idah 5:29.
  26. ^ Surah Qaf 50:34.
  27. ^ Surah Qaf 50:42.
  28. ^ Surah Al-Kahfi 47.
  29. ^ Surah Al-Burûj 85:2.
  30. ^ Surah Al-A'raaf 8.
  31. ^ Surah Al-Qashshash 28:42.
  32. ^ Surah Qaaf 50:20.
  33. ^ Surah Al-Hajj 22:55.
  34. ^ Surah At-Taghâbun 64:9.
  35. ^ Surah Al-Mu'min 40:32.
  36. ^ Surah Al-Mu’min 40:15.
  37. ^ Surah Asy-Syu‘ara’ 26:189.
  38. ^ Surah Hûd 11:3.
  39. ^ Surah Al-Wâqi‘ah 56:1 & 50.
  40. ^ Surah Hûd 11:84.
  41. ^ Hadits riwayat Tarmidzi & Ibnu Hibban.

Referensi

100 Pelajaran Hidup Paling Mendasar yang Perlu Anda Ketahui

by :armhando.com
Inilah 100 Pelajaran Hidup Paling Mendasar yang Perlu Anda Ketahui
 
1. Buatlah rasa bahagia menjadi sebuah prioritas.

2. Travel; lihatlah tempat-tempat di dunia sebanyak yang anda bisa.

3. Belajarlah bermain musik.

4. Hiduplah sederhana atau tidak melebihi kemampuan keuangan anda.

5. Maafkan diri anda sendiri. Maafkan orang lain. Demi kepentingan anda sendiri.

6. Belajarlah berenang.

7. Jangan menunda keceriaan.

8. Ambillah tanggung jawab terhadap hidup anda.

9. Ingatlah kata-kata Henry Ford : ”Apakah anda berpikir bisa atau anda berpikir anda tidak bisa, anda benar.” maksudnya bisa dan tidak bisa ada di tangan anda sendiri.

10. Tetapkan target yang S.M.A.R.T (Specific, Measurable, Attainable, Realistic and Timely) – untuk lebih jelas dan detilnya, saya sarankan anda memiliki buku saya, dengan mengunjungi www.menggapai-impian.com

11. Buatlah target yang kecil untuk jangka pendek dan target yang besar untuk jangka panjang.

12. Bayarlah keperluan anda pribadi pertama-tama, kemudian menabunglah minimal 10% dari penghasilan anda.

13. Ingatlah bahwa selalu ada 2 sisi untuk setiap peristiwa.

14. Sisihkan 5% dari penghasilan anda pada yang kurang beruntung.

15. Jangan melakukan pinjaman/hutang yang buruk .

16. Buatlah definisi anda sendiri tentang kesuksesan .

17. Jauhkan diri anda dari rokok, minuman beralkohol dan obat-obatan.

18. Ada istilah dalam bahasa Inggris : 4 R – Reduce, Reuse, Recycle, Recover.

19. Ikuti aturan emas : perlakukan orang lain sebagaimana anda ingin diperlakukan.

20. Berolah raga secara teratur.

21. Konsumsi makanan-makanan yang sehat

22. Belajarlah cara-cara melakukan pertolongan pertama.

23. Kuasai minimal 1 bahasa asing.

24. Jadilah ahli / expert untuk suatu hal.

25. Tulislah sebuah buku, atau minimal artikel.

26. Perlakukan dengan baik anak-anak maupun binatang.

27. Kenalilah sejarah dasar dan geografi – dalam hal ini Indonesia.

28. Bangunlah kecerdasan emosi anda.

29. Taruhlah kotak pertolongan pertama, baik di rumah maupun mobil anda.

30. Periksakan kesehatan badan anda secara teratur.

31. Belajarlah menerima pujian.

32. Belajarlah menerima kritikan.

33. Jadilah diri anda sendiri.

34. Jangan mengambil tindakan ketika anda emosi / marah.

35. Pilihlah pasangan hidup anda dengan hati-hati; kebahagiaan hidup anda kelak banyak berasal dari keputusan anda yang satu ini.

36. Kekhawatiran adalah hal yang membuang-buang waktu.

37. Jangan mengendarai kendaraan ketika anda sedang mabuk.

38. Jangan pernah menyerah.

39. Minumlah banyak air putih.

40. Belajarlah sesuatu hal yang baru setiap hari.

41. Teruslah merasa bersyukur atas hal-hal yang anda terima.

42. Jangan bergosip.

43. Belarlah mengenai manajemen waktu sebaik-baiknya

44. Ikuti naluri anda.

45. Akuilah terhadap orang –orang yang membantu anda.

46. Temukan mentor.

47. Bacalah buku setiap hari.

48. Antusias juga terhadap kesuksesan orang lain sebagaimana anda merasakan kesuksesan anda sendiri.

49. Jangan menunda.

50. Buatlah daftar/list hal-hal yang harus anda lakukan.

51. Banyaklah tersenyum, juga tertawa.

52. Akuilah kesalahan anda.

53. Tetaplah mendapat informasi, apakah dengan membaca koran atau melihat berita di tv (informasi dan berita yang positif lho … :) ).

54. Meditasi. Aturlah waktu untuk menyendiri dan hening setiap hari.

55. Rapi dan teraturlah dengan hidup anda.

56. Jangan membeli barang karena barang tersebut sedang sale, padahal anda tidak terlalu membutuhkannya .

57. Hargai teman-teman dan keluarga anda.

58. Pujilah orang lain jika ada kesempatan.

59. Jangan membawa diri anda terlalu serius.

60. Jika mengalami saat-saat yang sulit, ingatlah pesan “badai pasti berlalu”.

61. Jika sesuatu tidak berjalan dengan baik, ingatlah bahwa beberapa hal terlihat buruk pada saat pertama kali.

62. Ingatlah selalu bahwa kesalahan adalah batu loncatan untuk sukses. Jadi jangan takut untuk gagal.

63. Milikilah rencana.

64. Pilihlah teman-teman anda dengan bijak: 80% pengalaman hidup anda – entah itu baik atau buruk – datang dari orang-orang yang sering bersama anda.

65. Jadilah luar biasa.

66. Bertekunlah.

67. Ketahuilah kapan anda harus memotong kerugian anda (cut your losses).

68. Lakukan pekerjaan anda dengan sebaik-baiknya.

69. Ingatlah bahwa hidup bukanlah sebuah gladi.

70. Jika anda tidak mengetahui jawabannya, katakanlah demikian; kemudian anda pergi dan cari jawabannya.

71. Ingatlah bahwa satu-satunya hal konstan di dunia ini adalah perubahan.

72. Mintalah apa yang anda inginkan.

73. Buatlah nilai tambah untuk orang lain.

74. Terapkan leverage. Leverage dapat diartikan menghasilkan lebih banyak dengan sumber daya yang tetap atau lebih sedikit.

75. Bangunlah banyak sumber penghasilan, jangan mengandalkan 1 penghasilan saja.

76. Jadilah bos untuk anda sendiri : mulailah miliki bisnis pribadi.

77. Jangan tidak menepati janji, entah itu pada orang lain maupun pada diri sendiri.

78. Ujilah keyakinan anda dan tanyalah pada diri anda sendiri apakah yang anda yakini tersebut telah berjalan dengan semestinya (Maksudnya bukan keyakinan terhadap Sang Pencipta, namun misalkan keyakinan terhadap pekerjaan anda, teman wanita/pria anda, dll.).

79. Rasakan ketakutan yang anda hadapi, namun tetap lakukan hal tersebut.

80. Jangan khawatir terhadap apa yang orang-orang pikirkan terhadap anda.

81. Dengarkanlah nasihat orang lain, namun tetap buat keputusan di tangan anda sendiri.

82. Rubahlah sesuatu yang bisa anda rubah dan terimalah sesuatu yang tidak bisa anda rubah.

83. Bangunlah kreativas anda.

84. Latihlah kemampuan anda untuk lebih banyak mendengarkan.

85. Putuskan apa yang anda inginkan.

86. Fokuslah pada hal yang anda inginkan dibanding memikirkan hal-hal yang tidak anda inginkan.

87. Mulailah segera; setiap perjalanan selalu dimulai dengan langkah pertama.

88. Bersenang-senanglah.

89. Setiap kali anda jatuh, bangkitlah kembali. Orang sukses hanya bangkit 1 kali lebih banyak dari orang gagal.

90. Kejarlah mutu/keunggulan, bukan menjadi perfectionist.

91. Belajarlah untuk hidup di masa sekarang, bukan di masa lalu atau masa depan.

92. Pro aktif.

93. Pilihlah ‘perang’ anda dengan bijak.

94. Jangan berdebat soal keterbatasan anda.

95. Belajarlah melihat hal-hal luar biasa pada hal-hal yang biasa.

96. Coba dengarkan nasihat dari Eleanor Roosevelt : ”Tidak ada orang yang dapat memandang rendah anda tanpa seijin anda.”

97. Temukan pekerjaan yang anda cintai.

98. Ingatlah pepatah: ”anda menangkap lebih banyak lalat dengan madu.”

99. Miliki pengetahuan tentang keuangan.

100. Isilah hidup anda dengan cinta.

No comments: