Sunday, April 15, 2012

HabibiCorner.Com

HabibiCorner.Com


100 Kata Paling Sering Digunakan Dalam Bahasa Inggris

Posted: 14 Apr 2012 06:03 PM PDT

Postingan ini hanya sebagai pengingat saja karena sebelumnya saya sudah menuliskannya di blog terdahulu yang  kemudian hilang seiring dengan hilangnya  juga  blog tersebut. :)

ya 100 kata paling sering digunakan dalam bahasa inggris ini berbentuk dalam video dan Table, saya mengambil video ini dari youtube. tentunya video ini bukan dibuat asal asalan atau sudah jadi karena referensinya adalah wikipedia yang berdasarkan analisa dari universitas oxford english corpus melalui studi mereka dari “Oxford Online”. study ini lebih menitik beratkan pada bahasa yang digunaka di novel novel, koran, majalah, percakapan sehari hari, email dan webblog. berikut video nya.

 

atau jika koneksi anda lemot or  lelet saya suda rangkumkan 100 kata paling sering digunakan dalam bahasa inggris ini kedalam tabel berikut.

1 the 26 they 51 when 76 come
2 be 27 we 52 make 77 its
3 to 28 say 53 can 78 over
4 of 29 her 54 like 79 think
5 and 30 she 55 time 80 also
6 a 31 or 56 no 81 back
7 in 32 an 57 just 82 after
8 that 33 will 58 him 83 use
9 have 34 my 59 know 84 two
10 i 35 one 60 take 85 how
11 it 36 all 61 person 86 our
12 for 37 would 62 into 87 work
13 not 38 there 63 year 88 first
14 on 39 their 64 your 89 well
15 with 40 what 65 good 90 way
16 he 41 so 66 some 91 even
17 as 42 up 67 could 92 new
18 you 43 out 68 them 93 want
19 do 44 if 69 see 94 because
20 at 45 about 70 other 95 any
21 this 46 who 71 then 96 these
22 but 47 get 72 than 97 give
23 his 48 which 73 now 98 day
24 by 49 go 74 look 99 most
25 from 50 me 75 only 100 us

100 kata paling sering digunakan dalam bahasa inggris merupakan masih campuran antara verb, adjective dan preposition, silahkan di  pilah sendiri ya..:D

Sekian dulu postingan ini, jika anda punya pertanyaan atau saran silahkan komentar dibawah ya. semoga bermamfaat :)

Saturday, April 14, 2012

HabibiCorner.Com

HabibiCorner.Com


Perpedaan antara WordPress.com dan WordPress.org Hosting Sendiri

Posted: 07 Apr 2012 10:53 PM PDT

Jika  anda belum membaca tentang tulisan penyebab saya merubah  nama domain habibicorner.com ke  habibicorner.net, silahkan dibaca dulu  ya.:)

Beberapa orang teman bertanya tentang perbedaan wordpress.com dan wordpress hosting sendiri atau wordpress selfhost karena mereka beranggapan bahwa jika kita sudah berbicara tentang blog wordpress, itu artinya berbicara tentang wordpress.com dan ini rata rata terjadi pada pemula yang baru mengenal blog.bingung itu sudah pasti ada.

dibawah ini saya coba menerangkan perbedaan antara blog wordpress.com dengan wordpress.org (blog hosting sendiri) supaya bisa dibedakan dan tentunya nanti anda bisa memutuskan mau ngeblog dengan engine blog yang mana.

wordpress.com dan wordpress.org adalah  sama sama dari satu pengembang keduanya bisa digunakan secara gratis namun yang membedakan antara keduanya adalah  sebagai berikut;

WordPress.Com (Kelebihan & Kekurangan)

  • Sudah siap terinstall

jika anda pergi ke wordpress.com anda tidak harus repot repot lagi menyediakan server dan install sendiri, toh memang sudah terinstall dan anda tinggal daftar dan sedikit konfigurasi dan blog  anda sudah jadi.sayangnya blog ini sewaktu waktu bisa terhapus jika anda  menulis konten yang melanggar tos wordpress.com karena blog ini selalu dalam pengawasan providernya  yaitu sebuah  perusahaan kecil bernama Automattic, Inc yang merupakan sebuah perusahaan desainer web kecil yang berada di belakang perkembangan WordPress itu sendiri.

  • sangat Terbatas

jika anda sudah punya blog  di wordpress.com, anda pasti akan merasakan terbatasnya fitur fitur yang ada didalmnya seperti gak bisa menggunakan template sendiri,widget blog yang terbatas, anda harus berpasrah diri  menggunakan widget yang sudah disediakan oleh wordpress.com

  • Gak Bisa dimonitasi

Jika anda berniat blog anda ingin dimonitasi atau dipasang iklan lebih baik gak usah pakek blog wordpress.com karena engine blog  ini tidak melarang  menggunakan javasript, sedangkan iklan pihak ketiga rata rata berbentuk javascript yang harus dibenamkan di blog.

namun jika anda masih sangat awam dan berniat hanya ingin menulis saja,silahkan gunakan engine blog ini dulu,nanti  sewaktu ingin punya blog di   wordpress.org anda sudah familiar dengan menu menunya karena ruang admin areanya sama.

jika anda ingin menambahkan atau bertanya bisa diform komentar dibawah ya, lanjutkan membaca :)

WordPress.Org /Wordpress Hosting Sendiri (kelebihan & Kekurangan)

WordPress.org ini sangat berbeda 180 derajar dari wordpress.com diatas. dimana anda bebas mengelola sendiri blog anda tanpa khawatir diawasi oleh oleh pihak pengembang.berikut berapa hal dasar yang perlu anda tahu tentang wordpress hosting sendiri ini.

  • Untuk menggunakan wordpress ini anda gratis mendownload di wordpress.org bahkan untuk blog commersial sekalipun.
  • softwarenya bisa anda download di worpdress.org dan  install  di hosting anda.
  • Anda bebas mengelola blog anda baik itu  untuk  tujuan monitasi,membuat blog komunitas dan lain sebagainya.
  • Tempalte atau themenya yang sangat banyak, dan tentunya bisa dimodifikasi. dan masih banyak lagi.  silahkan baca disini untuk membaca  lebih detail lagi

Karena wordpress model ini harus diinstall dulu anda harus punya hosting dan domain. hosting dan domain ini ada yang  berbayar dan ada juga yang gratis. jadi jangan heran kenapa  blog  wordpress ini  banyak yang menyebut blog berbayar karena kita harus sewa hosting  dan  domain. yang bayar bukan software wordpressnya tapi hosting dan domainnya. karena kita harus sewa server orang untuk bisa menginstall wordpress didalamnya. namun jika anda tetap ingin belajar membuat blog dengan wordpress.org anda bisa cari hosting dan domain gratisan dulu buat belajar. jika sudah serius ngeblog baru anda pakek yang berbayar ya.

Tapi sekali lagi jika anda  hanya  ingin sharing tulisan saja cukup menggunakan wordpress.com karena sagant gampang dikonfigurasi dan tentunya user friendly. namun jika  anda mau  belajar  membuat blog wordpress dengan hosting gratis. insyaallah saya akan beberkan kepada anda hosting gratis yang bagus. jadi simak terus tulisan saya diblog ini. okey :)

Sekian dulu artikel singkat ini,  semoga anda sudah lebih paham perbedaan atara wordpress.com dan WordPress.org. jika ada hal yang ingin ditanyakan silahkan diform komentar dibawah ya. terimakasih and have  a nice  day..:)

Dari dot com ke dot net

Posted: 31 Mar 2012 06:48 PM PDT

Alhamdulillah baru sempat nulis lagi di blog setelah segalanya berubah. jika dulu  anda berkunjung dan menikmati artikel yang saya tulis di habibicorner.com maka anda akan berjumpa dengan artikel di domain yang sama dengan ekstensi yang berbeda.

Kenapa Ganti Domain ?

Alasannya sepele saya masih bingung bayar domain di godaddy yang katanya tak bisa pakai paypal walau bisa menggunakan giftcard tapi tetap aja bingung. sebenarnya banyak yang  menjual giftcard di forum forum lokal tapi tetap saja domain di habibicorner.com belum maksimal.

Dulunya saya dapat domain habibicorner.com tersebut secara gratis  dan di push ke akun saya di Godaddy, jadi  saya tidak langsung membelinya baru pas jatuh tempo memperpanjang jadinya bingung sendiri. :D

alasan lain saya ganti ekstensi adalah gara gara baru dapat jatah domain gratisan lagi karena saya coba iseng ikutin tutorial yang ada di forum kasak kusuk dan ternyata tutorialnya maknyus bin oke, saya  langsung dapat satu domain ini yaitu habibicorner.net. tutorialnya ada disini

Awalnya saya juga berencana memperpanjang habibicorner.com tapi karena blognya masih  jatuh bangun, pengunjungnya yang  sedikit, artikel yang belum begitu banyak dan jarang update akhirnya saya ambil inisiatif untuk coba ganti ekstensi dengan nama yang sama. semoga kedepan blog  ini bisa lebih terupdate walau commitment itu ada pada blog ownernya. Insyaallh ya.

Gara gara serba kebetulan sehingga blog yang dulunya ber dot com sekarang ber dot  net. kebetulan yang bagiamana. ya kebetuluan….kebetulan habibicorner.com sudah expire jadi kebetulan saya dapat  domain gratis baru lagi ya jadikan habibicorner.net saja dan kebetulan ada hosting baru juga. sungguh kebetulan yang membawa nikmat. :)

Diblog baru ini insyaallah anda akan bayak sekali menemukan artikel dari berbagai macam disiplin ilmu dan tentunya sesuai dengan passion yang saya punya khususnya motivasi, blogging, wordpress, bahasa inggris dan sedikit banyak tentang komputer  dan agama. saya juga sudah berkomitment minimal saya update artikel dari seminggu sekali, standar 3 kali seminggu dan maksimal satu kali sehari.

Akhir kata bagi anda yang kebetulan membaca postingan ini, mohon dishare sedikit banyaknya tentang pembayaran atau langkah memperpanjang domain di godaddy supaya teman teman lain yang pada bingung bisa terbantu.

Saya tunggu share di komentarnya ya. wassalam :)

 

Tuesday, April 10, 2012

Pemikiran Tentang Islam

Sumber :http://www.taqrib.info

Konsepsi Islam Tentang Alam Semesta

alam-semestaMenurut ilmu pengetahuan, alam ini merupakan sebuah buku purba, yang halaman pertama dan halaman terakhirnya sudah hilang. Awal dan akhirnya tidak diketahui. Mengapa? Karena konsepsi ilmu pengetahuan tentang alam ini merupakan hasil dari pengetahuan tentang bagian, bukan tentang keseluruhan. Ilmu pengetahuan memberikan informasi tentang posisi beberapa bagian alam semesta, bukan tentang ciri dan sifat keseluruhan alam semesta. Konsepsi ilmu pengetahuan tentang alam semesta versi ilmuwan adalah seperti konsepsi tentang gajah di sekeliling dari orang-orang yang meraba-rabanya dalam kegelapan. Orang yang memegang telinga gajah mengira bahwa gajah itu seperti kipas, orang yang memegang kaki gajah mengira bahwa gajah itu seperti pilar, dan orang yang memegang punggung gajah mengira bahwa gajah itu seperti panggung.
Konsepsi Tentang Alam Semesta
Setiap doktrin dan filsafat kehidupan tentu didasarkan pada kepercayaan, evaluasi tentang kehidupan, dan interpretasi serta analisis tentang alam semesta. Cara berpikir sebuah mazhab tentang kehidupan dan alam semesta dianggap sebagai dasar dari segenap pemikiran mazhab itu. Dasar ini disebut konsepsi mazhab itu tentang alam semesta.
Semua agama, sistem sosial, mazhab pemikiran, dan filsafat sosial didasarkan pada konsepsi tertentu tentang alam semesta. Semua sasaran yang dibeberkan sebuah mazhab, cara dan metode untuk mencapai sasaran itu, merupakan akibat wajar dari konsepsi mazhab tersebut tentang alam semesta.
Menurut para filosof, ada dua macam kearifan: kearifan praktis dan kearifan teoretis. Yang dimaksud dengan kearifan teoretis adalah mengetahui apa yang ada seperti adanya. Sedangkan kearifan praktis adalah mengetahui bagaimana semestinya kita hidup. "Semestinya" ini merupakan hasil logis dari "bagaimana itu", khususnya "bagaimana itu" yang menjadi pokok bahasan filsafat metafisis, termasuk dalam konsepsi alam semesta.
Konsepsi dan Persepsi tentang Alam Semesta
Tentu saja tidak benar kita mengacaukan konsepsi tentang alam semesta dengan persepsi indera tentang alam semesta. Konsepsi tentang alam semesta mengandung arti kosmogoni (asal-usul alam semesta, teori tentang ini—pen.) dan ada kaitannya dengan masalah identifikasi. Tidak seperti persepsi indera yang lazim dimiliki manusia dan makhluk hidup lainnya, identifikasi hanya dimiliki oleh manusia. Karena itu, konsepsi tentang alam semesta juga hanya dimiliki oleh manusia. Konsepsi ini bergantung pada pemikiran dan pemahamannya.
Dari sudut pandang persepsi indera tentang alam semesta, banyak binatang yang lebih maju ketimbang manusia, karena binatang memiliki indera-indera tertentu yang tidak dimiliki manusia—misalnya burung memiliki indera radar—atau indera binatang, meskipun dimiliki oleh binatang dan juga manusia, lebih tajam daripada indera yang dimiliki manusia, seperti misalnya mata elang, indera penciuman anjing dan semut, dan indera pendengaran tikus. Manusia lebih unggul daripada binatang karena manusia memiliki konsepsi yang mendalam tentang alam semesta. Binatang hanya melihat alam, namun manusia bahkan dapat menafsirkannya.
Apa identifikasi itu? Bagaimana hubungan antara persepsi dan identifikasi? Unsur-unsur apa saja selain unsur-unsur persepsional yang menjadi bagian dan identifikasi? Bagaimana unsur-unsur ini masuk ke dalam identifikasi, dan manakah itu? Bagaimana mekanisme identifikasi? Bagaimana standar untuk menetapkan mana identifikasi yang benar dan mana identifikasi yang salah? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang perlu dibahas dalam tulisan tersendiri. Meskipun kami tidak mengulasnya di sini, namun cukup jelas bahwa ada perbedaan antara mempersepsi sesuatu itu dan mengidentifikasikannya. Banyak orang melihat pemandangan, namun sedikit saja yang dapat menafsirkannya, selian tafsiran mereka ini juga sering kali berbeda-beda.
Keragaman Konsepsi tentang Alam SemestaPada umumnya ada tiga macam konsepsi tentang alam semesta atau identifikasi tentang alam semesta, atau dengan kata lain interpretasi manusia tentang alam semesta. Sumber interpretasi ini adalah tiga hal: ilmu pengetahuan, filsafat, dan agama. Maka dapat dikatakan bahwa ada tiga macam konsepsi tentang alam semesta: konsepsi ilmiah, konsepsi filosofis, dan konsepsi religius.
-Konsepsi Ilmiah
Sekarang mari kita lihat bagaimana dan sejauh mana ilmu pengetahuan membantu kita membentuk kesimpulan. Ilmu pe¬ngetahuan didasarkan pada dua hal: teori dan eksperimen. Untuk mengetahui dan menafsirkan fenomena, maka yang mula-mula terbesit di benak ilmuwan adalah teori. Kemudian, dengan berdasarkan teori, dia melakukan eksperimen di laboratorium. Jika teori itu dibenarkan oleh eksperimen, maka teori itu diterima sebagai prinsip ilmiah, dan akan terus valid sampai ada teori baru yang lebih baik dan lebih komprehensif yang dikuatkan oleh eksperimen. Bila teori baru yang lebih komprehensif muncul, maka teori lama kehilangan validitasnya.
Begitulah ilmu pengetahuan menemukan sebab dan akibat melalui eksperimen. Kemudian ilmu pengetahuan mencoba lagi menemukan sebab dari sebab itu dan akibat dari akibat itu. Proses ini berlangsung sepanjang mungkin. Ada banyak keuntungan dan kerugian dari kerja ilmiah, karena ilmu pengetahuan didasarkan pada eksperimen praktis. Keuntungan terbesar dari temuan ilmu pengetahuan adalah temuan tersebut khusus sifatnya.
Ilmu pengetahuan dapat memberi manusia banyak informasi tentang sesuatu. Juga dapat memberikan pengetahuan tentang selembar daun. Kemudian, karena memperkenalkan manusia dengan hukum tertentu yang mengatur sesuatu, maka ilmu pengetahuan mampu membuat manusia dapat mengendalikan dan memanfaatkan sesuatu, dan dengan demikian ilmu pengetahuan memajukan industri dan teknologi.
Kendatipun ilmu pengetahuan dapat memberikan beribu-ribu hal tentang sesuatu, namun karena pengetahuan yang diberikan oleh ilmu pengetahuan sifatnya khusus, maka ruang lingkupnya pun terbatas. Eksperimen membatasinya. Ilmu pengetahuan dapat melangkah maju selama dimungkinkan membuat eksperimen. Jelas, ilmu pengetahuan tidak dapat melakukan eksperimen atas segenap alam semesta dan segenap aspeknya. Upaya ilmu pengetahuan untuk mengetahui sebab dan akibat hanyalah pada tingkat tertentu, dan selanjutnya sampailah ilmu pengetahuan pada tahap "tidak tabu." Ilmu pengetahuan laksana lampu sorot yang hanya menerangi area yang terbatas. Di luar area itu, ia tak dapat meneranginya. Ia tidak dapat melakukan eksperimen untuk masalah-masalah seperti apakah alam ini ada awal dan akhirnya, apakah kedua sisi alam ini tidak ada batasnya. Kalau ilmuwan menghadapi masalah ini, sadar atau tidak, dia merujuk filsafat sehingga dapat memberikan pandangan tentang masalah ini.
Menurut ilmu pengetahuan, alam ini merupakan sebuah buku purba, yang halaman pertama dan halaman terakhirnya sudah hilang. Awal dan akhirnya tidak diketahui. Mengapa? Karena konsepsi ilmu pengetahuan tentang alam ini merupakan hasil dari pengetahuan tentang bagian, bukan tentang keseluruhan. Ilmu pengetahuan memberikan informasi tentang posisi beberapa bagian alam semesta, bukan tentang ciri dan sifat keseluruhan alam semesta. Konsepsi ilmu pengetahuan tentang alam semesta versi ilmuwan adalah seperti konsepsi tentang gajah di sekeliling dari orang-orang yang meraba-rabanya dalam kegelapan. Orang yang memegang telinga gajah mengira bahwa gajah itu seperti kipas, orang yang memegang kaki gajah mengira bahwa gajah itu seperti pilar, dan orang yang memegang punggung gajah mengira bahwa gajah itu seperti panggung.
Kekurangan lain yang ada pada konsepsi ilmu pengetahuan tentang alam semesta adalah konsepsi ini tidak dapat menjadi dasar bagi ideologi, karena dari segi praktisnya, yaitu segi memperlihatkan realitas seperti adanya dan segi membuat orang mempercayai karakter realitas alam semesta, ilmu pengetahuan tidak konstan. Menurut ilmu pengetahuan, ciri-ciri alam ini berubah-ubah dari hari ke hari, karena ilmu pengetahuan didasarkan pada perpaduan teori dan eksperimen, bukan didasarkan pada kebenaran rasional yang jelas. Teori dan eksperimen hanya memiliki nilai temporer. Karena itu, konsepsi ilmu pengetahuan tentang alam ini berubah-ubah, dan tidak layak untuk dijadikan dasar iman. Iman memerlukan dasar yang lebih konstan atau cukup permanen.
Konsepsi ilmu pengetahuan tentang alam semesta—mengingat keterbatasan yang diakibatkan oleh alat-alatnya (teori dan eksperimen)—tak mampu menjawab sejumlah pertanyaan, yang jawaban tentu saja penting sekali bagi ideologi. Yaitu pertanyaan-pertanyaan: dari mana asal alam semesta ini? Ke mana tujuan alam semesta ini? Dari segi waktu, apakah alam ini ada awal dan akhirnya? Bagaimana posisinya dari segi tempat? Apakah eksistensinya, pada umumnya, baik dan bermakna? Apakah alam ini diatur oleh hukum yang tak berubah-ubah dan esensial, atau hal seperti itu tak ada? Apakah alam semesta pada umumnya merupakan unit yang hidup dan sadar, atau apakah manusia saja yang merupakan kekecualian yang kebetulan? Dapatkah sesuatu yang ada menjadi tidak ada, atau sesuatu yang tak ada menjadi ada? Mungkinkah atau mustahilkah mengembalikan sesuatu yang tidak ada? Mungkinkah penciptaan kembali alam semesta dan sejarah dalam segenap perinciannya, bahkan setelah bermiliar-miliar tahun? Yang lebih besar itu unitas atau multiplisitas? Apakah alam semesta terbagi menjadi alam material dan alam non-material, dan apakah alam material merupakan bagian kecil dan alam secara keseluruhan? Apakah alam ini mendapat panduan yang benar dan cerdas, atau apakah alam ini lemah dan buta? Apakah manusia dan alam ini keadaannya saling memberi dan menerima? Apakah alam semesta ini memperlihatkan reaksi terhadap perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia? Apakah ada kehidupan yang abadi setelah kehidupan fana ini? Masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan serupa.
Ilmu pengetahuan tidak memberikan jawaban untuk semua pertanyaan ini, karena ia tidak dapat melakukan eksperimen tentang pertanyaan-pertanyaan tersebut. Yang dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan hanyalah pertanyaan-pertanyaan yang terbatas dan parsial. Ia tak dapat mem¬berikan gambaran umum tentang alam semesta. Untuk lebih jelasnya, kami berikan contoh.
Seseorang boleh jadi memiliki pengetahuan tertentu tentang sebuah kota besar. Dia mungkin tahu secara terperinci satu bagian dan kota tersebut, dan mungkin dapat menggambarkan jalan-jalan besar dan kecil di kota tersebut, dan bahkan rumah-rumah di kota tersebut. Orang lain mungkin juga tahu secara terperinci bagian lain dan kota itu, dan orang ketiga, keempat dan kelima mungkin tahu bagian-bagian lain dari kota itu. Kalau dikumpulkan informasi dari mereka semua, mungkin diperoleh informasi yang memadai mengenai setiap bagian dari kota itu. Namun akankah informasi ini memadai untuk memiliki gambaran yang utuh mengenai kota itu? Misalnya, dapatkah diketahui bentuk kota itu: apakah bundar, persegi empat, atau bentuknya seperti daun? Jika menyerupai daun, lantas daun pohon apa? Bagaimana saling hubungan di antara berbagai area dari kota itu? Mobil jenis apa yang menghubungkannya? Apakah kota itu pada umumnya indah atau jelek? Jadi jelaslah, semua informasi ini tak dapat diperoleh.
Jika menginginkan informasi seperti itu, dan misalnya ingin tahu bentuk kota itu, atau ingin tahu apakah kota itu indah atau jelek, maka perlu naik pesawat udara untuk memperoleh pe-mandangan seutuhnya dari udara mengenai kota itu. Seperti telah disebutkan, ilmu pengetahuan tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar yang diperlukan untuk membentuk konsepsi mengenai alam semesta. Juga tak dapat memberikan gambaran yang utuh mengenai alam semesta.
Terlepas dari semua ini, nilai konsepsi ilmu pengetahuan mengenai alam semesta bersifat praktis dan teknis, bukan teoretis, sedangkan ideologi dapat didasarkan pada nilai teoretis saja. Kalau realitas alam seperti yang digambarkan oleh ilmu pengetahuan, itu tentu akan merupakan nilai teoretis ilmiah. Nilai praktis dan teknis ilmu pengetahuan terletak pada fakta bahwa terlepas dari apakah ilmu pengetahuan menggambarkan atau tidak menggambarkan realitas, ia memberikan kemampuan kepada manusia untuk menunaikan tugas yang bermanfaat. Industri dan teknologi modern memperlihatkan nilai praktisnya. Sungguh menakjubkan, di dunia yang modern ini, sementara nilai teknis dan praktis ilmu pengetahuan meningkat, nilai teoretisnya justru merosot.
Mereka yang tidak mengetahui persis peran ilmu pengetahuan mungkin beranggapan bahwa selain kemajuan praktisnya tak dapat disangkal, ia juga telah mencerahkan hati nurani manusia dan telah meyakinkan manusia mengenai realitas seperti yang digambarkan olehnya. Namun faktanya tidaklah demikian.
Dari pembahasan terdahulu jelaslah bahwa ideologi membutuhkan konsepsi tentang alam yang (1) dapat menjawab pertanyaan penting mengenai alam semesta sebagai keseluruhan, bukan hanya bagian dari alam semesta; (2) dapat menjadi konsepsi yang abadi dan andal, bukan konsepsi yang sifatnya untuk sementara waktu; dan (3) dapat memiliki nilai teoretis dan nilai realistis juga, bukan semata-mata nilai praktis dan nilai teknis saja. Jadi, juga jelas bahwa konsepsi ilmu pengetahuan tentang alam, sekalipun memiliki hal-hal lain yang dapat dipercaya, tidak memiliki ketiga syarat ini.
-Konsepsi Filosofis
Meskipun konsepsi filosofis mengenai alam semesta tidak sesaksama dan sespesifik konsepsi ilmu pengetahuan, namun konsepsi filosofis didasarkan pada sejumlah prinsip yang jelas dan tak dapat disangkal lagi oleh akal. Prinsip-prinsip ini logis, sifatnya umum dan komprehensif. Karena kuat dan konstan, maka prinsip-prinsip ini memiliki keuntungan. Konsepsi filosofis mengenai alam semesta bebas dari inkonstanitas dan keterbatasan seperti itu; dua hal yang terdapat dalam konsepsi ilmu pengetahuan. Konsepsi filosofis mengenai alam semesta menjawab semua masalah yang menjadi sandaran ideologi. Prinsip ini mengidentifikasi bentuk dan ciri utuh dari alam semesta.
Baik konsepsi ilmu pengetahuan maupun konsepsi filosofis merupakan mukadimah untuk aksi, namun dengan dua cara yang berbeda. Konsepsi ilmu pengetahuan merupakan mukadimah untuk aksi karena konsepsi ini membuat manusia mampu mengendalikan alam dan membawa perubahan pada alam. Manusia, melalui sarana ilmu pengetahuan, dapat memanfaatkan alam untuk kepentingannya. Konsepsi filosofis merupakan mukadimah untuk aksi, artinya adalah bahwa konsepsi ini menentukan jalan hidup yang dipilih manusia. Prinsip ini mempengaruhi reaksi manusia terhadap pengalamannya berhubungan dengan alam. Prinsip ini menentukan sikapnya, dan memberinya pandangan tertentu mengenai alam semesta. Prinsip ini memberikan ideal kepada manusia, atau mencabut ideal dan manusia. Prinsip ini memberikan makna kepada kehidupannya, atau menariknya ke arah hal-hal yang sepele dan tak masuk akal. Itulah sebabnya kami katakan bahwa ilmu pengetahuan tak dapat memberikan konsepsi tentang alam yang dapat menjadi dasar bagi ideologi, sementara filsafat dapat.
-Konsepsi Religius
Kalau setiap paparan pandangan total tentang alam semesta dianggap sebagai konsepsi filosofis, dengan tidak mempertimbangkan apakah sumber konsepsi ini perkiraan, pemikiran, atau wahyu dan alam gaib, maka bidang konsepsi religius dan filosofis itu sama. Namun jika sumbernya dipertimbangkan, maka konsepsi filosofis dan religius mengenai alam semesta tak syak lagi merupakan dua hal yang berbeda.
Dalam agama-agama tertentu seperti Islam, konsepsi religius tentang alam semesta mengambil warna filosofis atau argumentatif, dan merupakan bagian integral dari agama itu sendiri. Pertanyaan-pertanyaan yang diangkat oleh agama didasarkan pada pemikiran dan hujah. Dengan demikian, konsepsi Islam mengenai alam semesta bersifat rasional dan filosofis. Selain dua nilai konsepsi filosofis, yaitu abadi dan komprehensif, konsepsi religius tentang alam semesta, tak seperti konsepsi ilmiah dan filosofis murni, memiliki satu lagi nilai, yaitu menyucikan prinsip-prinsip konsepsi alam semesta.
Kita masih ingat bahwa ideologi—selain membutuhkan keyakinan bahwa prinsip-prinsip yang dipandang suci oleh ideologi itu abadi dan tak dapat diganggu gugat—membutuhkan keyakinan dan ketaatan kepada mazhab pemikiran, maka jelaslah bahwa basisnya bisa cuma konsepsi alam semesta yang memiliki warna religius itu. Dari pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa konsepsi tentang alam semesta dapat menjadi dasar dari ideologi kalau saja konsepsi itu memiliki keseimbangan, pemikiran luas yang filosofis dan kesucian prinsip-prinsip religius.
Bagaimana Menilai Ideologi?
Ideologi dapat dianggap sempurna kalau: (1) dapat dibuktikan dan diungkapkan secara logis, dengan kata lain dapat dipertahankan secara logis maupun intelektual; (2) memberikan makna kepada kehidupan dan menghapus gagasan yang tak ada artinya dari pikiran; (3) membangkitkan semangat; (4) mampu menyucikan tujuan manusia dan tujuan sosial; dan (5) membuat manusia bertanggung jawab.
Jika ideologi dapat dipertahankan secara logis, maka mulus jalannya ideologi itu untuk diterima secara intelektual. Dan karena tak ada kekacauan mengenainya, maka aksi yang disarankannya pun jadi mudah. Ideologi yang membangkitkan semangat membuat mazhabnya menarik dan memberikan kehangatan dan kekuatan kepada mazhabnya. Penyucian tujuan mazhab yang dilakukan oleh ideologi mazhab tersebut memudahkan penganut mazhab ini untuk bekorban demi kepentingan prinsip atau tujuan mazhab tersebut. Kalau mazhab tidak menyebutkan bahwa tujuannya suci, maka mazhab tersebut tidak dapat mewujudkan rasa cinta kepada prinsipnya dan rasa bekorban untuk kepentingan prinsipnya, juga tak mungkin ada jaminan bahwa mazhab seperti itu akan sukses. Pertanggungjawaban manusia yang disebutkan oleh konsepsi alam semesta membuat orang memiliki dedikasi kepada nuraninya dan membuat orang bertanggung jawab terhadap dirinya maupun masyarakat.
Konsep Tauhid
Semua karakteristik dan kualitas yang mutlak harus dimiliki oleh sebuah konsepsi yang baik tentang alam semesta, dimiliki oleh konsepsi tauhid. Konsepsi tauhid merupakan satu-satunya konsepsi yang memiliki semua karakteristik dan kualitas ini. Konsepsi tauhid merupakan kesadaran akan fakta bahwa alam semesta ada berkat suatu kehendak arif, dan bahwa sistem alam semesta ditegakkan di atas rahmat dan kemurahan had dan segala yang baik. Tujuannya adalah membawa segala yang ada menuju kesempurnaannya sendiri. Konsepsi tauhid artinya adalah bahwa alam semesta ini "sumbunya satu" dan "orbitnya satu". Artinya adalah bahwa alam semesta ini "dari Allah" dan "akan kembali kepada Allah".
Segala wujud di dunia ini harmonis, dan evolusinya menuju ke pusat yang sama. Segala yang diciptakan tidak ada yang sia-sia, dan bukan tanpa tujuan. Dunia ini dikelola dengan serangkaian sistem yang pasti yang dikenal sebagai "hukum (sunnah) Allah." Di antara makhluk yang ada, manusia memiliki martabat yang khusus, tugas khusus, dan misi khusus. Manusia bertanggung jawab untuk memajukan dan menyempurnakan dirinya, dan juga bertanggung jawab untuk memperbarui masyarakatnya. Dunia ini adalah sekolah. Allah memberikan balasan kepada siapa pun berdasarkan niat dan upaya konkretnya.
Konsepsi tauhid tentang dunia ini mendapat dukungan dari logika, ilmu pengetahuan dan argumen yang kuat. Setiap partikel di alam semesta ini merupakan tanda yang menunjukkan eksistensi Allah Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui, dan setiap lembar daun pohon merupakan kitab yang berisi pengetahuan spiritual.
Konsepsi tauhid mengenai alam semesta memberikan arti, semangat dan tujuan kepada kehidupan. Konsepsi ini menempatkan manusia di jalan menuju kesempurnaan yang selalu ditujunya tanpa pernah berhenti pada tahap apa pun. Konsepsi tauhid ini memiliki daya tarik khusus. Konsepsi ini memberikan vitalitas dan kekuatan kepada manusia, menawarkan tujuan yang suci lagi tinggi, dan melahirkan orang-orang yang peduli. Konsepsi ini merupakan satu-satunya konsepsi tentang alam semesta yang membuat tanggung jawab manusia terhadap sesamanya menjadi memiliki makna. Juga merupakan satu-satunya konsepsi yang menyelamatkan manusia dari terjungkal ke jurang kebodohan.
-Konsepsi Islam
Konsepsi Islam tentang alam semesta merupakan konsepsi tauhid. Islam membawakan tauhid dalam bentuknya yang paling murni. Dari sudut pandang Islam, tidak ada yang seperti Allah, dan tidak ada yang menyamai-Nya: Tidak ada yang serupa dengan-Nya. (QS. asy-Syûrâ: 11).
Independensi Allah mutlak sifatnya. Segala sesuatu bergantung pada-Nya, namun Dia tak bergantung pada apa dan siapa pun: Kamulah yang membutuhkan Allah. Dan Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji. (QS. Fâthir: 15)
Allah melihat dan mengetahui segala sesuatu. Dia mampu melakukan apa pun yang dikehendaki-Nya: Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. asy-Syûrâ: 12). Dia mampu melakukan segala sesuatu. (QS. al-Hajj: 26)
Allah ada di mana-mana. Setiap tempat, entah di atas langit atau di kedalaman bumi, memiliki hubungan yang sama dengan-Nya. Ke arah mana pun kita menghadap, kita menghadap Allah: Ke mana pun kamu berpaling, di situlah wajah Allah. (QS. al-Baqarah: 115)
Allah mengetahui isi hati kita. Dia mengetahui segala niat dan tujuan kita: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya. (QS. Qâf: 16)
Allah lebih dekat dengan manusia daripada urat lehernya: Kami lebih dekat dengannya daripada urat nadinya. (QS. Qâf: 16)
Allah memiliki segala sifat yang baik dan bebas dari segala kekurangan: Allah memiliki Nama-nama Teragung. (QS. al-A'râf: 180)
Allah bukanlah organisme material, dan tak dapat dilihat dengan mata:
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang penglihatan itu. (QS. al-An'âm: 103)
Dari sudut pandang tauhid dan konsepsi Islam, alam semesta merupakan ciptaan dan diurus oleh kehendak dan perhatian Allah. Jika Allah sekejap saja tidak memberikan perhatian, maka seluruh alam semesta pasti binasa seketika itu juga. Alam semesta ini diciptakan tidak sia-sia atau bukan untuk senda-gurau. Dalam penciptaan manusia dan dunia tersirat banyak keuntungan. Segala yang diciptakan tidak sia-sia. Sistem yang ada pada alam semesta adalah sistem yang terbaik dan paling sempurna. Sistem ini memanifestasikan keadilan dan kebenaran, dan didasarkan pada serangkaian sebab dan akibat. Setiap akibat merupakan konsekuensi logis dari sebab, dan setiap sebab melahirkan akibat yang khusus. Takdir Allah mewujudkan sesuatu melalui sebab khususnya saja, dan serangkaian sebablah yang merupakan takdir Allah untuk sesuatu.

Kehendak Allah selalu bekerja di alam semesta dengan bentuk hukum atau prinsip umum. Hukum Allah tidak berubah. Bila terjadi perubahan, maka itu selalu sesuai dengan hukum. Sementara baik dan buruk di alam semesta ini berkaitan dengan perilaku manusia dan perbuatannya sendiri. Perbuatan baik dan buruk, selain mendapat balasan di akhirat, juga mendapat reaksi di alam semesta ini.
Takdir Allah berlaku untuk alam semesta. Evolusi bertahap merupakan takdir dan hukum Allah. Dan alam semesta inilah sebagai tempat bagi perkembangan manusia. Manusia dihukum oleh takdir Allah untuk merdeka dan bertanggung jawab. Manusia adalah tuan bagi nasibnya sendiri. Manusia memiliki martabat khususnya. Manusia tepat untuk menjadi khalifah Allah. Dunia ini dan akhirat hanya merupakan dua tahap yang saling berkaitan seperti menanam benih dan panen, karena yang dipanen adalah yang ditanam. Dua tahap tersebut dapat pula disamakan dengan dua periode: periode anak-anak dan periode usia lanjut. Karena periode usia lanjut merupakan akibat dari periode anak-anak. [islammuhammadi/mt/on] Sumber: Muqadimeh-i bar Jahanbini-e Islami: 1373 HS. ON

Kasih Sayang dalam Perangai Rasulullah Saw

Kasih Sayang dalam Perangai Rasulullah Saw “Muhammad Saw adalah hamba dan nabi-Nya, orang pilihan yang dipilih-Nya. Kemuliaannya tak dapat dibandingkan, kepergiannya tak dapat digantikan. Beliau menerangi berbagai negeri setelah sebelumnya berada dalam kesesatan yang gelap dan kejahilan yang merajalela.”
Sebelum berbicara panjang lebar tentang aspek yang penting dalam kepribadian Rasulullah Saw ini, sebaiknya saya sebutkan beberapa poin berikut:
Pertama, kasih sayang merupakan bagian penting dari kepribadian manusia dan realitas. Kasih sayang adalah salah satu sifat Islam paling penting yang harus diperhatikan dan diarahkan agar mencapai hasil yang diinginkan.
Saat berbicara tentang keselarasan antara unsur-unsur kepribadian manusia, yaitu akal, pikiran, emosi, indra dan perilaku, Imam Ali mengatakan, “Akal adalah imam bagi pikiran, pikiran adalah imam bagi hati, hati adalah imam bagi indra, dan indra adalah imam bagi anggota tubuh lainnya” untuk mengungkapkan secara tepat akar perilaku manusia yang sadar.

Islam berupaya mendidik manusia dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Menumbuhkan unsur akal instingtif pada manusia kemudian mendorongnya agar merefleksi, merenung, berpikir, mencari bukti, mempertimbangkan dan lain sebagainya.

2. Menekankan pendekatan logis dalam proses berpikir seraya menjauhkannya dari berbagai pendekatan kontradiktif yang dapat merusak hasil dan dialog yang damai.

3. Menumbuhkan elemen emosional dan memuaskannya dengan kasih yang tulus kepada Allah Swt Sang Kekasih yang paling menarik dan memiliki semua diinginkan oleh jiwa, yakni kesempurnaan absolut, sehingga emosi menjadi sangat mulia.

4. Memberikan hukum yang selaras dengan fitrah untuk mengatur perilaku dan memetakan kebahagiaan.

5. Menumbuhkan kehendak yang meningkatkan kesadaran dan tahan banting terhadap semua dorongan emosional, sebesar apa pun kobarannya, untuk memastikan bahwa emosi berjalan ke arah yang benar atau malah sebaliknya, dan menjaga kebebasannya dalam mengarahkan tingkah laku. Dengan kebebasan ini, ia akan berhasil mengemban tanggung jawabnya. Saya tidak sependapat dengan orang yang mengambarkan “kehendak” dengan “emosi yang menyala-nyala”. Pandangan itu akan menjerumuskan kita ke dalam paham fatalisme yang tertolak, baik oleh hati nurani maupun syariat. Namun demikian, emosi tetap memiliki peran yang memengaruhi kehendak dan perilaku.

Oleh karena itu, Islam menekankan masalah ini dengan berbagai metode, antara lain:

1. Metode pengarahan langsung yang memperingatkan agar mewaspadai nafsu yang tak terkendali, apalagi nafsu yang semena-mena. Al-Qur’an menyatakan, “Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan keinginannya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya?” (QS. al-Furqan [25]: 43).

2. Metode tak langsung dengan menggunakan perumpamaan dan cerita yang memuliakan orang-orang yang mampu menguasai motif dan keinginan mereka, yaitu para nabi dan orang-orang saleh.

3. Memberikan contoh-contoh praktis dari perilaku Nabi Saw dan para pemimpin yang telah digembleng oleh beliau, yaitu Ahlulbait yang suci dan para sahabat yang diberkati—semoga Allah meridai mereka.

4. Menyeru umat Islam untuk meningkatkan kecintaan mereka hingga level tertinggi, yaitu mencintai Allah, Rasul-Nya, Ahlulbaitnya yang suci, dan para sahabatnya yang ikhlas. Jika itu tercapai, emosi bakal tertata dengan indah dan selaras dengan pemikiran serta kreatif untuk beramal saleh.
Kedua, proses pendidikan emosi ini akan berhasil setelah membangun dan memperdalam iman kepada Allah Yang memiliki segenap atribut kesempurnaan dan kemuliaan, menghubungkan manusia hingga batas terjauh, dan meningkatkan visinya tentang alam semesta dan kehidupan dengan memperkokoh bangunannya di atas prinsip-prinsip terpenting, yaitu kebenaran, keadilan, kecintaan, dan kasih sayang. Pikiran dan emosi akan tetap hidup dan saling melengkapi dalam suasana ini. Sirah dan Sunah Rasulullah Saw hadir untuk mengukuhkan makna ini dan memberinya manifestasi sensorik yang ideal. Untuk menjelaskan prinsip-prinsip ini, saya mencatat beberapa hal berikut:
Pertama, kebenaran adalah rahasia alam semesta. Kita dapat mengambil kesimpulan dari sejumlah pendapat tentang makna kebenaran. Singkatnya, kebenaran adalah sesuatu yang riil atau realistis.
Sesuatu yang riil maksudnya ialah ada dalam realitas obyektif atau dunia yang independen dari pencitraan mental. Sedangkan yang dimaksud dengan realistis adalah sesuatu yang sesuai dengan persyaratan realitas eksternal.
Aplikasi kebenaran terbaik adalah dzat ilahi. Ia begitu jelas bagi fitrah manusia, sehingga keimanan terhadapnya menjadi jelas. Cahaya Allah telah menyelimuti alam semesta sehingga Anda tidak lagi melihat Allah Swt dalam segala hal. Karena itu, Allah adalah kebenaran dan realitas yang tidak terbantahkan.
Adapun selain Allah, yaitu makhluk dan syariat-Nya yang disebutkan oleh al-Qur’an sebagai kebenaran—menurut saya—memperoleh status “kebenaran” karena dua alasan:

a. Karena merupakan realitas obyektif seperti yang kita lihat dalam firman Allah Swt, “(yaitu) pada hari (ketika) manusia bangkit.”. Di sini ada penegasan atas hal-hal yang tidak tertangkap oleh indra manusia dan diberi atribut sebagai kebenaran supaya diimani.

b. Karena keberadaannya sesuai dengan rencana umum ilahi bagi alam semesta. Setiap bagian yang ada di alam semesta diperlukan untuk keberlangsungan gerakannya. Ia terlibat dalam mencapai tujuan yang diinginkan dari makhluk seperti yang dikehendaki oleh inayat Allah tatkala bermaksud menjadikannya sehingga ia pun ada. Bagian kedua ini mencakup semua hal, baik makhluk alam ataupun hukum-hukum syariat. Allah berfirman, “Yang demikian itu karena Allah telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) dengan (membawa) kebenaran.” (QS. al-Baqarah [2]: 176). “Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan hak (benar).” (QS. al-An‘am [4]: 73).
Kedua, keadilan berlaku di seluruh alam semesta. Perbincangan dan perdebatan di antara sekte-sekte Islam kadang-kadang berujung pada kesimpulan tertentu. Terkadang pembela keadilan tampil sebagai pemenang, tapi di lain waktu keraguan menguat sehingga para penentang keadilan menjadi pemenang. Meskipun demikian, seorang muslim tidak akan meragukan bahwa keadilan—apa pun pengertiannya—dimulai oleh keadilan ilahi dengan konsep umumnya yang diceritakan oleh al-Qur’an kepada kita, dan mengakhiri aplikasinya dalam setiap atom alam semesta.
Dengan demikian, keadilan umum dalam keyakinan seorang muslim adalah potensi lain dan salah satu faktor moral yang kuat, yang terlibat dalam memperbaiki masalah keadilan di alam semesta. Sementara itu, ketidak adilan itu sendiri merupakan salah satu faktor kepunahan dan pemusnahan, terlepas ada atau tidaknya faktor-faktor yang lain.
Ketiga, cinta adalah kerangka hubungan antara berbagai bagian alam semesta. Seorang muslim yakin berdasarkan keterangan al-Qur’an mulia bahwa ada kerangka kasih sayang umum yang meliputi seluruh bagian alam semesta dan berlaku dengan beragam jenisnya. Hubungan antara Pencipta dan para makhluk dibingkai oleh cinta. Begitu juga hubungan antara makhluk yang dipersatukan oleh tujuan dan dididik oleh didikan langit, spiritnya adalah cinta. Bahkan, hubungan di antara orang-orang beriman di alam semesta dan antara bagian-bagian alam semesta yang tidak memiliki perasaan manusia, penguatnya adalah saling mencintai.
Pembenaran atas cinta ini sangat jelas dalam akidah Islam dan ajaran al-Qur’an. Jika kita mulai membingkai persahabatan antara manusia dan Tuhannya, kita akan memahami variasi tingkatan hubungan cinta terbaik, dari cinta yang didasarkan kepada kepentingan menurut pandangan manusia, tapi walau bagaimanapun itu adalah cinta yang bergelora, hingga cinta sejati dan penuh kesadaran yang mencerminkan puncak cinta, yaitu cinta para wali yang ikhlas.
Islam itu khas. Ia dimulai dengan hal-hal sederhana, seperti menyiapkan cinta yang dibangun atas dasar kepentingan, kemudian meningkatkannya ke level yang menjadikannya bagian dari entitas manusia. Motivasi diri mengendalikan perilakunya dan mengarahkannya untuk memperbaiki masalah kemanusiaan secara umum.
Adapun cinta dari Sang Pencipta Yang Mahamulia, meskipun inspirasi dan imajinasi yang diciptakannya dalam benak orang-orang beriman sama seperti cinta di antara para makhluk, tetapi pada kenyataannya ia merupakan gaya ekspresif untuk mengungkapkan kedekatan kepada belas kasihan Allah dan kompetensi atas rahmat dan keridaan dengan gambaran yang lebih besar daripada sebelumnya.
Teks-teks al-Qur’an menunjukkan cinta orang-orang beriman, antara lain dengan ungkapan al-muhsinin (orang-orang yang berbuat kebajikan), al-tawwabin (orang-orang yang bertaubat), al-mutathahhirin (orang-orang yang disucikan), al-muttaqin (orang-orang yang bertakwa), al-shabirin (orang-orang yang sabar), al-mutawakkilin (orang-orang yang tawakal), al-muqsitin (orang-orang yang berbuat adil), dan orang-orang yang berperang di jalan Allah dalam barisan yang teratur seakan-akan seperti bangunan yang tersusun kokoh. Teks al-Qur’an menunjukkan cinta kasih antar orang-orang beriman, “Mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin).” (QS. al-Hasyr [59]: 9).
Hubungan cinta antara manusia dan alam terjalin ketika manusia merasa bahwa alam ditundukkan untuknya dan yang akan memperbaikinya adalah dirinya, setelah dia diberi wahyu bahwa tangan inayat ilahi telah memberkati rezeki yang ada di bumi.
Diriwayatkan bahwa menjelang sampai di Madinah sepulang dari Perang Tabuk Nabi Besar Muhammad Saw bersabda, “Inilah kota Thabah dan ini Gunung Uhud. Ia mencintai kita dan kita pun mencintainya.” Beliau juga bersabda, “Patriotisme adalah bagian dari iman.”
Sekarang kita sampai pada bagian indah dari lingkaran-lingkaran cinta. Al-Qur’an menganggapnya sebagai imbalan dari risalah Islam. Upaya yang dilakukan oleh Nabi Besar Muhammad Saw dalam melayani umat ini adalah menghubungkan seluruh umat kepada Ahlulbait, yakni orang-orang yang paling memenuhi syarat untuk memimpin umat menuju pantai keselamatan. Mereka (Ahlulbait) adalah bahtera keselamatan dan pintu kebebasan bagi seluruh alam. “Katakanlah (Muhammad), ‘Aku tidak meminta kepadamu suatu imbalan pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.’” (QS. al-Syura [42]: 23). Akhirnya kita sampai pada lingkaran cinta terkecil, yaitu kasih sayang antar pasangan. “Dia menjadikan di antaramu kasih dan sayang.” (QS. al-Rum [30]: 21).
Keempat, rahmat. Keberadaan alam ini dihadirkan dengan rahmat. Bagian ini dianggap sebagai bagian paling penting dan menyeluruh yang mencerminkan rahasia akidah Islam. Ada beberapa riwayat yang menerangkan bahwa keseluruhan al-Qur’an terangkum dalam Surat al-Fatihah dan al-Fatihah terangkum dalam basmalah. Ketika riwayat-riwayat tersebut dianalisis, dapat disimpulkan bahwa surah al-Fatihah adalah ruh al-Quran karena mengandung prinsip-prinsip akidah Islam secara keseluruhan. Al-Qur’an membingkai segala sesuatu yang dibicarakan dalam konteks akidah. Sementara itu, basmalah merupakan ruh akidah. Berarti akidah adalah awal dari segala sesuatu di alam semesta ini karena rahmat Allah.
Inilah fakta yang kita temukan secara konsisten dalam berbagai topik al-Qur’an, yang mencerminkan manifestasi kesempurnaan dalam dzat ilahi, yang menciptakan keyakinan kuat pada diri seorang Muslim, bahwa akidah bersumber dari belas kasih. Anugerah-Nya ke dunia adalah belas kasih. Seorang muslim berjalan dalam batas-batas kemurahan ini, yang menghindarkan banyak orang dari sumber-sumber penyimpangan, yang kadang-kadang menimpa tingkah lakunya. Ketika atsar-atsar tentang doa diteliti, kita menemukan berbagai metode pendidikan akidah yang berfokus pada aspek ini.
Dalam al-Qur’an mulia kita menemukan banyak ayat yang menggandengkan sifat keagungan Allah dengan kasih sayang-Nya. Ayat-ayat tersebut dipungkas dengan ungkapan, “Dia Mahaperkasa, Mahapenyayang.”
Jadi, kita tahu hukum-hukum dasar yang mengatur alam semesta, yaitu hukum-hukum kebenaran, keadilan, cinta dan kasih sayang. Semuanya berhubungan dengan hati serta menumbuhkan emosi dan perasaan.
Islam menampilkan Rasulullah Saw yang mulia sebagai contoh terbaik bagi fakta-fakta ini. Sunah dan sirahnya merasuk ke dalam jiwa. Rasulullah Saw yang mulia adalah manifestasi terbesar bagi makna-makna di atas. Orang-orang yang meneliti sirah dan sunah Rasulullah Saw akan menemukan fakta-fakta berikut dengan sangat jelas, yaitu kebenaran, keadilan, cinta, dan kasih sayang, untuk melengkapi akhlak mulia dan kasih sayang yang dinugerahkan kepada manusia.
Alangkah baiknya bila saya kutipkan beberapa petikan dari Nahjul Balaghah terkait deskripsi Imam Ali yang menakjubkan tentang guru, mentor, sekaligus nabinya, yaitu Rasulullah Saw tercinta. Imam Ali mengatakan, “Allah Swt mengutus Muhammad Rasulullah Saw untuk memenuhi janji-Nya dan merampungkan kenabian-Nya. Dia mengambil sumpahnya kepada para nabi, tabiatnya termasyhur, dan kelahirannya mulia.”
Imam Ali mengatakan, “Beliau memikulnya atas perintah-Mu, maju kepada kehendak-Mu, tanpa mengendurkan langkah atau kelemahan tekad, mendengarkan wahyu-Mu, memelihara perjanjian-Mu, maju ke depan dalam menyebarkan perintah-perintah-Mu, sampai beliau menyalakan api bagi pencarinya dan menerangi jalan bagi yang meraba-raba dalam gelap. Hati menggapai petunjuk melalui beliau setelah tenggelam dalam fitnah dan dosa.”
Imam Ali menggambarkan perangai Rasulullah Saw, “Perilaku beliau lurus, perangai beliau memberi petunjuk, bicara beliau tegas, dan keputusan beliau adil.” Beliau pun mengatakan, “Nabi Saw berusaha dengan optimal dalam memberikan nasihat. Beliau turun ke jalan dan menyerukan kebijaksanaan dan petuah yang baik.”
Imam Ali mengatakan, “Lalu Allah mengutus Muhammad Saw sebagai saksi, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Beliau adalah yang terbaik di alam semesta sebagai anak dan yang tersuci sebagai orang dewasa, yang paling suci dari yang disucikan dalam perangainya, yang paling dermawan di antara mereka yang didekati karena kedermawanan.”
Pada bagian lain Imam Ali mengatakan, “Kejujuran adalah jalannya, kesalehan adalah menaranya, kematian adalah tujuannya, dunia adalah tempat berpacunya, kiamat adalah lintasannya, dan surga adalah prioritasnya... Allah menjadikan kehidupanmu (Muhammad Saw) sebagai nikmat bagi seluruh alam dan mengutusmu menyampaikan kebenaran dengan kasih sayang.”
Imam Ali juga mengatakan, “Nabi Saw ibarat tabib kondang yang telah menyiapkan obat-obatannya dan memanaskan peralatannya. Beliau menggunakannya bilamana diperlukan untuk menyembuhkan hati yang buta, telinga yang tuli, dan lidah yang kelu.”
Selanjutnya Imam Ali mengatakan, “Muhammad Saw adalah hamba dan nabi-Nya, orang pilihan yang dipilih-Nya. Kemuliaan Muhammad Saw tak dapat dibandingkan, kepergiannya tak dapat digantikan. Beliau menerangi berbagai negeri setelah sebelumnya berada dalam kesesatan yang gelap dan kejahilan yang merajalela.” “Nabi biasa makan di tanah dan duduk seperti seorang budak. Beliau memperbaiki sepatu beliau dan menambal baju beliau dengan tangan beliau. Beliau menunggang keledai tanpa pelana dan biasa mendudukkan seseorang lain di belakang beliau.” “Pengemban amanah wahyu-Nya, penutup para rasul-Nya, penyampai berita gembira rahmat-Nya, dan pemberi peringatan siksa-Nya.”
Saya tidak menemukan deskripsi yang lebih baik dari itu, dan saya tidak dapat memerinci sikap-sikap Rasulullah Saw antara satu dan yang lainnya. Orang yang meneliti sirah Rasulullah Saw akan menemukannya sarat dengan kelembutan, kasih sayang dan partisipasi bersama para sahabatnya dalam setiap pekerjaan, sehingga mereka terpacu semangatnya, melupakan sulitnya perjalanan, dan terdorong untuk berdedikasi. Itulah yang dikatakan oleh Khalifah Utsman, “Demi Allah, aku telah menemani Rasulullah Saw dalam perjalanan maupun di kampung halaman. Beliau menjenguk orang yang sakit di antara kami, turut mengantarkan jenazah kami, sama-sama terlibat dalam peperangan dengan kami, dan menghibur kami dengan hal-hal kecil maupun hal-hal besar.”[1]
Rasulullah Saw bekerja sama dengan para sahabatnya dalam membuat parit. Itu adalah pekerjaan yang berat dan mungkin disertai dengan rasa lapar yang parah. Diriwayatkan dari al-Ridha, dari ayahnya, dari Amir al-Mukminin Ali r.a, “Kami bersama Nabi Saw menggali parit. Tiba-tiba Fatimah datang membawakan remah-remah roti. Dia kemudian menyodorkannya kepada Nabi Saw. “Apa ini?” tanya Nabi Saw. “Aku membuatkan sepiring roti untuk Hasan dan Husain. Remah-remahnya aku bawa ke sini,” jawab Fatimah. Nabi Saw bersabda, “Duhai Fathimah! Inilah makanan pertama yang masuk ke dalam perut ayahmu setelah tiga hari.”[2]
Hal yang paling indah dalam sirah Rasulullah Saw adalah bahwa beliau menghadapi situasi kritis dengan penuh keyakinan dan mengobarkan semangat dalam jiwa orang-orang. Sikapnya mendorong mereka untuk melakukan pengorbanan yang sangat besar.
Imam Ali r.a, sebagaimana disebutkan dalam Nahjul Balaghah, mengatakan, “Kami bersama Rasulullah Saw memerangi ayah, anak, saudara, dan paman kami sendiri. Namun hal itu malah semakin menambah keimanan dan kepasrahah kami. Kami terus maju meski perbekalan kami sangat minim. Kami menahan rasa sakit dan bersungguh-sungguh dalam memerangi musuh.... Ketika Allah melihat ketulusan kami, Allah menimpakan kemalangan kepada musuh dan memberikan kemenangan kepada kami.”[3] []
Oleh: Ayatullah Muhammad Ali Taskhiri



Kebangkitan Islam, Melawan Kekuatan Imperialis
Islam di Eropa, Antara Aklimatisasi dan KoeksistensiKebangkitan rakyat di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara dewasa ini telah berhasil menumbangkan sejumlah rezim depotik semacam Ben Ali di Tunisia, Mubarak di Mesir dan Gaddafi di Libya. Kini, bola salju perlawanan rakyat itu terus menggelinding kencang menggoyang negara-negara monarki Arab.
Hingga kini perlawanan di negara-negara muslim itu menuai pertanyaan besar, apakah kebangkitan tersebut murni tuntutan rakyat mewujudkan demokratisasi ataukah kebangkitan Islam ?
Peneliti bidang kehidupan beragama dari Balai Penelitian dan Pengembangan Agama (Balitbang) Makassar menilai kebangkitan Islam dan demokratisasi sama-sama bermain dominan.
Doktor Pemikiran Islam jebolan UIN Alauddin Makassar itu memandang kebangkitan rakyat Timur Tengah dan Afrika Utara sebagai bentuk perlawanan terhadap rezim-rezim despotik boneka Washington.
Selengkapnya simak wawancara Purkon Hidayat dari IRIB Bahasa Indonesia dengan Dr. Sabara berikut ini.
Bagaimana pandangan Anda sebagai peneliti agama dan doktor pemikiran Islam menyikapi fenomena perlawanan rakyat di Timur Tengah dan Afrika Utara? Saya melihat tampaknya ada dua tesis besar yang menyeruak; pertama, memandang perlawanan rakyat murni sebagai tuntutan mereka mewujudkan demokratisasi, dan kedua memandang fenomena itu sebagai Kebangkitan Islam. Nah bagaimana Anda melihat dua persoalan ini?
Saya melihat dua tesis antara Kebangkitan Islam dan demokratisasi bermain dominan terutama dengan melihat masyarakat Timur Tengah karena mereka berada di bawah dominasi Amerika. Mereka hendak melawan ini.
Semangat demokratisasi buat saya masih dominan, namun tidak berarti mengabaikan Kebangkitan Islam. Kalau menurut saya, apa yang terjadi di Bahrain dan Suriah juga sama dengan yang terjadi di Mesir sekalipun dalam skala yang lebih kecil. Bila melihat keadaan Mesir, apa yang terjadi di sana lebih dominan tuntutan untuk diterapkannya demokratisasi. Hal itu karena mereka selama sekian puluh tahun berada di bawah kekuasaan Hosni Mubarak. Rezim Mubarak selama bertahun-tahun memberangus demokrasi di sana.
Hal yang sama juga terjadi di Bahrain. Di negara ini semangat demokratisasi masih sangat dominan. Semangat melawan imperialis juga cukup dominan bermain. Begitu juga dengan kasus Suriah. Namun demikian, semangat Kebangkitan Islam juga tidak dapat diabaikan.
Doktrin Kebangkitan Islam di hadapan negara-negara Barat atau negara-negara imperialis itu sangat kuat. Apa yang kita saksikan muncul dari semangat demokratisasi dan Kebangkitan Islam, sehingga memunculkan perubahan di negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara.
Untuk kasus Mesir misalnya, ada tuntutan penutupan Kedutaan Besar Israel dan pemutusan hubungan. Apakah hal itu tidak dapat dibaca sebagai Kebangkitan Islam? Begitu juga kasus gugatan terhadap Hosni Mubarak terkait penjualan gas ke Israel? Bagaimana Anda melihat persoalan itu?
Mencermati transformasi yang terjadi di Timur Tengah perlu ketelitian. Apakah yang muncul ini mengatasnamakan warga Arab atau umat Islam. Jadi pertanyaannya, mereka dendam kepada Israel sebagai orang Islam ataukah kebencian ini lahir dari pribadi mereka sebagai orang Arab. Sekalipun dari satu sisi tidak dapat dipungkiri bahwa tuntutan menutup Kedubes Israel di Mesir itu dipengaruhi juga oleh kelompok-kelompok Islam yang bermain di bawah tanah di Mesir seperti Ikhwanul Muslimin dan lain-lain. Mereka ini juga pengaruh, tapi kita tidak bisa langsung menggeneralisir bahwa ini muncul dari semangat Kebangkitan Islam.
Tuntutan menutup Kedubes Israel di Mesir bisa saja muncul dari sentimen Arab, bukan hanya dikarenakan mereka orang Islam. Tapi ini bisa saja terjadi karena mereka adalah orang Arab.
Sementara untuk kasus Bahrain, bagaimana Anda melihatnya?
Bila membandingkan Bahrain dengan negara-negara Afrika Utara memang punya kekhasan sendiri. Hal itu kembali pada mayoritas pendudukannya yang bermazhab Syiah, tapi dipimpin oleh minoritas monarkhi Sunni. Di sini, selain ada semangat melawan monarki, juga ada semangat melawan imperialis. Ada satu lagi pemicu perubahan di Bahrain dimana adanya semangat politik Islam yang cukup tinggi di Bahrain, terilham dari yang di Iran dan Hizbullah Lebanon. Jadi unsur ini juga punya peran, tanpa menutupi kemungkinan adanya unsur lain.
Kalau saya pribadi melihat kondisi Bahrain ada semangat untuk menjadi seperti saudara-saudara mereka yang ada di Iran, Lebanon dan Irak. Itulah mengapa Arab Saudi marah dan berusaha sekuat tenaga menghalang-halangi terwujudnya perubahan di Bahrain.
Di luar persoalan perbedaan mazhab Syiah dan Sunni, apakah ada persoalan yang lebih substansial di Bahrain bila dihubungkan dengan kehadiran Amerika di Bahrain?
Sebenarnya ada gejala umum di Timur Tengah, bahkan boleh dikata di seluruh dunia ketiga, semangat melawan imperialis itu muncul dengan intensitas yang berbeda-beda. Ekspresinya mengambil bentuk sesuai dengan pemantik yang ada di setiap negara. Jadi kebangkitan rakyat Bahrain juga dipicu oleh semangat melawan kekuatan imperialis yang ada di Bahrain. Buat saya, ini menjadi salah satu faktor utama yang menyulut rakyat Bahrain melakukan aksi perubahan di negaranya.
Bagaimana Anda melihat signifikansi perlawanan rakyat di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara ini terhadap pengaruh Amerika di kawasan itu?
Saya melihat Amerika sangat lihai dalam permainannya dan segalanya tergantung situasi siapa yang akhirnya akan berhasil mengkondisikan situasi. Untuk saat ini, saya melihat perubahan-perubahan yang terjadi di Timur Tengah dan Afrika Utara bisa menjadi potensial untuk melemahkan kekuatan-kekuatan Amerika di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara, khususnya di negara-negara yang tidak lagi menganut sistem monarki.
Hanya saja harus diakui bahwa Amerika masih sangat lihai mengkondisikan situasi, sehingga bisa saja yang tadinya berawal dari perlawanan rakyat, tapi belakangan menjadi berbalik malah mendukung Amerika. Tapi kalau saya melihat tanda-tanda kelemahan Amerika dan itu dapat disaksikan dalam kasus Mesir, Bahrain, Suriah dan Tunisia.
Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, di negara-negara Timur Tengah dan secara umum di negara-negara dunia ketiga ada kemuakan terhadap imperialis yang menumbuhkan semangat perlawanan terhadap imperialis. Sehingga memantik perlawanan terhadap imperialis, dan pasti yang namanya imperialis pemimpinnya pasti Amerika. Jadi bila melihat lebih luas, maka sebenarnya yang terjadi dari gerakan-gerakan di Timur Tengah dan Afrika Utara ini adalah kelemahan negara Amerika yang dikenal sebagai kekuatan imperialis. Tentu saja fenomena ini sangat mempengaruhi kekuatan Amerika itu sendiri.
Ada dua tesis besar yang kita diskusikan di ranah teoritis. Samuel Huntington pernah menggulirkan The Clash Cilivization yang menekankan tabrakan antara demokratisasi dengan Islam, namun tampaknya dibantah oleh Robert W. Herfner yang menolak adanya bentrokan tersebut. Sebagai seorang peneliti agama, bagaimana Anda melihat dua masalah ini?
Bila kita melihat gerakan-gerakan politik Islam sendiri, ternyata apresiasi mereka terhadap demokratisasi dan pemerintahan Islam itu berbeda. Bila melihat masalah demokratisasi, jelas bahwa gerakan Ikhwanul Muslimin lebih akomodatif dengan demokrasi, sedangkan Jamiah Islam menalak tiga isu demokrasi. Republik Islam Iran juga termasuk yang akomodatif terhadap demokrasi. Terjadi pertentangan dalam kelompok-kelompok Islam terkait masalah ini kembali pada pemahaman mereka akan demokrasi itu sendiri. Hizbut Tahrir termasuk yang memandang masalah ini dengan pandangan ekstrim dan menolak demokrasi.
Umumnya di negara-negara dunia Islam memandang demokratisasi minus liberalisme sebagai masalah yang dapat diakomodasi oleh masyarakat muslim. Yang ditolak oleh masyarakat muslim adalah demokrasi ala Amerika. Demokrasi yang ada embel-embel liberalisme. Bila dilihat di Iran, demokrasi itu sendiri telah diadaptasi sedemikian rupa sehingga menjadi bagian dari kenegaraan. Bahkan bila dilihat, para cendekiawan muslim dunia dan Iran menolak demokrasi dengan catatan ada tambahan demokrasi liberalisme ala Amerika.
Masalah demokratisasi di negara-negara muslim akan menjadi benturan bila demorasi itu sesuai dengan yang di Barat. Karena demokratisasi itu akan mengarah pada demokratisasi sekuler. Sementara demokrasi tidak akan mengalami benturan dengan Islam bila minus liberalisasi dan bahkan dalam banyak hal mengambil bentuk baru di dunia Islam.
Ada satu hal yang menarik, karena ternyata Herfner mengajukan satu tema lain bernama kearifan lokal. Sekaitan dengan hal ini, tadi Anda telah menjelaskan tentang model-model demokrasi di berbagai negara, termasuk Iran. Nah saya ingin mencoba lebih jauh menanyakan, apakah mungkin demokrasi yang ditolak oleh masyarakat muslim Timur Tengah dan Afrika Utara adalah demokrasi kapitalisme yang memang ditanamkan oleh kekuatan-kekuatan hegemoni, negara-negara kuat yang memiliki kepentingan dengan pasar. Bagaiman Anda menilainya?
Benar, yang ditolak oleh mereka adalah demokratisasi sekuler dan kapitalis yang bersandar pada kaidah Suara Rakyat adalah Suara Tuhan. Sementara demokrasi sejati sebenarnya sudah ada di negara-negara muslim dalam bentuk kearifan lokal. Seperti masalah Syura atau musyawarah itu bila dikatakan identik dengan demokrasi, maka masalah ini sudah ada di negara-negara muslim.
Kembali pada bangsa Timur Tengah dan Afrika Utara. Bagaimana Anda melihat peran dan pengaruh Revolusi Islam Iran pada revolusi Timteng dan Afrika Utara?
Revolusi Islam tahun 1979 di Iran itu memantik kepercayaan umat Islam akan dirinya sendiri. Saya melihat ada transformasi semangat sebagai dampak pertama dari kemenangan Revolusi Islam Iran yang akhirnya menjalan ke negeri-negeri muslim, khususnya yang ada di sekitar Iran, Timur Tengah dan Afrika Utara. Jadi pada tahap pertama, dapat dikatakan bahwa semangat untuk kembali pada jati diri sebagai umat Islam menjadi pesan pertama yang ditangkap masyarakat muslim dari Revolusi Islam Iran.
Sementara untuk berbicara mengenai ideologi revolusi, tampaknya terlalu dini untuk membicarakannya di sini bahwa ideologi Revolusi Islam Iran telah mempengaruhi revolusi yang terjadi di negara-negara Timteng dan Afrika Utara. Tapi harus diakui bahwa Revolusi Islam Iran menjadi semangat yang mengilhami revolusi dan kebangkitan bagi gerakan-gerakan perlawanan rakyat di negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara. Jadi, posisi Republik Islam Iran sangat sentral dalam memberikan semangat bagi munculnya gerakan-gerakan perlawanan itu.
Sebagai orang Indonesia, pesan apa yang dapat kita ambil dari kebangkitan rakyat muslim di Timur Tengah dan Afrika Utara. Apakah Anda dapat memberikan sedikit ulasan tentang karakteristik dan model serta arah yang dapat digali dari apa yang terjadi di Timur Tengah dan dikembangkan sesuai dengan kebudayaan lokal Indonesia?
Indonesia diakui sebagai negara dengan populasi umat Islam terbesar di dunia. Namun dari sisi pemikiran, politik dan lain-lain, negara Indonesia kurang dianggap. Sementara yang menjadi inspirasi bagi rakyat muslim Indonesia adalah perlunya memupuk kepercayaan diri sebagai negara muslim terbesar di dunia. Sehingga diharapkan muslim Indonesia mampu tampil sejajar dengan negara-negara Islam lainnya.
Sementara bila melihat peta dunia Islam kita mengenal ada Islam Arab, Persia, India, Afrika dan Islam Melayu. Di antara peta Islam yang ada di dunia ini, Islam Melayu terlihat cenderung berada pada posisi marjinal. Sehingga Islam Melayu menjadi bagian yang dipengaruhi. Nah, kita berharap dari kebangkitan rakyat muslim di Timur Tengah dan Afrika Utara, Islam Melayu dan umat Islam di Indonesia dapat tampil sejajar dengan umat Islam yang ada di Timur Tengah. Di sini yang ingin saya tekankan perlu adanya kepercayaan diri sebagai bangsa muslim yang terbesar di dunia.
Berbicara tentang karakteristik keislaman di Indonesia harus kita gali pada dua hal. Pertama perlu kita gali dari pertama kalinya Islam masuk ke Nusantara dan kedua, kembali pada karakteristik bangsa Melayu sebagai etnis. Masalah pertama perlu dipahami mengenai Islam masuk ke Nusantara. Islam memasuki Indonesia dari banyak jalur, baik jalur politik, kultural, jalur ekonomi dan jalur mistisisme. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia itu terbuka menerima pengaruh luar, baik dari sisi politik maupun pemikiran. Artinya, sebagai bangsa Indonesia kita memiliki budaya Nusantara yang cukup terbuka dan mengapresiasi hal-hal yang datang dari agama Islam.
Sementara masalah kedua terkait etnis Melayu yang menjadi identitas. Islam di satu sisi menjadi satu bagian dari kultural dari masyarakat Indonesia. Bila kita mengatakan seseorang itu orang Melayu, maka hampir dapat dipastikan bahwa ia adalah orang Islam. Jadi sebagian besar masyarakat Indonesia, identitas mereka adalah Islam. Artinya, Islam dapat dilihat sebagai agama dan juga bisa dilihat sebagai kultur. Nah, ini sebenarnya satu kekuatan bagi kebangkitan Islam. Karena ketika berbicara tentang Islam, bukan hanya pada level agama, tapi juga pada level kebudayaan, bahkan sudah berbicara tentang etnis.
Saya melihat karakteristik dan arah ini lebih pada upaya memanfaatkan Islam sebagai agama dan budaya dalam kebangkitan Islam. Sehingga kebangkitan Islam itu tidak hanya dipahami terjadi pada level agama, tapi juga masuk lebih dalam pada perubahan sosio-kultural masyarakat.
Islam dan kebudayaan di tengah-tengah bangsa Indonesia tidak pernah berpisah dari awal, kecuali setelah datang Wahabi dan mencoba melakukan politisasi. Islam di Indonesia selama sebelum datangnya Wahabi hampir dikata tidak pernah terjadi persinggungan dan selalu menunjukkan sikap akomodatif satu sama lain. Ini dari sisi karakteristik Islam di Indonesia bila dihubungkan dengan kebankitan Islam di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Sementara bila di lihat dari arahnya, saya pribadi, arah kebangkitan Islam di Indonesia tidak mesti membentuk negara atau daulat Islam. Karena bisa ini menjadi masalah baru. Daulat Islam secara formal akan menjadi masalah baru bagi Indonesia. Jadi, kebangkitan Islam di Indonesia buat saya mestinya memberikan semangat agar dalam percaturan Islam di dunia Internasional punya pengaruh dan diperhitungkan dunia. Sebagai contoh, ketika bangsa Indonesia berbicara tentang Palestina, maka itu didengar oleh dunia. Untuk saat ini, kebangkitan Islam di Indonesia hendaknya lebih substantif, ketimbang yang formalitik. (IRIB Indonesia/SL/PH)
Membongkar Kebencian Inggris Terhadap Islam
islamphobiaFitnah Barat terhadap Islam telah terjadi sejak lama. Fitnah tersebut amat kejam dan tidak dapat dibenarkan. Pada tahun 1978, Edward Said dalam bukunya yang berjudul "Orientalism", menjelaskan penafsiran dunia Barat yang keliru terhadap dunia Timur, terutama Timur Tengah.
Dalam buku "Culture and Imperialism" (1993), Edward Said memperluas argumen inti orientalisme untuk menunjukkan hubungan yang kompleks antara Timur dan Barat dengan mengacu pada penjajah dan terjajah, "The Familiar (Eropa, Barat, kita) dan The Strange (Oriental, Timur , mereka)."
Dia menjelaskan keunggulan budaya Barat dibandingkan dengan budaya Muslim yang inferior. Muslim digambarkan sebagai teroris pelempar bom yang berbahaya, sehingga mereka menjadi sasaran empuk atas tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar.
Ramsey Clark, Mantan Jaksa Agung Amerika Serikat dan juga pendiri Internasional Action Center (IAC) adalah seorang aktivis yang berkomitmen terhadap keadilan sosial, ekonomi, politik, dan ras. Dalam pesan tahun barunya, Clark mengungkapkan kekhawatiran dan harapan terkait dengan masa depan.
Dia mengatakan, selama satu tahun terakhir, telah terjadi peningkatan kebencian terhadap Islam, hal itu disebabkan adanya propaganda sebagian besar media fanatisme anti-agama ini. Amerika dan sekutu-sekutu Barat dengan mengusung slogan "perdamaian" dan tanpa mengindahkan hukum yang berlaku, telah menyerang dan menduduki negara-negara Muslim terlebih dahulu. Padahal negara-negara itu bukan merupakan sebuah ancaman bagi mereka.
Khususnya pasca peristiwa 11 September, mereka dengan kejam menargetkan Muslim demi kepentingan politik dan secara membabi buta menerapkan langkah tersebut di seluruh Amerika, benua Eropa dan Inggris, di mana telah mengorbankan pria dan wanita yang tidak bersalah. Tanpa memperhatikan nilai-nilai demokrasi dan keadilan, umat Islam dituduh dengan tuduhan palsu dan dipenjarakan karena kejahatan yang tidak mereka rencanakan atau lakukan. Anehnya, media justru mendukung dengan memberitakan terpidana dengan dakwaan palsu. Sementara, masyarakat tidak menyadari bahwa dugaan ancaman tersebut adalah kebohongan dan hingga kini hal itu terulang tanpa henti.
Tidak heran jika mantan Perdana Menteri Malaysia Abdullah Badawi pernah mengatakan kepada masyarakat Kuala Lumpur bahwa fitnah terhadap Muslim adalah suatu hal yang tidak bertanggung jawab.
Dia menambahkan bahwa tuduhan palsu dan kebencian adalah arus utama yang tersebar luas di masyarakat Barat. Seharusnya Barat memperlakukan Islam sebagaimana perlakuan yang diinginkannya dari Islam kepada mereka dan sebaliknya. Kedua belah pihak harus menerima satu sama lain dan setara.
Islamphobia di Media Inggris
Pada bulan Januari 2007, laporan Islamic Human Rights Commission (IHRC) yang berjudul "Media Inggris dan Representasi Muslim: Demonisasi Ideologi" (The British Media and Muslim Representation: The Ideology of Demonisation) membenarkan berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa Muslim di Inggris percaya media di negara itu dengan tidak akurat menggambarkan mereka dan agama mereka secara tidak benar dan tidak adil.
Pada tahun 2008, Channel 4 televisi dokumenter "Dispatches", yang didasarkan pada sebuah dokumen Peter Oborne dan James Jones berjudul "Muslim dalam pengepungan" (Muslim under Siege), mengungkapkan kepada masyarakat bagaimana media Inggris dan tokoh politik menyebarluaskan pandangan-pandangan Islamphobia seperti yang terjadi di Amerika, di mana muslim difitnah sebagai teroris.
Sejak tahun 2000, riset-riset di Inggris menunjukkan bahwa sebagian besar laporan media menggambarkan Muslim sebagai sesuatu yang berbahaya, terbelakang, irasional, ekstrim, tidak sesuai dengan norma-norma Inggris, dan cenderung untuk melakukan tindakan terorisme.
Terdapat dua tabloid terkait islamphobia ini, termasuk seorang penulis di The Guardian, Polly Tonybee. Dalam tulisannya, dia mengatakan, "Saya adalah seorang Islamophobia dan saya bangga karenanya."
Sementara itu, di tabloid The Independent, Bruce Anderson menulis, ada sebuah kekhawatiran yang sangat kuat bahwa imigran Muslim diperkuat oleh tekanan politik dan pada akhirnya oleh terorisme, suatu saat akan berhasil mengubah karakter peradaban Eropa dan tidak akan dapat dihentikan, dimana tentara-tentara Islam telah gagal mewujudkannya.
Martin Amis, seorang penulis di koran The New York Times, menulis, "Ada dorongan yang pasti - tidakkah Anda memilikinya? Komunitas muslim harus mengalami penderitaan untuk mendapatkan rumah mereka sesuai dengan aturan yang berlaku."
Dokumen "Muslim under Siege" menjelaskan bahwa, Islamophobia adalah kekuatan yang luar biasa untuk penyatuan budaya publik Inggris. Islamphobia tidak hanya mendatangkan orang-orang liberal progresif seperti Polly Toynbee bersama-sama dengan para kolumnis politik yang konservatif seperti Bruce Anderson. Islamophobia juga digunakan untuk mendata militan ateis dengan umat Kristen.
Selain itu, situasi tersebut dimanfaatkan oleh oportunis politik yang secara salah mengaitkan Muslim dengan terorisme dan mengambil keuntungan dari sentimen publik terhadap kehadiran Muslim di Inggris.
Dalam dokumen "Muslim under Siege", Oborne dan Jones mencatat bagaimana arus utama masyarakat selama berabad-abad menjadikan pendatang sebagai sasaran untuk kebencian dan penghinaan, sebab mereka dianggap mengancam identitas Inggris. Target Sebelumnya meliputi Katolik, Yahudi, Perancis, Jerman dan para gay. Hari ini Muslim menjadi musuh nomor satu bagi masyarakat seperti di Amerika.
Umat Islam difitnah karena iman mereka dan dianggap sebagai bahan cemoohan oleh wartawan dan oportunis politik yang membencinya. Mereka telah berhenti memfitnah orang Yahudi dan kulit hitam, dan saat ini perhatian terfokus pada Muslim. Para politisi mainstream juga menjadikan Islamphobia sebagai bentuk kefanatikan. Mereka percaya, sebagaimana Ketua Partai Nasional Inggris (BNP), Nick Griffin, bahwa kita harus memposisikan diri untuk mengambil keuntungan demi kepentingan politik kita sendiri, di mana gelombang permusuhan publik terhadap Islam saat ini sedang ditingkatkan oleh media massa.
Griffin dan yang lainnya mengutip buku Bat Ye'or, berjudul, "Eurabia: The Euro-Arab Axis", mengatakan, Eropa akan menjadi Eurabia, di mana orang Kristen dan Yahudi akan menjadi warga kelas dua karena adanya mayoritas Muslim baru.
Dia melihat seluruh Eropa akan menjadi ladang Islam yang mengancam budaya mainstream tradisonal. Ini adalah trik singkat untuk menghasut opini tentang serangan teror guna menjustifikasi perang Inggris terhadap Islam dan mengulang taktik serupa di Amerika dan seluruh Eropa.
Suasana mencekam, pengungkapan teror, penyebutan nama, dan berbagai kecurigaan yang dibesar-besarkan, sering muncul di dalam pemberitaan media. Banyak laporan seperti itu yang muncul secara berkala, seperti halnya yang disebutkan dalam artikel di The London Independen pada tanggal 28 Maret 2009. Artikel tersebut berjudul, "Polisi mengidentifikasi 200 anak yang berpotensi sebagai teroris." Dalam artikel itu disebutkan bahwa 200 anak sekolah di Inggris, sebagian masih berusia 13 tahun, telah diidentifikasi memiliki potensi sebagai teroris. Langkah itu atas dasar skema polisi yang bertujuan untuk mengenali anak muda yang rentan terhadap radikalisasi Islam.
Norman Bettison, pejabat paling senior di Inggris terkait urusan pencegahan teror, mengatakan, Asosiasi Pejabat Kepala Polisi (ACPO) meminta guru, orang tua dan tokoh masyarakat lainnya untuk memantau tanda-tanda adanya pandangan ekstrim, di mana menunjukkan indikasi adanya anak-anak muda yang sedang dipersiapkan oleh kelompok radikal.
Bettison menjelaskan, apa yang akan sering terlihat secara alamiah adalah apa yang mungkin dianggap sebagai rasisme dan pengadopsian sikap buruk terhadap Barat.
Dia menambahkan, kami menargetkan penjahat dan calon teroris yang kebetulan "cloaking diri" dalam retorika Islam.
Seorang juru bicara The Home Office (Departemen utama pemerintah terkait imigrasi dan paspor, kebijakan obat-obatan, anti-terorisme, polisi, sains dan penelitian mengatakan, "Kami berkomitmen untuk menghentikan orang-orang yang menjadi atau mendukung teroris atau bahkan ekstrimis kekerasan, meskipun situasi di Inggris sama seperti di Amerika, di mana tidak sedang menghadapi ancaman teror."
Klaim itu sepenuhnya tidak benar dan dilakukan hanya untuk keuntungan politik. Akibatnya, Muslim dijadikan kambing hitam. Laporan media Inggris seperti media AS, secara salah memvonis Muslim dengan berbagai tuduhan, dan masyarakat tidak pernah mengetahuinya.
Sebelumnya, sebuah artikel membahas sebuah plot palsu terkait teror London, di mana dapat diakses melalui laporan yang menjelaskan bahwa di Amerika dan Inggris, para kooperator pemerintah dibayar untuk menjebak dan memberikan kesaksian palsu terhadap Muslim yang ditargetkan. Hal itu seperti dalam sebuah kasus pemboman yang disebut "London Fertilizer" yang memanfaatkan Junaid Babar, yaitu sebuah karakter yang meragukan dari media Inggris yang dijuluki "Supergrass." Kasus tersebut kemudian dibesar-besarkan.
Pada tahun 2004, Junaid Babar setuju untuk bekerja sama dengan agen FBI setelah didakwa pada bulan Juni. Dia kemudian mengaku bersalah atas empat tuduhan berkonspirasi guna menyediakan dan mencoba untuk menyuplai bahan pendukung atau sumber daya bagi teroris. Tuduhan kelima, terkait keterlibatannya dalam penyediaan dana, barang, atau jasa yang menguntungkan al-Qaeda. Sebagai imbalan pengurangan hukuman, dia diminta untuk memberikan bantuan besar, termasuk penjebakan dan bersaksi terhadap Muslim yang ditargetkan.
Dia juga dimanfaatkan dalam kasus "London Fertilizer". Kasus tersebut melibatkan setengah ton amonium nitrat, yang diduga untuk meledakkan sebuah pusat perbelanjaan London, klub malam dan target lainnya. Meskipun tuduhan itu sepenuhnya tidak benar dan tidak ada plot serta kejahatan, namun para tersangka pembom dihukum dan dipenjara.
Pada tanggal 28 Desember , penulis New York Times, Sheryl Stolberg terkait artiker berjudul, "Tim Traveling Obama tetap fokus terhadap teror," mengatakan, saat berlibur, Obama memiliki kemampuan "suara yang aman dan dapat diandalkan" untuk tetap kontak dengan penasihatnya terkait setiap berita terkini. Dalam beberapa pekan terakhir, kekhawatiran tentang terorisme di Eropa telah melonjak, di mana para pejabat intelijen melaporkan bahwa perbincangan meningkat pada tahap ancaman.
Tidak peduli seberapa besar kepalsuan pemberitaan media massa, namun ketakutan di Amerika, Eropa dan Inggris telah menjadi isu nasional. Peringatan atau penangkapan baru-baru ini, telah dibuat di Spanyol, Jerman, Belanda, Denmark dan Inggris.
Pada tanggal 29 Desember, hanya berdasarkan kecurigaan, sejumlah pria Muslim (beberapa dari mereka masuk dari Swedia) ditangkap karena diduga merencanakan serangan terhadap kantor surat kabar Jyllands-Posten. Berita serupa dipublikasikan pada tahun 2005 terkait kartun penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw. Sementara itu, tidak ada bukti yang memberatkan mereka untuk menghubungkannya dengan sebuah plot kejahatan. Namun tampaknya, mereka mungkin akan menghadapi tuduhan awal yaitu terkait terorisme.
Kepala polisi keamanan PET Denmark, Jakob Scharf, mengatakan, "Kami menilai bahwa ini adalah sebuah kelompok Islam militan dan mereka memiliki hubungan dengan jaringan teroris internasional." Klaim itu dilontarkannya, padahal dia tidak memiliki bukti kebenarannya. Sekali lagi, mereka dianggap bersalah hanya dengan tuduhan.
Kepala Polisi Keamanan SAPO Swedia, Anders Thornberg mengatakan, "Para tersangka telah dipantau sebelum memasuki Denmark. Hal itu berdasarkan kecurigaan bahwa mereka merencanakan serangan teror." Sekali lagi, kecurigaan dan tanpa ada bukti.
Juru bicara Gedung Putih, Nick Shapiro setuju dengan langkah tersebut dan mengatakan, "Kami memuji usaha yang dilakukan oleh pemerintah Denmark dan Swedia untuk mengganggu plot ini dan akan terus berkoordinasi erat dengan mereka serta mitra kami yang lain di Eropa mengenai semua hal anti-terorisme yang menjadi perhatian bersama."
Pada musim liburan pun, Muslim yang tak berdosa mungkin menjadi target dan dituduh. Tidak perlu bukti, namun hanya berdasarkan kecurigaan saja.
Pada tanggal 27 Desember, terkait berita, "Polisi Inggris menuduh sembilan pria yang ditangkap dalam sebuah razia dengan tuduhan telah mempersiapkan aksi terorisme," penulis New York Times, Alan Cowell mengatakan, "Setelah sepekan razia yang terkoordinasi di tiga kota, kepolisian Inggris menyatakan bahwa mereka menuduh sembilan orang dari 12 pria yang ditangkap dalam sebuah kasus yang tampaknya menjadi tanda tentang kekhawatiran Eropa atas potensi serangan teroris yang telah menyebar."
Semua yang ditangkap adalah Muslim. Tiga dari mereka terlepas dari tuduhan dan dibebaskan. Sisanya, dibawa ke pengadilan London dan didakwa telah terlibat dalam persiapan untuk melancarkan sebuah aksi terorisme. Mereka diduga telibat dalam persekongkolan untuk membom target yang belum jelas.
John Yates, pejabat senior anti-terorisme Inggris, mengatakan, "Operasi masih dalam tahap awal, jadi saat ini kami tidak dapat mengambil langkah lebih jauh mengenai para tersangka tindak pidana, karena mungkin tidak ada yang direncanakan. Namun, saya percaya bahwa tindakan diperlukan pada saat ini untuk mengambil langkah dalam rangka memastikan keselamatan publik." Pejabat tersebut mengatakan hal itu, meskipun kenyataannya mungkin bohong, terutama setelah mengakui tidak ada serangan teroris dalam waktu dekat ini.
Di sisi lain, para pejabat Eropa malah mengatakan bahwa tidak ada ancaman spesifik yang bertepatan dengan musim liburan, meski terdapat klaim adanya dugaan rencana serangan dari al-Qaeda pada saat itu.
Meski demikian, laporan-laporan berita inflamasi (yang menghasut), termasuk dari BBC, melaporkan bahwa orang-orang itu telah merencanakan serangan terhadap Kedutaan Besar AS dan Pasar Saham London bertepatan dengan liburan Natal. BBC juga menyebutkan bahwa mereka dituduh menggunakan desain paket bom yang dipelajari dari buletin al-Qaeda, padahal tidak ada bom atau bukti jelas yang ditemukan.
Berikut ini adalah kasus lain yang dianggap bersalah hanya dengan tuduhan yang didasarkan pada kecurigaan tanpa bukti terkait persiapan atau prakarsa dari aksi terorisme, namun laporan media menunjukkan sebaliknya.
Alan Cowell mengatakan, ".... anjing pelacak dikerahkan untuk menyerang empat rumah dan sebuah kafe internet. Mereka memecahkan jendela dan langit-langit di warnet dan menurut saksi, mereka juga menyita lusinan komputer. Tim anti-terorisme juga mencari dua kamar motel dekat basis militer, di mana empat dari tahanan telah didaftar, tetapi polisi tidak memberikan informasi lebih lanjut. "
AP melaporkan bahwa Sue Hemming, kepala divisi anti-terorisme pelayanan kejaksaan kerajaan (CPS), mengatakan, saya hari ini menyarankan polisi supaya sembilan orang itu didakwa dengan konspirasi yang menyebabkan ledakan dan terlibat dalam langkah untuk mempersiapkan aksi terorisme atau membantu yang lain guna melakukan tindakan itu.
BBC melaporkan bahwa polisi menyisir rumah-rumah, tetapi tidak ada bahan peledak yang ditemukan. Meski tidak ada bukti, namun konspirasi tetap didakwakan. Langkah persiapan tidak berarti tanpa spesifik. Jika mereka ada, mereka pasti akan dinyatakan dan dilaporkan.
Pihak berwenang malah mengatakan, sebuah plot yang diduga berada dalam tahap yang relatif awal, tidak memberikan kredibilitas apapun terhadap tuduhan. Namun, meski demikian, pada tanggal 30 Desember, Reuters melaporkan, sebuah pengadilan Denmark membebankan tiga orang dalam tahanan karena dinggap berupaya melakukan aksi terorisme.
Sebuah Komentar Akhir
Pada tanggal 7 Juli 2005, BBC melaporkan bahwa tiga ledakan menghantam bawah tanah London. Sementara ledakan lain menghantam sebuah bus kota bertingkat. Kebiadaban teroris ini sejak itu disebut dengan "7/7". Semua insiden itu terjadi selama jam sibuk pagi supaya megakibatkan dampak gangguan dan korban yang maksimal.
Perdana Menteri Inggris, Tony Blair menyebutnya sebagai serangan teroris. Empat orang kemudian didakwa sebagai dalang terorisme itu. Tiga dari mereka adalah Muslim dan sisanya kelahiran Jamaika.
AP melaporkan bahwa Kedutaan Besar Israel di London memperingatkan Scotland Yard tentang serangan "7/7", dan Radio Angkatan Darat Israel melaporkan, "Scotland Yard telah mendapat peringatan intelijen terkait serangan yang akan dilakukan dalam waktu dekat sebelum insiden terjadi, tetapi tidak bertindak atau melakukan peringatan atas isu itu.
Selain itu, Benyamin Netanyahu, Menteri Keuangan Israel pada masa itu, diberitahu untuk tidak hadir dalam sebuah konferensi ekonomi London di mana dia dijadwalkan berpidato. Pejabat-pejabat lain juga diperingatkan, namun tidak untuk publik. Penyebutan "7/7" adalah pengkambinghitaman yang bertujuan meningkatkan rasa takut dan menjaga situasi Inggris dan Amerika seakan-akan dirundung peperangan.
Pada Maret 2004, pemboman kereta api di Madrid terjadi tiga hari sebelum pemilihan umum Spanyol. Dengan tidak menyertakan bukti yang mendukung, mereka menyalahkan al-Qaeda. Sementara yang lain dikambinghitamkan untuk menyulut rasa takut di Spanyol dan seluruh Barat.
Hampir setiap insiden terorisme yang terjadi, Muslim selalu disalahkan. Kali ini, separatis Basque juga menjadi target, lagi-lagi tanpa bukti yang menguatkan.
Pola-pola itu sering diulang. Pada tanggal 30 Juni 2007, sebuah Jeep Cherokee dengan tabung propana menabrak pintu kaca bandara internasional Glasgow. BBC melaporkan bahwa mobil terbakar di tengah pintu kaca tersebut, tetapi tidak meledak.
Para tersangka biasa disebut al-Qaeda dan teroris Islam. Perdana Menteri Gordon Brown mengatakan, "Kita sedang berhadapan, dalam istilah umum, dengan orang-orang yang terkait dengan al-Qaeda"
Telegraph Inggris melaporkan, sebuah anasir al-Qaeda yang belum diketahui identitasnya, dianggap telah mempersiapkan untuk meluncurkan serangkaian serangan bom mobil seperti yang terjadi di Baghdad.
Laporan-laporan media Inggris dan AS telah memicu ketakutan. ABC News melaporkan, semua ini terjadi hanya tiga pekan setelah apa yang digambarkan sebagai upacara wisuda al-Qaeda untuk pelaku bom bunuh diri, dilakukan di sebuah kamp pelatihan di Pakistan.
Laporan media massa tanpa menyertakan bukti dan hanya berdasar dugaan dan tuduhan telah menyebar ketakutan. Sementara, pengkambinghitaman lain dilakukan hanya untuk mempertahankan dukungan publik bagi perang melawan terorisme yang juga merupakan perang terhadap Islam di Amerika, benua Eropa dan Inggris. Penangkapan terbaru di London juga didasarkan pada tuduhan palsu belaka, terutama dengan tidak ada bukti kuat untuk menguatkan tuduhan. (IRIB Indonesia)
Ibnu Sina dalam Pandangan Barat
Ibnu Sina dalam Pandangan Barat"Ibnu Sina sangat terkenal di Abad Pertengahan, namanya menjadi buah bibir setiap orang, nilainya adalah nilai semua pemikiran yang memenuhi zamannya.. ia adalah salah seorang manusia teragung secara keseluruhan."
Ibnu Sina adalah seorang ilmuwan, filsuf, dokter dan penyair. Ia dijuluki syeikh al-raiis (syeikh tertinggi), dan al-mu’allim al-tsaalits (guru ketiga) setelah Aristoteles dan Al-Farabi. Ia juga dikenal sebagai amiirul athibbaa (pangeran para dokter) dan Aristoteles Islam. Ia adalah pionir pada zamannya dalam berbagai bidang intelektual.
Kesibukannya dalam bidang ilmu tidak membuatnya berpaling untuk turut berpartisipasi dalam kehidupan publik di masanya; ia ikut larut dengan masalah-masalah sosial yang tengah dihadapi masyarakatnya, berinteraksi dengan gelombang corak intelektualitas dan ikut berkontribusi dalam kebangkitan ilmiah dan peradaban Islam.
Dan semua ini memiliki dampak dalam keluasan pandangan dan teori-teorinya, dan ini juga tercermin pada ide, pengaruh dan tulisan-tulisannya. Ibnu Sina tidak terpaku pada semua kesimpulan teori yang telah dibuat oleh para pendahulunya, tetapi ia memandangnya dengan pandangan kritikus dan analis, dan membenturkannya dengan cermin pikiran dan gagasannya. Kemudian, apa disetujui pikirannya dan diterima akalnya, maka ia akan mengambil dan memberikan ulasan tambahan berdasarkan riset, penelitian, pengalaman dan pengamatannnya, ia berkata, “Para filsuf bisa saja benar dan bisa pula membuat kesalahan seperti halnya manusia lain, mereka sama sekali tidak ma’shum (terjaga) dari kesalahan dan ketergelinciran.
Karena itu, Ibnu Sina berperang melawan ramalan bintang dan berbagai pemikiran yang berlaku di masanya dalam beberapa aspek kimia, terkadang ia berbeda pendapat dengan ilmuwan sezamannya, atau orang yang mendahuluinya, dimana mereka berpendapat bahwa ada kemungkinan beberapa jenis logam dasar berubah menjadi emas dan perak. Akan tetapi Ibnu Sina menafikan hal itu, ia menyangkal kemungkinan terjadinya konversi pada inti logam, yang ada hanya perubahan bentuk logam dan pencitraan. Kemudian ia menjelaskan alasan teorinya bahwa setiap elemen memiliki komposisi tersendiri, yang tidak dapat diubah dengan cara yang konversi yang telah dikenal.
Ketenaran dan kedudukan tinggi Ibnu Sina dalam bidang ilmiah mengundang kedengkian dari sejumlah orang sezamannya dan kecemburuan mereka terhadap Ibnu Sina. Pandangan-pandangan baru Ibnu Sina dalam ilmu pengetahuan, pengobatan dan filsafat, menjadi celah bagi mereka untuk melakukan hujatan dan kritikan kepadanya serta menuduhnya ateis dan zindiq, namun dia selalu menanggapinya dengan mengatakan: "Keimananku kepada Allah tidak akan goyah; Jika aku memang seorang kafir, maka tidak ada satupun muslim sejati di muka bumi ini."
Meskipun Ibnu Sina berhasil mencapai puncak ketenaran sebagai seorang dokter dan juga kedudukan yang tinggi dalam bidang ilmiah, hingga ia berhak untuk dijuluki Amir al-Athibba (pangeran para dokter), akan tetapi, ia tidak pernah berpikir untuk mengumpulkan uang atau mencari ketenaran. Ia justeru mengobati pasien-pasiennya secara gratis, bahkan, ia sering kali memberikan pasien obat yang disiapkan untuk dirinya sendiri.
Ibnu Sina merasa bahwa tugas terpentingnya adalah untuk meringankan rasa sakit pasiennya; karena itu, ia memfokuskan upaya dan ambisinya untuk melayani kemanusiaan dan memerangi kebodohan dan penyakit.
Dia Ibnu Sina berhasil memberikan pelayanan maksimal bagi umat manusia melalui berbagai penemuannya dan melalui kemudahan yang diberikan Allah untuk penemuan-penemuan dalam bidang kedokteran, sehingga ia tercatat sebagai orang pertama yang menemukan berbagai penyakit yang masih menyebar hingga zaman sekarang. Ia adalah yang pertama untuk mendeteksi parasit Anklestoma dan ia sebut dengan cacing gelang. Oleh karena itu, ia telah mendahului peneliti Italia Dubini sekitar 900 tahun. Ia adalah orang yang pertama kali menggambarkan meningitis, dan yang pertama kali membedakan antara kelumpuhan disebabkan oleh faktor internal di otak dan kelumpuhan akibat faktor eksternal dan mengidentifikasi penyakit stroke akibat kelebihan darah, bertentangan dengan apa diyakini para master kedokteran Yunani kuno.
Ibnu Sina juga orang yang pertama kali mengungkapkan cara penularan beberapa penyakit menular seperti cacar dan campak, dan ia menyatakan bahwa penyakit-penyakit itu ditularkan oleh beberapa mikro-organisme dalam air dan udara. Ia mengatakan, “sesungguhnya air yang mengandung hewan yang sangat kecil dan tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Hewan-hewan mikro organisme inilah yang menyebabkan beberapa penyakit.” Inilah yang kemudian ditegaskan oleh Van Leeuwenhoek pada abad kedelapan belas dan para ilmuwan setelahnya, pasca ditemukannya mikroskop.
Dalam berbagai riset kedokteran, Ibnu Sina selalu menjadi yang terdepan mengungguli para dokter sezamannya. Ia telah mempelajari gangguan neurologis, faktor-faktor dan gejala psikologis dan kesehatan mental, seperti rasa takut, kesedihan, kecemasan, kegembiraan, dan lain-lain, dan ia menunjukkan bahwa semua itu memiliki dampak yang signifikan terhadap organ tubuh dan fungsi-fungsinya. Ia juga mampu mempelajari beberapa fakta dan penyakit psikologis melalui psikoanalisis, dan beberapa kasus, terkadang Ibnu Sina menggunakan metode psikologis dalam pengobatan pasiennya.
Ibnu Sina berhasil meraih penghargaan dan pengakuan dari para ilmuwan dan peneliti selama berabad-abad, bahkan George Sutton berkata, “Ibnu Sina adalah fenomena intelektual yang luar biasa, mungkin tidak akan ditemukan lagi orang yang akan menandingi kecerdasannya atau produktifitasnya.” .. “Gagasan pemikiran Ibnu Sina merupakan konsep ideal filsafat di Abad Pertengahan.”
De Boer mengatakan, "Pengaruh Ibnu Sina dalam filsafat Kristen pada Abad Pertengahan sangat signifikan, dan mendapatkan kedudukan seperti halnya Aristoteles."
Sementara Oberwil mengatakan, "Ibnu Sina sangat terkenal di Abad Pertengahan, namanya menjadi buah bibir setiap orang, nilainya adalah nilai semua pemikiran yang memenuhi zamannya.. ia adalah salah seorang manusia teragung secara keseluruhan."
Dan menjelaskan Holmyard mengatakan: "Para ilmuwan Eropa menggambarkan "Abu Ali" sebagai Aristoteles Arab. Tidak diragukan lagi bahwa ia adalah seorang ilmuwan yang telah melampaui orang lain dalam ilmu kedokteran dan geologi. Ia memiliki sebuah kebiasaan, jika ia menghadapi sebuah pertanyaan ilmiah, maka ia akan pergi ke masjid untuk shalat, kemudian kembali ke permasalahan yang ditanyakan setelah ia shalat, ia mulai lagi dari awal, lalu memecahkanya.”
Gambar Ibnu Sina sampai saat ini masih menghiasi Aula Fakultas Kedokteran di Universitas Paris, sebagai penghormatan atas pengetahuannya dan pengakuan atas keutamaan dan kepeloporannya.
 
Interaksi Islam dengan Bangsa dan Agama Lain
Interaksi Islam dengan Bangsa dan Agama LainIslam menekankan persatuan umat dengan berbagai bangsa, suku, dan klan yang ada di dalamnya. Namun, ini bukan berarti meleburkan kekhasan bahasa, adat dan tradisi sebuah bangsa yang tidak bertentangan dengan Islam. Islam juga tidak bermaksud menghapus karakteristik pemeluk agama lain, semisal Ahli Kitab. Ia membebaskan mereka untuk menjalankan ritualnya. Semua itu demi menghormati hak asasi manusia, martabat dan kemuliaannya. Akan tetapi kemuliaan tersebut harus diperkenalkan, sebagaimana diserukan oleh Islam, dan perkenalannya sendiri harus didasarkan kepada ketakwaan dan kebajikan.
Kajian seputar interaksi Islam dengan bangsa dan agama lain mengacu kepada salah satu ayat al-Qur’an yang mulia, yaitu firman Allah Swt, “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS al-Hujurat [49]: 13).
Di dalam al-Qur’an banyak ditemukan pesan-pesan yang bersifat umum. Sebagian di antaranya ditujukan kepada seluruh manusia, baik yang beriman maupun yang kafir. Ada pula yang ditujukan secara khusus kepada orang-orang beriman. Para pakar ilmu-ilmu al-Qur’an telah menjelaskan tentang tanda-tanda surah yang tergolong Makiyah dan Madaniyah, antara lain bahwa pesan dalam surah Makiyah menggunakan frasa يا أيها الناس (wahai manusia!), sementara dalam surah Madaniyah menggunakan frasa يا أيها الّذين آمنوا (wahai orang-orang yang beriman!). Mengapa seperti itu? Sebab, orang-orang yang disapa oleh al-Qur’an di Makkah pada masa-masa awal dakwah Nabi Saw belum beriman. Sementara itu, orang-orang yang disapa di Madinah sudah banyak yang menyatakan beriman, sehingga disapa demikian. Tanda-tanda lainnya adalah bahwa muatan pesan yang disampaikan di Makkah didominasi oleh seruan untuk beriman kepada Allah, Rasul-Nya Saw, hari akhir, prinsip-prinsip akidah dan syariat, dan perilaku moral. Adapun muatan pesan dalam surah-surah yang diturunkan di Madinah merupakan penjabaran syariat pada tingkat ibadah, muamalah, hukum, waris, dan lain sebagainya.
Itulah karakter umum surah Makiyah dan Madaniah, kecuali tujuh ayat Madaniyah yang pesannya disampaikan dengan menggunakan frasa “wahai manusia!” mengingat kondisi khusus dalam setiap ayatnya. Ayat yang sudah disebutkan sebelumnya termasuk salah satu dari yang tujuh itu. Ia diturunkan oleh Allah Swt dalam surah Madaniyah, berbicara tentang etika bergaul dengan Nabi Saw dan orang-orang beriman, termasuk dengan orang-orang kafir.
Ayat lain yang berbicara tentang etika bergaul adalah firman Allah Swt, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang memperolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk....” (QS. al-Hujurat [49]: 11).
Ayat ini hadir dalam konteks umum yang tengah kita bicarakan. Ia mengisyaratkan bahwa dalam bergaul dengan semua orang harus berperilaku secara manusiawi yang bersumber dari nilai-nilai kemanusiaan dan moral, karena dalam hal ini semua orang sama.
Dari sudut pandang ini dapat saya katakan bahwa al-Qur’an tidak mengabaikan nilai-nilai nasionalisme suatu bangsa. Al-Qur’an memberinya hak yang layak dan menempatkannya pada tangga sosial, tidak berlebih-lebihan dan tidak melampaui batas. Al-Quran mengakui keberadaan suatu bangsa dan telah membuat peraturan atas problem sosial ini jauh sebelum manusia modern membuat konstitusi di PBB.
Peraturan ini dimaksudkan untuk menjaga hak-hak suatu bangsa sebagai salah satu dari sekian hak asasi manusia. Di dalamnya dinyatakan bahwa setiap kelompok manusia memiliki hak untuk bertahan, hak untuk hidup, hak untuk mempertahankan nama dan alamat pribadi yang dipakai untuk berkenalan di antara mereka. Dengan demikian mereka akan mengetahui silsilah, kehormatan keluarga dan kemuliaan masing-masing seraya tidak menjadikannya sebagai alasan untuk saling menyombongkan diri, memanggil dengan gelar yang buruk, yang pada gilirannya akan menyebabkan pertentangan dan pertumpahan darah di antara mereka. Sayangnya inilah yang terjadi di antara bangsa-bangsa yang ada, di zaman dulu maupun zaman modern, bahkan di zaman sekarang ini.
Ketika menafsirkan ayat 13 dari surah al-Hujurat di atas, salah seorang pakar tafsir mengatakan bahwa Allah menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar mereka saling mengenal, bukan untuk saling bertengkar. Manusia dituntut saling mengenal satu sama lain, mengakui keindahan dan kebajikan di mana pun adanya, baik di suku mereka maupun di suku, bangsa, agama, atau mazhab lain. Inilah yang diisyaratkan oleh firman Allah di penghujung ayat, “Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” Artinya, keunggulan hanyalah karena ketakwaan, amal saleh, dan akhlak baik. Semua orang harus memperhatikan hal ini dalam perkenalan mereka, tidak membesar-besarkan aspek-aspek negatif, dan tidak berburuk sangka kepada pihak lain. Al-Qur’an menegaskan bahwa ukuran kemuliaan adalah menurut Allah, bukan dalam pandangan manusia. Di sini al-Qur’an mengaitkan hubungan sosial dengan nilai-nilai ilahi.
Dalam Sunah yang mulia diriwayatkan bahwa Nabi Saw bersabda, “Bangsa Arab tidak lebih baik daripada bangsa Ajam (non-Arab), begitu juga bangsa Ajam tidak lebih baik daripada bangsa Arab. Ras kulit putih tidak lebih baik daripada ras kulit hitam, begitu juga ras kulit hitam tidak lebih baik daripada ras kulit putih—dalam sebagian riwayat, daripada ras kulit merah—kecuali dengan ketakwaan.” Dalam hadits lain, Rasulullah Saw bersabda, “Manusia itu sama seperti gerigi sisir.” Dalam pernyataan yang dihubungkan kepada Imam Ali a.s disebutkan, “Dari sudut pandang kesamaan, manusia itu setara. Sebab, bapak mereka sama-sama Adam dan ibu mereka sama-sama Hawa.”
Menyapa manusia dengan “wahai anak Adam!” dimaksudkan untuk menegaskan adanya kekerabatan di antara manusia. Mereka semua adalah keturunan dari ayah yang sama. Di antara mereka terjalin hubungan persaudaraan dan sama-sama sebagai anak Adam. Lalu, mengapa terjadi saling menyombongkan diri dan memanggil dengan panggilan yang buruk di antara mereka?
Biografi Muslim yang Ideal
Dengan mengikuti pendidikan rabani tersebut, kaum Muslimin bisa hidup berdampingan dengan bangsa dan agama lain secara umum. Mereka berbaur dengan seluruh manusia dari berbagai unsur dan bangsa, di setiap negara, di Timur yang islami, maupun di Barat. Mereka mengakui eksistensi bangsa-bangsa lain dan menjaga hak-hak asasinya. Ketika menaklukkan sebuah negara, umat Islam tidak menafikan suatu bangsa dan tidak memboikot suatu agama. Mereka tidak merampas karakteristik nasionalisme suatu umat, kecuali perilaku-perilaku buruk dan perbuatan jahat yang tidak sesuai al-Qur’an. Mereka berinteraksi dengan penduduk lokal secara manusiawi, baik yang telah masuk Islam sehingga diberi hak dan kewajiban sebagai kaum Muslimin, maupun yang belum masuk Islam, semisal Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. Setiap orang dari dua kelompok itu mendapatkan hukum yang adil dalam Islam, meskipun ada perbedaan antara Ahli Kitab dan orang-orang musyrik, mengingat hak Ahli Kitab yang menerima wahyu dari langit dan memenuhi seruan para nabi.
Bahkan kaum Muslimin sangat menjaga silsilah dan kehormatan keluarga. Sudah menjadi tradisi di antara mereka ketika menyebut nama seseorang pasti disertai dengan menghubungkan kepada kabilah, negara, ayah atau kakeknya. Ada ribuan silsilah yang bisa kita temukan dalam buku-buku tentang silsilah, seperti yang ditulis oleh al-Sam‘ani dan yang lain. Bahkan, ada banyak buku tentang silsilah suku yang ditulis oleh lebih dari enam ratus penulis. Dalam bagian pendahuluannya dibubuhkan silsilah para sayid dan syarif dari keluarga Nabi Saw, para sahabat, dan para imam. Bukankah itu menjadi bukti bahwa sepanjang sejarahnya Islam tidak pernah menghapus kebangsaan, melakukan genosida, atau menghilangkan identitas sebagaimana terjadi saat ini di beberapa negara di dunia?
Perlakuan Kaum Muslimin terhadap Bahasa
Di samping memelihara kebangsaan sebagai media taaruf, kaum Muslimin juga memelihara bahasa. Sendainya kaum Muslimin memiliki data statistik yang akurat tentang orang-orang yang memeluk Islam dan bahasa yang mereka gunakan, tentu sudah tercatat ribuan bangsa dengan bahasa yang terus mereka pergunakan selama berabad-abad.
Ya, Bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur’an memang mendominasi beberapa bangsa yang berdekatan dengan semenanjung Arab, karena kabilah-kabilah Arab bermigrasi ke tanah mereka, tanpa memaksa atau membuat kesulitan. Namun demikian, bangsa-bangsa itu tidak melupakan bahasa asli mereka. Hingga saat ini, mereka tetap berbicara dengan bahasa mereka sendiri sebagai bahasa percakapan sehari-hari, tapi ketika menulis, mengarang, dan berpidato mereka menggunakan bahasa Arab fasihat. Di sejumlah negara Islam, bahasa lokal sudah berakulturasi dengan bahasa Arab, sehingga menghasilkan bahasa baru yang bukan Arab, bukan pula bahasa asal. Banyak pula bahasa yang terpengaruh oleh al-Qur’an yang mulia tanpa disengaja oleh siapa pun untuk mencampuri bahasa tersebut. Pada akhirnya, sejumlah kata dan istilah al-Qur’an dan syariat, dan sejumlah instrumen silsilah dan pertalian yang berlaku dalam bahasa Arab menemukan jalannya untuk masuk ke dalam bahasa-bahasa tersebut, kemudian aktif, mengkristal, dan berkembang dengan konsep Islam dan nilai-nilai kemanusiaan. Format dan formulanya berubah menjadi potret rabani dan ekspresi ilahi. Islam menjadikannya semakin baik dan berkah tanpa mengurangi nilainya sedikit pun. Tapi tidak bisa dimungkiri, bahasa Arab juga memperoleh tambahan kosakata dari bahasa-bahasa tersebut.
Dalam hal ini, bahasa Islam digunakan dalam berbagai istilah, konsep, nilai, peribahasa, kisah, dan perdebatan. Bahasa Islam dipakai di antara umat dan bangsa terpencil, di bawah naungan Islam, dalam cahaya al-Qur’an sebagai perekat ikatan persaudaraan, tata krama, dan hubungan keagamaan, serta mengancangkan tali kemuliaan dan keimanan. Ia menumbuhkan budaya persatuan Islam dan menyebar ke seluruh dunia Islam, Timur dan Barat. Ada etika Islam yang sama dengan bahasa yang berbeda-beda, terutama dalam bidang puisi, novel, dan peribahasa. Itu merupakan bonus dari Islam untuk bangsa-bangsa yang Muslim. Lalu apa sumbangsih Islam bagi non Muslim?
Sikap Islam terhadap Non-Muslim
Ali r.a memberi nasihat yang panjang dan bernilai kepada gubernurnya, Malik al-Asytar, dalam surat yang dikirimkan untuknya. Menurut versi lain, Imam Ali menulis surat saat mengangkatnya menjadi gubernur Mesir. Dalam suratnya beliau berpesan agar berlaku adil kepada semua orang. Imam Ali mengatakan, “Rakyatmu itu hanya dua kelompok, yaitu saudaramu seagama (Muslim) atau saudaramu sesama manusia (Non-Muslim).”
Islam melindungi martabat manusia, namun demikian Islam tetap membedakan antara Yahudi dan Nasrani sebagai Ahli Kitab, Shabiin (orang-orang yang mengikuti syariat nabi-nabi zaman dulu atau orang-orang yang menyembah bintang atau dewa-dewa), Majusi dan orang-orang musyrik lainnya dalam beberapa ketentuan hukum, sebagaimana ditetapkan dalam fikih. Orang-orang musyrik, terutama orang-orang musyrik Arab, tidak diterima, kecuali bila memeluk Islam dan berpaling dari kemusyrikan, karena kemusyrikan bukan agama, melainkan penyimpangan dari agama yang hanif. Adapun terhadap Ahli Kitab, Islam tidak memaksa mereka melepaskan agama mereka. Islam melindungi mereka dalam perlindungannya dengan sejumlah syarat. Dengan demikian, Ahli Kitab berada dalam penjagaan Islam. Mereka aman berada di negara mana pun. Mereka bebas melaksanakan ibadah, urusan pribadi, dan hak-hak sipil lainnya.
Tidak hanya sampai di situ, Islam bahkan mendeklarasikan bahwa Ahli Kitab itu memiliki sumber dan pesan yang sama dengan Islam. Allah Swt berfirman, “Katakanlah (Muhammad), ‘Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan apa pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah....” (QS. Alu ‘Imran [3]: 64). Di samping itu, al-Qur’an mengakui ibadah mereka. Allah Swt berfirman, “Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa. (Yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di bumi, mereka melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan kepada Allahlah kembali segala urusan.” (QS. al-Hajj [22]: 40-41). Dalam ayat lain Allah Swt berfirman, “Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur setelah tertulis di dalam al-Zikr (Lauh Mafuzh) bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh.” (QS. al-Anbiya [21]: 105).
Al-Qur’an banyak menceritakan kisah-kisah para nabi dari kalangan Bani Israil. Ada sejumlah surah yang dinamai dengan nama para nabi, semisal surah Yusuf yang menceritakan dengan baik tentang Yusuf a.s, surah Ibrahim, surah Bani Israil, surah Alu ‘Imran, surah Yunus, surah Hud, surah Maryam, surah Nuh, surah al-Hijr, dan surah Luqman. Bahkan, surah al-Baqarah sendiri hadir dalam konteks menceritakan kisah Bani Israil. Dalam surah ini sendiri lebih dari seratus ayat tentang Bani Israil. Demikian pula surah Saba menggunakan nama kaum Saba. Dalam al-Qur’an juga ada surah al-Anbiya dan surah al-Qashash yang menceritakan berbagai kisah tentang Bani Israil. Bukankah ini merupakan pengakuan al-Qur’an terhadap bangsa dan agama lain, terutama Ahli Kitab?
Umat Islam yang Bersatu
Selain mengajarkan berjalan bergandengan, hidup berdampingan dengan damai, dan perilaku yang manusiawi terhadap umat dan agama lain, termasuk Ahli Kitab, Islam juga menegaskan bahwa kaum Muslimin adalah umat yang bersatu. Umat Islam harus menjaga soliditas dan kekuatan, serta siap siaga berdiri di barisan terdepan untuk menghadapi musuh dan membela diri. Misi inilah yang menjadi perhatian Forum Internasional Pendekatan Mazhab-Mazhab Islam (FIPMI) yang dasar-dasarnya sudah diletakkan oleh Pemimpin Republik Islam, Ayatullah Khamenei -semoga Allah melindunginya-. Forum ini melanjutkan estafet perhatian Pemimpin Besar Imam Khomaeni, pendiri Republik Islam dan pencetus revolusinya, dimana beliau memulai dakwahnya yang diberkati dengan menyerukan persatuan Islam.
Dengan forum ini, kami menyeru umat Islam agar menyatukan barisan dan berpegang teguh kepada agama. Kami juga menyeru para ulama dan para pemimpin untuk duduk bersama dalam meja jamuan al-Qur’an dan Sunah, fokus dan memperbanyak persamaan, baik pada tingkat Sunah, atau dalam bidang syariat dan akidah. Sekaitan al-Qur’an yang mulia, Alhamdulillah mereka benar-benar sepakat, tapi soal perbedaan mazhab, baik dalam fikih maupun kalam, hendaknya mereka semua saling mengenal dan bertukar pendapat satu sama lain, kemudian mengamalkan yang paling baik, sebagaimana Allah Swt berfirman, “Sebab itu sampaikanlah kabar gembira kepada hamba-hamba-Ku, (yaitu ) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. al-Zumar [39]: 17-18).[] 




Kebangkitan Islam dan Keniscayaan Intelektual (1)

Kebangkitan Islam dan Keniscayaan Intelektual"Semua keterbelakangan dan kelemahan peradaban, kebudayaan dan ilmu pengetahuan, membuat umat berada di bawah dominasi peradaban modern, bahkan para penulis dan intelektual muslim sendiri telah terpesona dan terkagum-kagum melihatnya."
Jika kita ingin meramalkan prospek masa depan nasib umat Islam, maka itu tergantung kepada kebangkitan Islam, perkembangannya dan pertumbuhan peradabannya di era modern.
Untuk menuju hal itu, pertama kali, kita harus mengidentifikasikan apa yang dimaksud dengan kebangkitan Islam, lalu mempelajari penyebab internal dan eksternalnya, sehingga kita dapat menentukan di mana kita akan meletakkan kaki-kaki kita, dan bergerak menuju masa depan dengan visi yang realistis dan metodologi yang ilmiah. Setelah itu, baru kemudian menentukan peran penting yang harus dimainkan oleh lembaga-lembaga keagamaan, komite ilmiah dan ulama Islam dalam struktur bangunan budaya futuristik ini.
Kebangkitan Islam merupakan fenomena sosial yang berarti kembalinya kesadaran bangsa, kepekaan dirinya, kebanggaan dalam agamanya, independensi dalam bidang politik, ekonomi, intelektual, dan berusaha untuk bangkit dengan peran alamiahnya dalam membangun peradaban manusia, ditinjau dari posisinya sebagai bangsa terbaik di muka bumi yang dilahirkan untuk spesies manusia. Kebangkitan yang diberkati ini memiliki faktor dan akar sejarah yang harus kita perhatikan.
1. Faktor Internal
Yakni, fakta bahwa umat Islam memiliki nilai-nilai peradaban, kekayaan warisan turats, intelektual dan teori ijtihad yang konfrehensif dalam wujud agama Islam yang lurus, agama yang memiliki keistimewaan dengan sifat syumulnya yang mencakup nilai-nilai, gagasan, akidah, syariat dan moralitas dalam urusan dunia dan akhirat. Agama Islam telah memecahkan masalah manusia dalam semua dimensinya, baik fisik, psikis, duniawi maupun ukhrawi, sehingga membuat seorang muslim dan orang yang perilakunya terinspirasi oleh Islam dalam kehidupannya, hidup dalam keadaan kenyamanan dan ketenangan.
Islam menggambarkan cakrawala universal mengenai etika dengan mengembangkan hati nurani manusia yang bebas dan perannya dalam memelihara manusia dari penyakit moral, mencari kebajikan dan sifat-sifat yang mulia. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan hubungan dengan Tuhan dan rasa tawakkal kepada-Nya, menciptakan koherensi dalam hubungan dan interaksi sosial, dan menciptakan individu yang dapat memberikan kontribusi dalam mendidik masyarakat dengan membangkitkan dimensi spiritual dan moral di dalamnya. Islam mampu mengakomodasi kebutuhan manusia dan memberinya peran alaminya sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Dimensi perjalanan manusia yang dianjurkan oleh Islam ini, baik dalam konsep akidah, syariat yang terpadu, atau moralitas yang luhur bagi individu dan masyarakat, semuanya akan membantu untuk menjadi titik awal bagi kebangkitan.
2. Faktor eksternal
Umat Islam telah tertipu dengan peradaban materialisme yang datang dari dari negeri timur dan Barat dan kemudian mendominasi peradabannya sendiri, umat tidak berdaya di hadapan invasi intelektual. Hal ini didukung oleh penurunan Islam dalam hal aplikasi nyata karena beberapa faktor, untuk jangka waktu yang sangat lama. Selain itu, tidak adanya kepemimpinan yang bersih, kesibukkan penguasa Muslim dengan urusan pribadinya dan melemahnya semangat amar makruf nahi munkar, menjadi faktor-faktor yang membantu melipatgandakan ketidaktahuan umat akan ruh Islam, selain adanya propaganda yang sangat menarik yang dijajakan oleh kaum penjajah dalam slogan pembebasan kaum muslimin dan perkembangannya. Situasi ini semakin tidak memihak karena bertepatan dengan perkembangan teknologi yang digunakan oleh penjajah sebagai bukti perkembangan dan kemajuan peradaban mereka.
Semua keterbelakangan dan kelemahan peradaban, kebudayaan dan ilmu pengetahuan, membuat umat berada di bawah dominasi peradaban modern, bahkan para penulis dan intelektual muslim sendiri telah terpesona dan terkagum-kagum melihatnya.
Setelah melalui periode yang cukup lama; lenyaplah topeng dan tersingkaplah kepalsuan peradaban modern dan kedustaan propagandanya. Setelah berbagai kehancuran dan krisis yang menimpa umat, mereka baru tersadar bahwa mereka telah dikalahkan dan dimanfaatkan oleh kekuatan yang menjarah kekayaan dan potensinya. Jelaslah di hadapan umat bahwa semua ingin menjarah kekayaan sumber dayanya, menghinakannya, menjajahnya dan menjauhkannya dari nilai-nilai, akidah dan pemikiran Islam. Jelas pula bahwa konflik peradaban adalah konflik kepentingan yang tidak memberikan manfaat bagi umat Islam kecuali semakin bertambahnya kekalahan, keterbelakangan dan kemunduran.
Fakta-fakta ini telah membuka mata para korban penindasan dan penjajahan ini, sehingga mendorong mereka untuk mencari seorang Juru selamat. Maka, bangkitlah para ulama, pemikir dan reformis untuk memenuhi tantangan dan konflik peradaban kontemporer. Gesekan budaya dan konfrontasi yang sengit antara Islam dan budaya materialisme untuk melawan dominasi dan kontrol asing atas Islam dan rasa tanggung jawab terhadap prinsip amar makruf nahi munkar dan Jihad di jalan Allah, semua itu menjadi faktor-faktor yang membuka jalan bagi peluncuran kebangkitan Islam di zaman kita sekarang.
Di antara faktor eksternal lain yang menjadi pendorong kebangkitan adalah situasi konflik dan persaingan antar peradaban modern untuk menguasai dunia ketiga dan dampak buruk yang dipetik manusia dari konflik dan ketidakadilan ini. Konflik ini telah mendorong kaum tertindas untuk melakukan balas dendam demi memelihara martabatnya, menjaga kesatuan intelektual, politik dan ekonomi dan untuk mencari alternatif lain yang menjamin keselamatannya dari pengalaman pahit di bawah kekuatan arogansi yang dikemas dalam baju peradaban dan kemajuan. Akhirnya, umat Islam kemudian menemukan Juru selamat terbesar dan harapan yang terbesar. Maka umat pun bangkit di bawah tekanan kekuatan asing, di mana-mana terlihat adanya revolusi yang menuntut kebebasan, kemerdekaan dan pembangunan peradaban Islam di negrinya sendiri.
Inilah gambaran kebangkitan dan beberapa faktornya. Ia bukanlah sesuatu yang instan, akan tetapi merupakan ekspresi dari penderitaan masyarakat muslim sejak negrinya terjatuh ke dalam hegemoni asing dan dipaksa untuk menerapkan aturan-aturan non-islam dan para penguasa yang lemah, dengan tujuan untuk menyebarkan racun peradaban yang diimpor kedalam masyarakat Islam. Dari sinilah umat merasa adanya kontradiksi antara keimanan mereka terhadap risalah dan akidahnya di satu sisi, yang menentukan warna kehidupan keagamaan dan legitimasi kewajiban yang berasal dari hukum Islam, dengan gelombang peradaban baru yang justru bekerja untuk memisahkan umat dari identitas, keimanan dan komitmennya terhadap agama. Karena kontradiksi inilah, peradaban Barat terombang-ambing dan sukar menembus kedalaman jantung masyarakat Muslim, tidak seperti gelombang Islam yang mampu menyusup ke dalam hati nurani umat. Teriakan-teriakan penolakan pun bergema dari para khatib, orang-orang yang loyal terhadap Islam dan kaum reformis, mereka yang sadar akan realita umat di berbagai belahan dunia Muslim dalam menghadapi semua yang berbau asing bagi tubuh umat, ideologi dan nilai-nilai peradabannya.
Kebangkitan ini telah diprediksikan sejumlah tokoh politik, reformis dan intelektual. Pemikir Sayyid Qutb menyatakan dalam bukunya “al-mustaqbal li haadzaa al-diin”, demikian pula profesor ilmu politik Hamid Rabi’, bahkan semua tokoh dunia intelektual dan politik memprediksikan kebangkitan ini enam puluh tahun lalu. Prof. Smith dari University of Montreal menulis sebuah buku berjudul “Islam Today” yang dirilis pada tahun lima puluhan, telah memalingkan perhatian para pejabat di negaranya terhadap kebangkitan ini. Demikian pula seorang orientals dunia dari Inggris yang menerbitkan sebuah buku pada tahun 1964. Dalam buku itu, ia membahas Islam di abad pertengahan dan memprediksikan kebangkitan Islam, bahkan, ia menyebutnya sebagai ideologi yang akan mengendalikan dunia modern pada akhir abad kedua puluh.
Selain itu, ada juga dokumen penting mengenai hal ini yang dirujuk kepada seorang ilmuwan Rusia Zojanowski, yang menulis bukunya pasca revolusi komunis, ia mencoba untuk menilai revolusi itu dan melontarkan pertanyaan kapan dan dari mana revolusi dunia yang ketiga akan muncul. Mengacu pada dua revolusi sebelumnya, yaitu revolusi Perancis dan komunis, dan dengan menimbang bahwa kedua evolusi itu telah gagal dalam hal tertentu, kemudian dunia sangat membutuhkan lahirnya sebuah revolusi yang mampu meluruskan pergerakan manusia, sehingga akhirnya ia menyimpulkan bahwa revolusi tidak akan datang kecuali dari dunia Islam. Prediksi ini ia cetuskan pada tahun 1919.
Setelah presentasi ringkas mengenai faktor-faktor kebangkitan Islam, maka tidak ada jalan lain, kecuali kebangkitan Islam ini harus dipandu dan dijaga perkembangannya, sehingga ia bisa memainkan peranannya dan memberikan buahnya dalam penyebaran peradaban Islam di seluruh dunia, peradaban yang jauh dari terorisme, kekerasan dan ekstremisme, sehingga, kebangkitan ini mampu menjanjikan masa depan yang cerah bagi Islam dan orang-orang yang terampas hak asasinya, kebebasan dan kemerdekaannya. Karena itu, menjadi sebuah keniscayaan bagi kita untuk menggambarkan hambatan dan kendala yang dapat menahan bersinarnya pencerahan dan kelahiran peradaban Islam ini, sehingga kita bisa mengambil tindakan preventif dan kuratif untuk mengawal kelahirannya. Dengan demikian, tidak ada lagi satupun faktor yang menghalangi pengaruh kebangkitan dan perkembangannya, yang membuat umat hanya bisa berjalan di tempat.
Kita bisa mengidentifikasi hambatan dan rintangan kebangkitan Islam menjadi dua bagian: faktor internal dan eksternal. Faktor internal intelektual, secara ringkas bisa kita katakan bahwa kurangnya pemahaman yang tercerahkan, tidak adanya pikiran-pikiran Islam yang moderat dari kaum muslimin, ditambah kondisi-kondisi yang telah kita sebutkan sebelumnya, tidak adanya pemimpin yang saleh untuk mengaplikasikan Islam secara benar, dan tidak adanya pemahaman yang baik terhadap kondisi dan perubahan zaman modern yang tengah dihadapi umat, semua itu membuat pendekatan Islam dalam bidang terapan, politik dan sosial menjadi konsep yang kabur. Studi untuk mendalami persoalan ini perlu kerja keras dan renungan yang mendalam. Akibatnya, umat kehilangan pemahaman dan kesadarannya dalam waktu yang lama, sehingga membuat konsep-konsep Islam dalam aplikasi praktis, sosial dan politik menjadi tidak jelas di benak para ulama Islam, kecuali beberapa orang saja dari mereka.
Kondisi ini terfleksikan dengan jelas dalam pandangan ijtihadi mereka dan perhatian mereka yang sangat besar dalam masalah ibadah dan urusan individu, sementara masalah utama keumatan kontemporer menjadi terabaikan, selain masuknya beberapa konsep yang dirancang untuk mendistorsi kebenaran Islam dan teracuninya beberapa kelompok awam dengan gagasan-gagaan yang menyimpang, juga ikut andil dalam menciptakan sikap berlebihan dalam memahami Islam dan akidahnya, seperti terorisme, ekstremisme dan suluk yang berlebihan seperti mengisolir diri dari masyarakat untuk menjaga identitas keIslaman.
Demikian pula pemahaman yang keliru tentang konflik Islam dengan musuh-musuhnya. Banyak yang menganggap bahwa mereka semua adalah ahli dar al-harb (yang wajib diperangi) dan menganggap bahwa konflik kita dengan mereka adalah konflik bersenjata dan peperangan terbuka. Saya katakan bahwa pemahaman inilah yang selalu membuat kita kehilangan banyak kesempatan sepanjang sejarah untuk menggoda berbagai bangsa di dunia agar tertarik kepada Islam dan menyatukannya dalam wadah kaum muslimin. Bahkan, kekeliruan ini telah melenyapkan kesempatan untuk memaksimalkan manfaat dari berbagai konsep Islam yang toleran.
Jadi, untuk mencapai metode yang terintegrasi, kita harus mempelajari Islam secara substansial sehingga dapat digunakan untuk membangun peradaban Islam yang toleran, sejalan dengan tuntutan zaman dan sesuai dengan realitas kontemporer, tidak terkungkung dengan formalitas, sangat konsen dengan substansi dengan menyerap spirit hukum syariat dan bergantung pada teks-teks yang shahih untuk mencari solusi sukses. Hal itu bisa diwujudkan dalam langkah-langkah berikut:
1. Memperhatikan akal, peran dan dampaknya dalam menentukan dimensi syariat dalam naungan maksud dan tujuan disyariatkannya hukum. Melalui akal dan ijtihad, kita mempelajari situasi yang berkembang dan sejauh mana kesesuaiannya dengan prinsip umum syariat yang toleran, berserta memperhatikan unsur-unsur perubahan, sehingga kita bisa mengubah metode sesuai dengan sunnah perubahan dan integral dengan tuntutan realitas, “Allah tidak mengubah kondisi suatu kaum sampai mereka mengubahnya sendiri.”
2. Para ulama kaum muslimin harus mengeksplorasi kebenaran dan supremasi hukum dari syariat dengan memperhatikan nash-nash yang shahih dan terpercaya, setelah kondisi nash dan tuntutan realitas diteliti keterkaitannya secara objektif.
3. Melakukan studi dan diskusi tentang gagasan-gagasan yang jauh dari khilafiyah yang ada dalam gagasan-gagasan sebelumnya, lalu membuktikan dengan argumen yang kuat, bukan hanya mengadopsi dan bertaklid terhadap pandangan ulama sebelumnya. Hal ini justeru akan membuat kita kehilangan kita kesimpulan yang tepat, seperti mengambil riwayat-riwayat yang lemah dan melakukan pendalilan dengan dalil yang tidak sesuai dengan dalil-dalil yang qath’i (pasti) atau tidak memperhatikan dalil yang seharusnya diletakkan di awal pembahasan untuk merubah frame berpikir seseorang terhadap Islam, contoh hal ini dalam fikih islam sangat banyak. Berdasarkan hal di atas, maka tidak ada jalan lain, kecuali kita harus mengambil spesialisasi ilmu, karena ijtihad mutlak dalam kondisi kita sekarang hampir mustahil adanya.
4. Tidak terpaku pada rutinitas fikih personal seperti bab ibadah yang hampir telah sempurna pembahasan di dalamnya dan lebih menegaskan pembahasan mengenai fikih prioritas yaitu fikih sosial kemasyarakatan, politik, ekonomi untuk menggambarkan manhaj integral dalam bidang ini.
5. Mencoba untuk meneliti tema-tema dengan metode perbandingan, karena dirasah islamiyah dilihat dari mazhab tertentu tanpa melihat mazhab yang lain terkadang akan menyia-nyiakan akal, ijtihad, produk hukum dalam bidang-bidang yang vital. Metode ini juga akan menjauhkan diri dari fanatisme dan taklid buta yang akan membunuh spirit kreatifitas dan eksplorasi menuju dunia yang lebih luas.
6. Meneliti realitas secara obektif dan mencoba untuk memisahkan antara isu-isu ilmiah dan metode-metode yang bisa digunakan untuk kemaslahatan islam dengan persoalan-persoalan yang memiliki akar peradaban yang berbeda.
7. Mengukuhkan metode logika dan eksperimen serta menerima kritik dalam hal manhaj dan uslub dan menjauhkan diri dari justifikasi metafisik (ghaib) dalam sikap dan uslub-uslub yang salah dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan hal metafisik.
Demikian itu karena, hal metafisik mengandung sesuatu yang transeden di dalam jiwa dan memiliki efek yang sangat besar dalam menanggulangi berbabagi persoalan psiklogis individu dan sosial melalui penanaman harapan dan mengikatnya dengan keyakinan adanya pembalasan di hari akhir, serta menanamkan keridhaan dengan ketentuan Allah Swt dalam diri manusia. Metafisik adalah sumber kekuatan manusia dalam keselamatan perjalanannya dalam kehidupan yang sulit ini. Sesungguhnya apa yang kita tolak adalah menjauhkan manusia dari sunnah-sunnah sosial yang digambarkan Allah Swt dan mengebiri pemikiran mengenainya, karena hal ini bertentangan dengan apa yang dikehendaki Allah Swt dari perjalanan kemanusiaan. Pengetahuan tentang hukum dan sunnatullah akan menjauhkan kita dari sikap-sikap yang tidak tepat dalam perjalanan kita dan bisa memperpendek jarak untuk mencapai tujuan melalui berbagai ekperimen yang dianggap berhasil dan integral dengan sunnatullah.
8. Studi penelitian sejarah dengan penelitian yang positif dan dinamis mencerahkan agar kita bisa mengambil kesimpulan mengenai sunnah-sunnah kehidupan dan mempertimbangkannya sebagai medan untuk mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan keberhasilan atau kegagalan dalam perjalanannya dan menjauhkan diri dari aspek negatif dan faktor kegagalan sebagian kaum muslimin dalam perjalanan ini.




 
Kebangkitan Islam dan Keniscayaan Intelektual (2)
 Kebangkitan Islam dan Keniscayaan Intelektual"Hingga saat ini, umat tidak mampu memfokuskan dialog antara mazhab-mazhab Islam dan aliran-aliran pemikiran, meskipun slogan dan seruan untuk bersatu telah digaungkan para reformis sejak berabad-abad yang lalu."
Rintangan Kebangkitan
Adapun rintangan yang menghalangi vitalitas kebangkitan Islam yang wajib dijadikan peringatan, antara lain:
1. Perpecahan: penyakit ini selalu ada seiring dengan perjalanan umat manusia di muka bumi sebagai hasil dari pemahaman yang keliru, sifat egois, mengikuti hawa nafsu, pandangan yang picik, tidak membedakan antara hal terpenting dengan hal penting, dan faktor-faktor lainnya. Fenomena pepecahan telah mencapai puncaknya pada zaman ini, dimana perbedaan pemikiran berubah menjadi medan pertempuran berdarah yang memecah umat terpisah menjadi serpihan-serpihan kecil. Kaum Muslim mengkafirkan satu sama lain, semua berjalan dalam koridor parsial dan hal-hal sepele, sementara isu-isu yang jauh lebih penting dan persoalan yang berkaitan dengan nasib bangsa dan masa depannya berubah menjadi urusan yang terpinggirkan.
Dengan kata lain, banyaknya sekolah dan mazhab yang sejatinya digunakan untuk menjadi wasilah pengembangan pemikiran dan kreativitas manusia dalam dunia ide, bekerja sama dalam prinsip umum yang disepakati dan saling berlapang dada satu sama lain dalam hal yang diperselisihkan serta membatasi perselisihan ini di kalangan tertentu saja, seperti yang dikatakan Al-Qur'an “Katakanlah: Hai Ahli Kitab marilah kita berpegang teguh pada kalimat yang sama antara kami dengan kalian, yaitu tidak menyembah selain Allah.” Aliran-aliran ini justru menjadi sumber perpecahan dan mengobarkan fitnah di antara umat, bahkan bahkan dalam metode dan cara kerja.
Sampai sekarang, umat tidak mampu memfokuskan dialog antara mazhab-mazhab Islam dan aliran-aliran pemikiran, meskipun slogan dan seruan untuk bersatu telah digaungkan para reformis sejak berabad-abad yang lalu. Semua itu karena kebodohan, hawa nafsu, kurangnya ketulusan, serta karena hilangnya etika untuk menangani perbedaan, terutama menghadapi siasat memicu api fitnah yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam. Kami tidak ingin menutup pintu perbedaan, karena berbeda adalah karakter dan sifat dasar manusia, akan tetapi kita ingin mengetahui bagaimana cara menghadapi pendapat yang berbeda dan kemudian mengolahnya sehingga menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi umat Islam.
2. Kesombongan: ini adalah pintu masuk setan yang menghiasi amalan manusia dan merendahkan amalan orang lain di hadapan matanya. Kesombongan inilah yang membuatnya hidup dalam keterbukaan dan kepuasan akan dirinya sendiri, hingga mencapai level tidak mau menerima kritik atau saran dari orang lain, bahkan sampai pada situasi dimana ia tidak mengkritik dirinya sendiri dan tidak memantaunya dengan pembenaran yang keluar dari dirinya pribadi. Kesombongan itu dapat menimpa individu, kelompok dan masyarakat, sehingga suatu kelompok atau masyarakat akan menutup dirinya dan tidak peduli dengan urusan orang lain, tidak menanggapi kritik apapun. Seorang Muslim yang menginginkan adanya perbaikan, demikian juga kelompok dan masyarakat yang ingin berjalan di atas manhaj yang integral, antara teori dan praktek untuk melayani risalah, harus menganggap bahwa kehidupan adalah lapangan eksperimen, dengan mengambil pelajaran dari berbagai kegagalannya, juga mengambil pelajaran dari pengalaman orang lain.
Suatu komunitas pun harus berlaku jujur dalam berikteraksi dengan anggotanya, mereka harus berani membeberkan dengan jelas pengalaman sukses atau kegagalan mereka, dengan menjelaskan faktor-faktor kegagalannya, sehingga kelak, kegagalan itu bisa diatasi anggotanya atau oleh komunitas itu sendiri. Akan tetapi, hal ini akan terlaksana dengan beberapa syarat: 1) kesadaran komunitas tersebut dan tidak ada keputusasaan 2) individu-individu yang tanggung jawab harus memikul beban penyelesaian masalah dan tidak melimpahkannya kepada orang lain. Kita tidak boleh hidup level kritikus saja, karena yang hidup dalam level ini adalah kecacatan dan justifikasi bagi orang-orang yang lalai bekerja. Dengan terjun secara langsung, kita bisa lebih memahami topik berdasarkan realita, membentuk kerpibadian yang kukuh dan menjauhkan diri dari kesalahan.
Inilah salah satu dari nilai-nilai terpenting komunitas Muslim yang hidup karena Allah Swt, jauh dari kesombongan dan ujub yang merupakan dua penyakit mental paling berbahaya bagi orang yang bekerja untuk kemuliaan Islam. Komunitas Muslim yang menolak untuk menghadapi kesalahan dirinya sendiri untuk kemudian memperbaikinya akan menghadapi risiko keterasingan dan terisolir dari umat, dan akan merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, sehingga mereka tidak memungkinkan untuk melakukan inovasi, pengembangan dan tetap berjalan di tempat. Lambat laun, individunya akan berjatuhan dan musuh dengan mudah akan menghancurkannya.
Beberapa pihak mencoba untuk mencari pembenaran atas kegagalan dan stagnasi sebagai takdir dan keputusan Tuhan atau cobaan atau jalan yang penuh duri, jalannya para nabi yang sulit, semua ini terjadi karena kekeliruan dalam memahami konsep-konsep yang luhur ini. Karena, takdir Allah tidak mengharuskan adanya sikap pasrah akan keadaan dan menjadikan dirinya ketergantungan. Sementara ketidakberuntungan adalah hasil alami dari perbuatan kaum beriman dan perjuangan mereka melawan ketidakadilan dan kerusakan, bukan karena merasa puas atas ketidakadilan, atau dengan kondisi negatif, atau kegagalan untuk belajar dari pengalaman orang lain, atau kurangnya pengetahuan tentang hal-hal yang substansial di sekitarnya, atau bahkan tidak memahami dengan benar sunnah dan faktor-faktor alamiah.
3. Picik: Sesungguhnya pemahaman yang global dan serampangan terhadap Islam yang dialami oleh banyak kaum Muslimin di zaman kita, tidak cukup untuk menciptakan perubahan. Demikian pula reaksi berlebihan yang ditunjukkan pada situasi-situasi tragis, seperti penindasan yang dialami oleh banyak masyarakat Muslim di dunia, mulai dari Palestina, Al-Quds, Chechnya, Filipina, Kashmir, Afghanistan dan berakhir di Irak. Meskipun perlawanan dan operasi istisyhad merupakan faktor penting untuk menyelamatkan wibawa dan kelanggengan kewaspadaan kaum muslimin, mengobarkan spirit jihad di sana dan mendorong munculnya orang yang menyeru untuk kembali kepada Islam, akan tetapi, hal itu tidak cukup untuk menciptakan perubahan dan membebaskan diri dari stagnasi intelektual dan sosial yang menyeluruh, selama tidak memiliki perencanaan yang mendalam dan melakukan penelitian yang sesuai dengan fakta-fakta zaman modern dan tuntutan realitas.
Permasalahannya, kita justeru tidak tahu masalah mendesak yang harus kita pelajari secara inovatif, berdasarkan pada prinsip-prinsip dan kaidah pokok yang kita miliki. Fakta prinsip-prinsip ini malah tidak dapat kita terjemahkan ke dalam praktek nyata dalam kondisi real yang tengah dihadapi komunitas kaum muslimin saat ini.
Sesungguhnya Al-Qur`an, Sunnah dan sumber-sumber hukum Islam lain telah meletakkan garis-garis pedoman di hadapan kita, melalui sumber-sumber itu kita bisa meletakkan manhaj yang akan menggerakkan roda komunitas muslim di bawah bimbingan Islam, sesuai dengan kebutuhan yang muncul dan berkembang di masyarakat dewasa ini. Dan hal ini mengharuskan adanya pemahaman, kesadaran dan keterbukaan dalam menyikapi hal-hal baru. Inilah yang kita butuhkan sekarang.
Kita perlu pendekatan moral yang mengakomodasi pergerakan individu dan masyarakat kontemporer dan dalam bahasa yang dimengerti oleh orang-orang masa kini. Kita harus merumuskan konsep-konsep kita dengan cara yang sesuai dengan intelektualitas Muslim zaman ini dan bekerja keras untuk memurnikan pemikiran Islam dan buku-buku akidah dari ajaran sesat, penyimpangan dan ekstrimisme. Bagi para peneliti di bidang akidah dan fikih, mereka harus memahami bahwa uslub yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan syairat memerlukan pendekatan baru, dengan bahasa sesuai dengan kapasitas intelektualitas manusia modern dan tantangan yang dihadapinya.
Akan tetapi, pendekatan inovatif modern ini harus dikontrol dengan batasan dan aturan-aturan dengan mendefinisikan berbagai konsep dan tema yang dibutuhkan generasi masyarakat Islam saat ini dalam aspek kehidupan yang kompleks, baik itu bidang agama, budaya, ekonomi, sosial dan politik dengan legitimasi syariat yang mewakili pandangan Islam terhadap persoalan tersebut, sehingga kita mampu mengelola masyarakat sekaligus menutupi kebutuhan mereka terhadap hukum dengan kompetensi yang tinggi.
Termasuk berpikir picik jika kita tidak menentukan hal-hal yang sangat penting dalam tangga hirarki prioritas dalam praktek-praktek reformasi sosial dan intelektual, serta sibuk dengan hal-hal yang tidak begitu penting dan marjinal, sehingga kita kehilangan banyak peluang yang krusial untuk mencapai tujuan kita.
4. Spontanitas: Yang kami maksud adalah kurangnya perencanaan dan studi tentang isu-isu, peristiwa dan situasi, serta kerap berinteraksi dengan isu-isu secara reaktif dan emosional, bukan atas dasar logika dan perencanaan.
Spontanitas yang berlebihan berperan besar atas hilangnya upaya, energi dan peluang serta menyia-nyiakan nyawa dan kekayaan, sehingga akhirnya turut berperan dalam keruntuhan umat. Semua diakibatkan oleh sikap yang tidak terencana. Spontanitas adalah bencana yang bersumber dari kebodohan, keterbelakangan dan kurangnya pemikiran serta hilangnya kebijaksanaan dan kehati-hatian dalam berbagai hal.
Sesungguhnya musuh mempersiapkan berbagai penelitian, metode praktis dan mengembangkan rencana untuk menghadapi Islam dan kaum muslimin, karena itu, kita pun harus menghadapi strategi mereka dengan studi dan rencana yang berdasarkan strategi intelektual, praktis dan tematis “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Metode Pengobatan
Pertama: Kita tidak bisa keluar dari krisis besar yang tengah dialami oleh umat kita, kecuali dengan mengembalikan akal kepada medan pembahasan, penelitian, pencarian kesimpulan, ide-ide terapan yang valid dan sepadan dengan kebutuhan proses transformatif, perkembangan dan modernisasi zaman ini, jauh dari taklid buta tanpa melakukan penelaahan atau verifikasi. Berdasaran hal ini, kita perlu membangun lembaga-lembaga riset ilmiah dan studi Islam modern, serta menginvestasikan teknologi modern untuk melayani dakwah Islam. dalam hal ini, kaum muslimin yang memiliki harta kekayaan dan orang yang memiliki kompetensi bisa memberikan sumbangsihnya untuk melayani Islam, menyebarkan dakwah islam dan menjaga masa depan umat. Sementara para ulama bertugas untuk mengembangkan pemikiran Islam dan mempersiapkan kader-kader ilmiah melalui kontribusi mereka dalam mendukung proyek-proyek konstruktif ini, sehingga mereka mendapatkan kebahagiaan di dua tempat dan menjamin umatnya dengan masa depan peradaban yang makmur, Insya Allah.
Kedua: Para ulama Islam, para da’i dan kaum reformis yang sadar dan tercerahkan harus memikul tanggung jawab untuk mempresentasikan topik yang berguna dan isu-isu yang berkaitan dengan Islam kontemporer dengan rumusan yang baru dan menarik keinginan, bukan justeru menakut-nakuti, serta sejalan dengan situasi sosial yang berkembang.
Ketiga: Tanggung jawab aliran dan mazhab Islam untuk bersatu satu sama lain dan mereka harus menyelesaikan problematika substansial yang dihadapi umat, mereka harus mencerminkan spirit saling memahami secara intelektual dan membangun dialog substantif dan menggunakan teknik yang menarik berdasarkan pemahaman yang mendalam tentang Islam. Selain itu, mereka harus terus berupaya untuk mengembangkan metode ini, memperdalam konsep-konsep, membina generasi muda Islam dan menyelamatkan kaum muslimin dari cengkeraman kebodohan, perpecahan, kekufuran, dan kerusakan.
Kelompok-kelompok Islam harus menghindari perpecahan dan persengketaan dalam menempatkan tujuan utamanya dan siap untuk saling memahami, berdialog dan bersinergi antara mereka. Bahkan, mungkin saja mereka menggambarkan sebuah konsep, yang mencakup pembagian peran dan tugas tiap kelompok, sehingga mampu menggiring semua kelompok menuju persatuan, kekuatan dan kejayaan umat, bukan malah menjadi faktor perpecahan dan kemusnahannya.
Sesugguhnya musuh mencoba untuk mengambil keuntungan dari setiap kesempatan guna menghancurkan komunitas Muslim. Terkadang mereka masuk melalui perbedaan-perbedaan kita, dan sejarah telah membuktikan hal ini kepada kita, ketika kekuatan yang zalim berupaya menciptakan perbedaan mazhab di antara kelompok-kelompok Islam, menciptakan konflik politik, untuk menghancurkan persatuan umat secara menyeluruh dan memecahnya menjadi kelompok-kelompok kecil, sehingga mereka dengan mudah akan menerkam dan melenyapkannya.
Dan tanggung jawab kita terletak pada titik menjaga kesatuan umat kita dengan menyatukan pemikiran dan pemahaman antara pegiat Islam. Kita harus menjaga tujuan utama, namun dengan cara yang sesuai dengan semangat zaman, dengan demikian, kita bisa menjaga masa depan umat kita. Jika tidak, maka kabar buruk telah menanti kita, dan masyarakat akan memikul beban kehancuran dan hilangnya kekuatan, sehingga musuh dengan mudah akan mengeksploitasi karena kelemahan dan perpecahan kita. Oleh karena itu, perlu dicatat pentingnya para ulama, cendekiawan, da’i, dan kaum reformis untuk memikul tanggung jawab mereka dan menunaikan peran mereka secara efektif dan efisien, untuk menyelamatkan umat dari kenyataan pahit yang tengah dialaminya dan melindunginya dari berbagai tantangan yang diajukan kepada mereka.
Oleh: Adnan bin Abdullah Al-Qattan

Kebangkitan Islam Awali Kehancuran Arogansi Dunia

ayatullah khamneneiTanggal 13 Aban yang bertepatan dengan tanggal 4 November adalah peringatan pendudukan Kedutaan Besar Amerika oleh para mahasiswa revolusioner yang menyebut dirinya "Mahasiswa Pengikut Garis Imam Khomeini". Pada hari ini di tahun 1979, para mahasiswa menguasai Kedubes AS yang pada hakikatnya menjadi pusat spionase Amerika terhadap Iran. Pendudukan ini sangat mencoreng citra Amerika di dunia. Langkah berani para mahasiswa Iran oleh Imam Khomeini ra disebut berhasil menundukkan kesombongan Amerika.
Langkah bersejarah itu menjadi bukti bahwa Amerika dengan segala alat propaganda yang dimilikinya, ternyata tidak mampu menghadapi kehendak rakyat yang bersatu. Lima tahun setelah peristiwa itu, Amerika terpaksa meninggalkan Lebanon dan hari-hari ini masyarakat internasional sedang membicarakan penarikan mundur pasukan Amerika dari Irak. Barack Obama, Presiden Amerika secara transparan mengatakan bahwa pasukan Amerika juga akan segera keluar dari Afghanistan. Keputusan ini jelas dampak dari semakin meluasnya Kebangkitan Islam di kawasan dan kekuatan Amerika sendiri dari hari ke hari semakin lemah. Hal itu dikarenakan kesombongan dan kekuasaan Amerika tengah menuju ke jurang kehancuran.
Ayatollah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar dalam pidatonya memperingati hari bersejarah 13 Aban menyebut hari ini sebagai Hari Melawan Imperialis. Beliau menilai keluarnya Amerika dari Iran secara terhina merupakan hasil dari resistensi Imam Khomeini menghadapi arogansi AS dan bantuan ilahi. Ditambahkannya, "Imam Khomeini ra, tokoh satu-satunya dalam sejarah Iran, menentang undang-undang Kapitulasi yang isinya memberikan kekebalan hukum warga Amerika di Iran. Akibat protes yang disampaikannya, Imam diasingkan ke luar negeri oleh antek-antek Amerika pada 13 Aban. Di masa pengasingan itu, Imam seorang diri dan tidak diiringi rombongan.
Sekalipun sendiri, hati bangsa Iran bersama Imam Khomeini. Tapi mereka membawa paksa Imam dari rumahnya dan diasingkan ke luar Iran seorang diri pada 13 Aban 1343 HS (1964). Namun 15 tahun setelah itu, generasi Imam, mahasiswa revolusioner pada 13 Aban menuju sarang spionase Amerika di Tehran dan mendudukinya. Kali ini yang diasingkan bukan Imam, tapi Amerika. Ya, Amerika diasingkan dari Iran. Perhatikan dengan cermat bagaimana perilaku dan dampak dari gerakan rakyat yang berlandaskan kehendak dan kekuatan ilahi."
Pendudukan sarang spionase Amerika terjadi setahun pasca kemenangan Revolusi Islam dan kaburnya Shah dari Iran. Imam Khomeini ra menyebut aksi pendudukan itu lebih besar dari Revolusi Islam itu sendiri. Ayatollah Khamenei dengan mencermati pandangan Imam ini menyebut peristiwa itu sendiri harus dijadikan pelajaran. Menurut beliau, "Ketika sebuah bangsa bersiteguh melalui sebuah jalan yang benar dengan petunjuk yang benar dan arif, tidak ada kekuatan yang mampu menghadapinya. Kehendak bangsa Iran yang didasari Islam dan dituntun oleh Imam Khomeini mampu mengubah kemustahilan menjadi kemungkinan. Bendera kekuasaan zalim dan angkuh Amerika akhirnya dicerabut dari langit Iran dan terinjak-injak di bawah kaki para pemuda mukmin."
Rahbar dalam pidatonya menyinggung kembali permusuhan kekuatan hegemoni tehadap Iran. Beliau mengatakan, "Selama 32 tahun ini, tidak ada waktu tanpa konspirasi anti-Iran dari kekuatan hegemoni yang dipimpin oleh Amerika dan Israel. Semua konspirasi ini bertujuan mengalahkan bangsa Iran, menggagalkan revolusi dan negara Iran. Namun dengan pertolongan ilahi dan tekad rakyat Iran, terutama para pemuda di setiap periode Iran berhasil mengalahkan konspirasi tersebut dan Amerika kembali menelan pil kekalahan."
Jelas, permusuhan yang dilakukan oleh Amerika terhadap Iran tidak akan pernah berhenti dan tuduhan teroris yang dialamatkan kepada Iran masih dalam kerangka ini. Rahbar punya keyakinan bahwa tuduhan yang disampaikan ini bertujuan menyimpangkan perhatian dunia dari gerakan rakyat Occupy Wall Street di New York dan di seluruh kota di Amerika. Tuduhan itu berfungsi untuk mengurangi tekanan politik terhadap pemerintah Amerika.
Di bagian lain dari pidatonya, Rahbar mencibir skenario teroris ini dan menilai Amerika sebenarnya yang menjadi teroris hakiki. Dikatakannya, "Mereka membuat sebuah skenario lucu untuk menuduh Iran melakukan aksi teror tidak jelas, tidak logis dan salah. Siapapun saja yang mengetahui masalah ini pasti menolak dan mengecamnya. Mereka memakai isu ini sebagai alat untuk menuduh Iran dengan harapan dapat menyelamatkan dirinya dari problem yang melilitnya. Tidak cukup itu, mereka berusaha mempropagandakannya ke seluruh dunia demi menekan Iran. Mereka akan terus berusaha. Tujuannya menuduh seorang mujahid Republik Islam Iran, padahal mereka sendirilah yang teroris. Saat ini teroris terbesar di dunia adalah pemerintah Amerika."
Melanjutkan pidatonya mengenai tuduhan Amerika, Rahbar menegaskan bahwa Iran memiliki 100 dokumen yang tidak dapat diingkari. Dokumen-dokumen ini menjadi bukti Amerika berada di balik seluruh teror dan pelakunya yang dilakukan di Iran atau di Timur Tengah. Sekaitan dengan hal ini, Ayatollah Khamenei mengatakan, "Kami akan mempermalukan Amerika di dunia dengan 100 dokumen ini. Kami akan mempermalukan negara yang mengaku pembela HAM dan penumpas terorisme di dunia kepada opini dunia, sekalipun saat ini juga mereka sebenarnya tidak punya kehormatan."
Saat ini Amerika adalah rezim yang kalah total di Timur Tengah. Karena mereka mengirim tentaranya ke Irak dan Afghanistan dengan sejumlah harapan. Namun pertolongan Allah membuat mereka tidak dapat meraih tujuan yang diinginkan. Sekalipun demikian, tetap saja pemerintah penjahat ini telah membunuh ratusan ribu manusia tidak berdosa dan menghancurkan ekonomi Irak dan Afghanistan. Di sisi lain, mereka juga mengalami kerugian besar baik dari sisi finansial maupun jiwa. Selain itu, tentara Amerika yang bertugas di dua negara ini juga mengalami masalah kejiwaan yang parah. Rahbar mengatakan, "Setelah bertahun-tahun berusaha dengan biaya material dan manusia yang banyak, akhirnya Amerika harus meninggalkan Irak dan Afghanistan. Mereka terpaksa menerima kekalahan ini."
Amerika juga mulai kehilangan satu persatu sekutunya di utara Afrika. Hosni Mubarak, Zine El Ebidine dan Muammar Gaddafi yang tadinya menjadi sekutu Barat dan Amerika telah ditumbangkan oleh kehendak rakyat. Amerika kini sudah tidak dapat mengembangkan senyuman munafiknya merayu rakyat yang sudah sadar. Menurut Rahbar, "Negara-negara arogan yang dipimpin Amerika selama puluhan tahun menggunakan rekayasa politik dan intelijen menjadikan negara-negara kawasan taat pada perintah mereka. Dengan demikian mereka menganggap tidak ada lagi penghalang untuk menguasai ekonomi, budaya dan politik dari kawasan strategis ini. Tapi gelombang pertama kebencian rakyat telah menyapu kawasan. Semua harus percaya bahwa sistem yang muncul dari revolusi ini tidak akan menerima perimbangan memalukan yang dipaksakan Barat. Geografi politik kawasan ini akan mengarah sesuai dengan kehendak rakyat, kemuliaan dan kemerdekaan mereka."
Saat ini Amerika telah merasakan kelemahannya. Bahkan dapat dikata hanya patung Liberty yang tidak mampu mendengar suara protes rakyat terhadap para pejabat Amerika. Teriakan melawan kezaliman dan tuntutan keadilan telah memenuhi telinga orang-orang kaya Amerika dan Israel. Para investor yang berada di puncak kekuasaan Amerika tidak mampu lagi mengembalikan rakyat ke rumah mereka, sekalipun dengan gas air mata. Sistem Kapitalisme Barat bak cermin yang retak perlahan-lahan dan akan hancur. Negara-negara Barat tidak mampu mencegah tragedi ini.
Ayatollah Sayid Khamenei mengatakan, "Barat, Amerika dan Zionis terlihat lemah dari sebelumnya. Masalah ekonomi, kegagalan bertubi-tubi di Afghanistan dan Irak, protes rakyat di Amerika dan negara-negara Barat yang semakin meluas, perjuangan dan pengorbanan rakyat Palestina dan Lebanon, kebangkitan rakyat di Yaman, Bahrain dan di negara-negara lain yang sebelum ini berada di bawah pengaruh Amerika dan semua ini membawa pesan gembira bagi umat Islam, khususnya negara-negara revolusioner baru."
Di akhir pidatonya Rahbar memberikan kabar gembira mengenai musnahnya kezaliman dan kesombongan. Beliau mengatakan, "Amerika mungkin saja menumpas rakyatnya, tapi api tidak akan pernah padam. Dunia tengah melewati jalur yang lain. Ketahuilah, dengan bantuan dan pertolongan Allah, perjuangan membela kebenaran di hadapan kebatilan, thagut, firaun dan firaun hegemoni telah dimulai dan dipelopori oleh bangsa Iran dengan bendera Islam."(IRIB Indonesia)

Membongkar Skema Zionisme di Balik Fitnah Antar Madzhab

membongkar skema zionismeGerakan Zionisme senantiasa mengerahkan segala kemampuannya untuk mendistorsi sejarah Arab Islam, menyelewengkan konsep-konsep al-Qur`an dan Sunnah sehingga menimbulkan ketakutan dalam opini umum bangsa barat terhadap Islam.
Doktor Muhammad Abu Ghadir, ketua program studi Israiliyat Universitas al-Azhar dan seorang pakar Zionisme menegaskan bahwa gerakan Zionisme sejak pertama kali muncul di panggung internasional, selalu mengerahkan segala upayanya untuk mendistorsi citra Islam dan kaum Muslimin, sehingga membentuk sebuah opini umum di mata dunia bahwa rahasia dasar gerakan ini terkandung dalam kebencian dunia terhadap agama Islam, walhasil, masyarakat barat kemudian menilai bahwa Zionisme berjuang melawan radikalisme Islam dan menyelamatkan dunia dari kejahatan kaum muslimin!
Doktor Abu Ghadir mengatakan bahwa kita perlu mengevaluasi setiap produk yang dihasilkan Zionisme dan melawannya dengan segenap kekuatan dan ketegasan, sehingga pada suatu hari, kita tidak mendapati diri kita dalam menghadapi gelombang kekerasan yang tidak bisa dibenarkan terhadap sesuatu yang berhubungan dengan Islam dalam bentuk melebihi apa yang kita lihat sekarang dari berbagai peristiwa yang terjadi di mana-mana melawan Islam dan kaum Muslimin.
Doktor Abu Ghadir juga berkata dalam sebuah wawancaranya dengan kantor berita at-Tawafuq bahwa “kita harus melawan skema Zionisme, mempelajari khazanah keagamaan mereka dengan hati-hati, karena mereka juga mempelajari khazanah kita dan mereka berhasil dari waktu ke waktu menyelewengkan khazanah ini pada saat kita lalai dari apa yang mereka lakukan. Bukan hanya itu saja, mereka juga berhasil menanamkan perbedaan dan perpecahan di berbagai lapisan masyarakat Islam dan menimbulkan semacam perseteruan internal keagamaan, kesukuan, aliran dengan tujuan akhirnya adalah melemahkan sisi internal masyarakat Islam tanpa kecuali.
Berikut adalah petikan wawancara Dr. Abu Ghadir dengan kantor berita at-Tawafuq seputar skema Zionisme terhadap Islam dan strategi penanggulangannya:
Konspirasi untuk menghancurkan kaum muslimin
Soal: Pertama-tama, kami ingin mengetahui pandangan anda terhadap konspirasi Zionisme yang disinyalir menjadi dalang di balik semua keburukan yang menimpa Islam?
Jawab: Fakta sejarah telah membuktikan bahwa gerakan Zionisme, semenjak ia tampil di panggung sejarah, telah bekerja keras untuk menghancurkan citra Islam dan kaum Muslimin, dengan catatan, perusakan citra inilah yang akan digunakan sebagai langkah pertama untuk menuntut berdirinya negara Yahudi, yang kelak akan sangat berperan dalam menghalangi radikalisme Islam, sebagaimana yang dideskripsikan para tokoh Zionisme. Untuk memuluskan rencana ini, mereka telah menguasai media-media massa raksasa, seperti surat kabar, majalah, agen berita dan pusat-pusat kajian ilmiah untuk menjadi mata pisau mereka dalam mencabik-cabik Islam dan kaum muslimin, mendistorsi sejarah Islam, menghantam ikon-ikon Islam dan menanamkan citra yang buruk tentang Islam di benak mayoritas bangsa barat, bahkan, sebagian orang berpendidikan di barat, yang kemudian memeluk Islam, mengakui bahwa sebelumnya mereka memiliki gambaran yang sangat buruk tentang Islam. Gambaran ini mereka peroleh dari sumber bacaan mereka di berbagai media massa. Zionisme memang tidak akan melewatkan satu peluang pun, kecuali ia manfaatkan untuk mendistorsi syariat Islam, dan jelas, tujuan utamanya adalah mengahncurkan kaum muslimin.
Soal: Dari masa ke masa, beberapa tokoh Zionisme memberikan penafsiran yang ganjil terhadap khazanah klasik Islam, apakah anda melihat keberadaan mereka di daerah-daerah Islam adalah untuk mendistorsi ajaran Islam?
Jawab: ini adalah fakta yang benar-benar terjadi di lapangan. Tidak ada penelitian yang dilakukan kaum Zionisme yang berkenaan dengan Arab dan kaum Muslimin memuat hal-hal positif, bahkan, mereka tidak hanya merusak citra Arab dan Islam saja, mereka kemudian melangkah lebih jauh, yaitu mencoreng al-Qur`an dan Sunnah. Israel, sejak ia tumbuh dan berkembang, terus menerus berupaya mengotori kesakralan Islam dan mendistorsi konsep-konsep agama Islam yang lurus. Dan kita harus memahami, bahwa kaum zionis, ketika mereka mempelajari Islam, maksud sebenarnya adalah mencoba melemahkan Islam, baik dalam jiwa kaum Muslimin maupun non-muslim, mereka juga menyebarkan keraguan dengan menegaskan keutamaan kaum Yahudi atas kaum Muslimin dengan klaim bahwa Yahudi adalah sumber pertama untuk ajaran Islam.
Sebagian pengamat berpendapat, bahwa kaum Yahudi tidaklah berbuat demikian kecuali untuk mempertahakan eksistensi dirinya di Palestina. Akan tetapi, sebenarnya hal ini sangat keliru, kaum Yahudi berupaya merusak Islam untuk tujuan yang lebih besar, yaitu memuluskan skema Zionisme Internasional. Dan hal yang perlu kita sadari, bahwa berbagai tuduhan Yahudi terhadap Islam dan al-Qur`an bukanlah hal yang baru dan muncul pada saat ini, akan tetapi telah ada sejak dahulu kala, sejak keberadaan Islam itu sendiri. Artinya, berbagai tuduhan ini telah ada sejak awal dakwah Islam, pada zaman Rasulullah saw. Dan tuduhan ini belum berhenti dan tidak akan berhenti dilakukan sebagai cara menjatuhkan Islam dan kaum muslimin. Bahkan, pada akhir-akhir ini, berbagai tuduhan ini semakin gencar dengan mempergunakan berbagai media dan teknologi komunikasi di dunia, mereka terus mempromosikan dan menyebarkannya sehingga menyesatkan manusia. Inilah problem terbesar kita.
Kaum zionis itu telah memanfaatkan penguasaan mereka atas media massa berskala internasional untuk menjajakan berbagai tuduhan dalam upaya menjatuhkan Islam. Buktinya, ketika mereka mendapati adanya stasiun Amerika condong untuk bekerjasama dengan kaum Muslimin, mereka mulai menyebarkan penelitian dan riset yang menyebutkan bahwa Islam mendorong pemeluknya untuk berbuat radikal dan kekerasan. Semua itu seharusnya memberikan penjelasan, bahwa kita memang sangat membutuhkan puluhan bahkan ratusan penelitian untuk mengimbangi penelitian-penelitian orientalisme yang dilakukan dengan bahasa Ibrani dan merupakan salah satu bentuk perang pemikiran antara Islam dengan musuh-musuhnya.
Terjemah al-Qur`an
Soal: Apakah ini berarti kita harus menerjemahkan al-Qur`an ke dalam bahasa Ibrani?
Jawab: Ini adalah kenyataan yang harus kita akui. Jika kita menyerahkan terjemah al-Qur`an ke dalam bahasa Ibrani melalui tangan penerjemah yang memiliki kecenderungan terhadap zionisme, sama saja dengan memberikan Zionisme kesempatan emas untuk mencemarkan undang-undang primer kaum Muslimin. Ini adalah poin yang tidak boleh kita abaikan, bahwa banyak sekali pusat-pusat riset ilmiah, ketika mereka mempelajari khazanah klasik Islam, mereka menyalinnya kedalam bahasa Ibrani, sehingga para pembaca menelaah khazanah Islam dalam bahasa Ibrani dan menjadikannya sebagai rujukan yang valid, karena para tokoh zionis tinggal di Timur Tengah, karena itu, mereka diyakini sangat memahami bangsa Arab dan kaum Muslimin serta khazanah klasiknya.
Dari titik tolak ini, terlihat pentingnya bagi kita untuk menyediakan khazanah Islam dalam bahasa Ibrani yang diterjemahkan tangan kita sendiri, terutama buku-buku primer khazanah klasik Islam. Meskipun pada akhirnya si peneliti asing kembali menggunakan manuskrip yang diterjemahkan kaum zionis, setidaknya kita telah menanamkan sebersit keraguan dalam diri peneliti, karena adanya kontradiksi terjemahan, keadaan ini tentu sedikitnya akan membantu kemaslahatan kaum Muslimin.
Selain itu, kita juga harus mengalihbahasakan makna-makna al-Qur`an bagi pembaca dari kaum Yahudi, sehingga ia dengan leluasa bisa menelaah kitab suci ini tanpa ada campur tangan penerjemah yang mayoritas tidak bersikap netral. Dengan demikian, menampilkan al-Qur`an dalam bentuk yang menegaskan kevalidannya bagi seluruh ruang dan waktu, juga menampilkan al-Qur`an sebagai kitab yang orisinil, bukan kutipan dari kitab-kitab sebelumnya, seperti Taurat atau Injil sebagaimana yang banyak dipropagandakan para penterjemah Zionis, adalah kebutuhan yang sangat mendesak, sehingga kita bisa menyampaikan kepada pembaca dari kaum Yahudi dan para peneliti yang bersikap netral bahwa al-Qur`an datang untuk menegaskan hukum-hukum yang dibawa dua kitab sebelumnya dan bukan kebalikannya.
Soal: Bagaimana kita menghadapi skema Zionisme yang mempropagandakan konsep benturan peradaban?
Jawab: Kita harus memahami, ketika kita menghadapi skema Zionisme yang selalu berupaya untuk mendistorsi ajaran Islam, konfrontasi dengan skema Zionisme menuntut kita untuk menyadari bahwa Zionisme telah berhasil membuat masyarakat dan pemerintah negara-negara Barat melihat sisi negatifnya saja dari kaum Muslimin.
Dan patut disayangkan, semua ini dimuluskan oleh benturan yang terjadi antara aliran-aliran Timur Islam yang kemudian ditransfer ke dunia barat, bahkan, suatu penelitian yang mendalam menemukan adanya berbagai kelompok dan perkumpulan yang beraneka ragam; antara kelompok masyarakat Maroko, kelompok Palestina dan kemudian kelompok Mesir, demikian pula antara Ahli Sunnah dengan Syiah, dan ini adalah inti dari permasalahan dalam menyampaikan pesan-pesan agama kepada masyarakat barat dan menyebabkan lemahnya pengaruh dakwah. Mereka menjadi bingung mana yang benar dan mana yang salah, sementara pesan agama yang disampaikan memerlukan pandangan yang konprehensif. Pandangan inilah yang justeru dibutuhkan mereka.
Jika dakwah tidak bisa menampilkan Islam yang konprehensif, maka pesan dakwah tidak akan sampai dan lapangan dakwah di dunia barat akan kehilangan moderatisme Islam. Dakwah membutuhkan model yang benar, jika kita tidak memilih da’i yang tepat sebagai duta dakwah kepada mereka, setelah mereka melihat realitas hidup, maka mereka tidak akan mampu menampilkan Islam, kelembutan kasih sayangnya dan keluasan toleransinya, juga tidak akan mampu menjelaskan keindahan dan kesempurnaan ajaran Islam.
Selain itu, persoalan dialog antar agama adalah persoalan yang memiliki pengaruh besar dan tidak bisa kita abaikan begitu saja, dengan catatan para spesialis dalam bidang ini memahami benar pentingnya apa yang mereka lakukan. Selain itu, kita juga harus menyadari sesuatu yang sangat penting, yaitu bahwa sebenarnya masyarakat Barat tidak memiliki kebencian terhadap Islam sebagai sebuah agama, mereka hanya memiliki pandangan yang buruk terhadap kaum Muslimin. Mereka melihat bahwa kaum Muslimin adalah orang yang harus bertanggung jawab atas beberapa insiden kekerasan di dunia internasional yang disebabkan beberapa kelompok Islam radikal.
Dunia Islam sekarang menuntut pembelaan dengan strategi baru untuk menghapus stigma buruk yang melekat dalam benak masyarakat Barat melalui media yang paling efektif. Sayangnya, media massa dan kebudayaan justeru menjadi titik kelemahan kita. Semua orang harus menyadari bahwa Islam sebagai agama samawi bukanlah target kebencian Barat, meskipun beberapa peristiwa terjadi mengindikasikan hal itu, akan tetapi, tujuan utama mereka adalah kaum Muslimin. Karena itu, mereka dituntut untuk memperbaiki mekanisme peradaban dan kebudayaan mereka untuk bangkit dan membela eksistensinya. Jika kita datang dan berkata kepada masyarakat Barat mengenai model interaksi masyarakat Islam dengan pemilik peradaban dan kebudayaan lain, sebagai contoh misalnya Andalusia, niscaya hal ini akan menjadi langkah yang sangat strategis untuk memperbaiki hubungan kita dengan bangsa lain.
Soal: Kelompok Zionisme percaya bahwa mereka harus mendirikan kembali Haikal (kuil) yang mereka kira ada di bawah masjid al-Aqsha yang diberkahi, apakah kitab-kitab mereka menyebutkan hal ini?
Jawab: Justeru sebaliknya. Hal yang tidak banyak diketahui orang bahwa para pendeta Yahudi yang bersikap lurus telah mengeluarkan fatwa tidak bolehnya kaum Yahudi mendekati pelataran al-Aqsha, yang diungkapkan dalam Taurat dengan nama Jabal Haikal. Taurat pun telah menyebutkan secara jelas bahwa kaum Yahudi, siapapun ia, tidak diperbolehkan untuk naik ke Jabal Haikal, karena hal demikian merupakan dosa yang sangat besar dan naiknya seorang Yahudi ke pelataran al-Aqsha atau Jabal Haikal berarti ia telah menimpakan najis yang tidak bisa disucikan dengan mudah.
Akan tetapi, meskipun banyak fatwa pendeta Yahudi yang menguatkan makna serupa, namun Yahudi Zionis justeru menjadi kelompok yang paling banyak melakukan invasi ke komplek al-Aqsha, meskipun serangan ini bertentangan dengan isi kitab Taurat dan juga dianggap sebagai penghinaan terhadap kaum Muslimin yang sangat berpotensi mengobarkan perang antar agama di wilayah itu. Demikianlah, sesungguhnya setiap orang Yahudi yang masuk ke pelataran al-Aqsha berarti telah melakukan dosa menurut syariat agama Yahudi, akan tetapi, para pemimpin sayap kanan ekstrim telah meyakinkan diri dan pengikutnya bahwa mereka tidak masuk ke dalam wilayah yang dilarang itu.
Sebenarnya, serangan dan pendudukan Yahudi ekstrim terhadap al-Aqsha bukan didorong oleh sentimen keagamaan, akan tetapi untuk kepentingan politik, menyempitkan dan memprovokasi kaum Muslimin, karena siapapun kaum Yahudi yang ingin beribadah di komplek al-Quds, ia bisa mengerjakannya di sinagog-sinagog Yahudi yang tersebar disana, di al-Quds sebelah barat, selain itu, mereka bisa beribadah di tembok ratapan, sebuah tempat yang paling disucikan bagi kaum Yahudi. Lagi pula, invasi terus menerus terhadap al-Aqsha tidak saja mengancam perdamaian di wilayah itu, akan tetapi juga mengancam perdamaian di dunia internasional. Karena itulah, kaum muslimin hendaknya menjelaskan kepada publik mengenai kenyataan ini jika mereka ingin mendapatkan sokongan dari dunia internasional, baik itu pada level kemasyarakatan maupun level resmi pemerintahan dalam perjuangan mereka melawan Zionisme internasional.
Soal: Sebagain pihak mengkritik adanya divisi-divisi bahasa Ibrani di berbagai universitas Islam karena dianggapnya bisa memperlancar proses naturalisasi, bagaimana anda menanggapi hal ini?
Jawab: Sebaliknya, banyak orang terkadang merasa terkejut ketika mereka mengetahui bahwa saya selalu memotivasi para generasi muda untuk mendalami masalah orientalisme terutama bahasa-bahasa Ibrani untuk menghadapi bahaya penyelewengan yang sengaja dimasukan sebagian orientalis terhadap makna-makna al-Qur`an dan buku-buku rujukan Islam lain. Mempelajari bahasa Ibrani menjadi demikian penting agar kita bisa mengenalinya, bukan untuk menjadikannya sebagai bahasa yang diterima masyarakat (naturalisasi), akan tetapi dengan tujuan untuk mengetahui segala hal mengenai Israel, besar dan kecilnya, apa yang terjadi di tanah kita yang tengah dirampas dalam masalah politik, ekonomi, sosial, kebudayaan dan pendidikan. Selain itu, agar kita mengetahui semua skema mereka untuk merusak Islam melalui penyelewengan khazanah Islam. Jika kita mampu membaca apa yang mereka tulis dan mereka selewengkan dari Islam, niscaya dengan mudah kita bisa menjawab dan menghadapinya sebelum mereka menanamkannya dalam kebijakan real.
Bukti pentingnya mempelajari bahasa Ibrani terlihat saat Israel sering mengumumkan bahwa mereka sangat terganggu dengan para penterjemah Arab yang bekerja di berbagai media massa Arab, baik berupa audio, visual maupun audio visual. Karena para penterjemah itu berhasil menyingkap rahasia kaum Zionisme melalui pembedahan organ dalamnya. Semua itu menegaskan bahwa mempelajari bahasa Ibrani tidak berhubungan dengan proses naturalisasi seperti yang diduga banyak pihak. Bahkan, melalui kacamata penelitian yang mendalam terhadap mereka yang ternaturalisasikan akan menjelaskan kepada kita bahwa tidak ada satupun pemuda Arab lulusan divisi bahasa Ibrani yang terjebak ke dalam perangkap Zionisme, karena pelajaran bahasa Ibrani itu telah memberikan mereka semacam kekebalan untuk melawan ide-ide Zionisme setelah mereka mengetahui hakikat yang sebenarnya.
Soal: Apakah anda menegaskan teori yang menyebutkan bahwa Zionisme internasional adalah dalang dari berbagai fitnah dan chaos yang dialami kaum Muslimin dari masa ke masa?
Jawab: Saya akan memberi anda sebuah contoh bagaimana Zionisme berperan besar dalam setiap kekacauan yang dialami masyarakat Arab Islam, tanpa kecuali. Beberapa saat yang lalu, pusat kajian strategis Moshe Dayan menerbitkan sebuah buku tulisan seorang perwira agen rahasia Israel bernama Moshe Fergie, agen ini berbicara mengenai peran Zionisme di Sudan bagian selatan, dan bagaimana agen rahasia Israel memainkan peranannya pada panggung bangsa Arab. Ia berkata, “Strategi Israel terhadap wilayah ini berdiri di atas prinsip dasar, yaitu memotivasi kaum minoritas di wilayah tersebut untuk berani menampilkan dirinya dengan berbagai cara, dimana kaum minoritas itu berusaha untuk mendapatkan apa yang disebut dengan hak menentukan nasib dan berdiri independen sebagai sebuah negara.
Inti yang terkandung dari gagasan ini adalah meyakinkan klaim Zionisme bahwa wilayah-wilayah Arab Islam bukan seperti yang ditegaskan bangsa Arab dan kaum Muslimin sebagai satu kesatuan budaya dan peradaban, akan tetapi merupakan mozaik dari berbagai macam budaya, bahasa, agama dan campuran berbagai suku dan aliran di antaranya Arab, Persia, Turki, Armenia, Israel, Kurdi, Druz, Protestan, Katholik, Alawiyyin, Syiah, Sunnah, Alturkman dan Shabiah. Dengan demikian, pengklasifikasian lebih cocok untuk kondisi masyarakat Islam. Untuk menguatkan tertanamnya konsep ini, harus ditampilkan adanya persengketaan di antara keberagaman tersebut, seperti perseteruan aliran-aliran Islam-Koptik, Sunnah-Syiah, perselisihan antara bangsa Arab Kurdi dengan Arab Persia dan perselisihan lain yang berbau agama dan etnis.
Jika kita meneliti lebih dalam, maka kita akan mendapati peran Zionisme di balik semua kekacauan ini, karena dengan terpecahnya masyarakat Islam, mereka mengambil keuntungan yang besar dan memuluskan jalan mereka untuk menggapai impian terbesarnya, yaitu mendirikan Israel Raya dari hulu sungai Nil hingga sungai Eufrat. Dan ini adalah impian yang selalu bermain dalam khayalan mereka hingga saat ini.

Persatuan, Hadiah Besar Rasulullah Kepada Manusia

persatuan umatBoleh dikata, keberhasilan paling penting Rasulullah Saw adalah menciptakan sebuah masyarakat berdasarkan persatuan dan kasih sayang. Persatuan adalah esensi keberadaan. Demi menciptakan persatuan di lingkungan masyarakat, Nabi mengajak masyarakat Islam untuk tetap berpegang teguh kepada tali Allah yang kokoh. Nabi menyebut kekuatan bangsa-bangsa terletak pada persatuan dan rasa solidaritas antarsesama. Umat Islam yang berpegang teguh dengan nasihat Nabi Saw, selama beberapa abad menjadi pelopor di bidang keilmuwan, peradaban dan kemajuan.
Dengan munculnya Islam, pribadi agung Nabi Muhammad Saw menjadi titik pertemuan emosi masyarakat dan pusat masyarakat Islam. Dengan upaya keras yang dilakukannya, Nabi Muhammad Saw menyebarkan persatuan di seluruh dunia. Rasulullah Saw dengan sejumlah metode berhasil menghilangkan sejumlah kendala yang menghambat terciptanya persatuan seperti diskriminasi, pengunggulan etnis dan merasa diri lebih dari yang lain. Bahkan Nabi mengajak para pengikut agama lain untuk bersama-sama menciptakan perdamaian.
"Mari kita bersama-sama mengarah pada satu ucapan yang satu antara kami dan kalian. Bahwa kita hanya akan menyembah Allah Yang Maha Esa dan tidak menyekutukan-Nya. Sebagian dari kita tidak akan menerima tuhan selain Allah Yang Maha Esa."
Masyarakat Jahiliyah Arab hidup dalam kondisi carut-marut disebabkan tidak adanya aturan. Perang, kebodohan, kekafiran dan fanatisme buta kesukuan merupakan ciri khas utama bangsa Arab sebelum diutusnya Nabi Muhammad Saw. Menurut Ibnu Khaldun, "Kabilah-kabilah Arab adalah perampok dan buas serta memiliki sifat ingin menjarah milik orang lain. Apa yang mereka temukan bakal dirampasnya."
Sebagian ahli sejarah terkait sejarah Arab sebelum kemunculan Islam telah mencatat terjadinya 1700 perang di antara mereka. Sebagian dari perang ini malah berlangsung bertahun-tahun antara sejumlah generasi. Kebiasaan perang sedemikian kuat dalam masyarakat Arab, sehingga ketika Nabi Muhammad Saw berbicara tentang perdamaian dan keindahan surga, satu dari orang-orang Arab bertanya kepada beliau, "Wahai Rasulullah! Apakah di surga juga bakal ada perang?" Rasulullah Saw menjawab, "Tidak Ada." Badui Arab ini kembali bertanya, "Bila tidak ada perang di surga, lalu apa artinya surga bagi kami?"
Dalam kondisi sulit seperti ini, Rasulullah Saw memberikan pesan rahmat dan tuntunan ilahi kepada masyarakat Arab. Ketika tiba di Madinah, Nabi mengayomi segala etnis dan suku yang berada di kota ini. Menciptakan persatuan politik dan sosial dilakukan Rasulullah dengan cara melakukan perjanjian di antara suku-suku ini. Apa yang dilakukan beliau merupakan gerakan pentingdemi mengorganisir masyarakat yang lebih beradab dan sempurna. Perjanjian-perjanjian ini merupakan bukti dan dokumen penting strategi Rasulullah dalam menciptakan persatuan Islam di tengah-tengah masyarakat waktu itu.
Sejumlah perjanjian antara Nabi Muhammad Saw dengan sejumlah suku dan kabilah yang ada di Madinah merupakan perjanjian penting, bahkan boleh dikata itu merupakan undang-undang dasar tertulis pertama di dunia. Isi dari perjanjian itu secara jelas menetapkan bahwa umat Islam adalah umat yang satu. Sebagian dari butir-butir yang ada dalam perjanjian ini menunjukkan indahnya persatuan. Sebagian dari butir-butir itu seperti; "Umat Islam bersatu menghadapi kezaliman, agresi, konspirasi dan perusakan. Bila muncul perselisihan antara umat Islam, maka rujukan untuk mencari solusi adalah Allah dan Rasul-Nya. Umat Islam tidak akan membiarkan muslim lainnya menanggung sendiri utangnya yang banyak, tapi mereka harus membantunya."
Di bagian lain dari butir-butir perjanjian bersejarah itu terkait hubungan umat Islam dengan Yahudi Madinah disebutkan, "Umat Islam dan warga Yahudi hidup di Madinah seperti umat yang satu dan setiap dari mereka hidup dengan agamanya sendiri. Umat Islam dan warga Yahudi kedua-duanya akan menghadapi musuh yang menyerang Madinah."
Dapat dikatakan bahwa upaya untuk menciptakan titik-titik kesamaan dalam agama merupakan parameter penting yang digunakan Rasulullah Saw demi memberikan solusi bagi terealisasinya persatuan Islam. Rasulullah dalam perjanjian ‘Aqabah yang dilakukan beliau dengan warga Madinah yang dahulunya disebut Yatsrib kepada sejumlah etnis yang lain beliau berkata, "Kalian pilih 12 orang sebagai wakil yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi di antara kabilah kalian."
Langkah-langkah konstruktif yang dilakukan utusan terakhir Allah Saw, begitu membuat masyarakat gembira. Ketika para wakil suku-suku Yatsrib bertemu dengan Nabi di dekat tempat bernama ‘Aqabah dan mendengar ucapan beliau tentang persatuan dan kasih sayang, mereka berkata, "Sedemikian hebatnya permusuhan antara suku Khazraj dan Aus, dua kabilah di Yatsrib sehingga tidak dapat dibandingkan dengan kabilah-kabilah yang lain. Kami berharap Allah Swt menjadikan engkau sebagai perantara yang mampu mendamaikan rakyat kami, kemudian menciptakan persatuan dan kasih sayang di antara mereka."
Rasul Saw membangun kasih sayang di tengah masyarakat Islam dengan memfokuskannya pada iman kepada Allah. Rasul menyebut masyarakat ideal adalah masyarakat yang setiap anggotanya punya hubungan persaudaraan dengan lainnya dan semua punya kewajiban melindunginya agar Allah melanggengkan sarana demi terciptanya persatuan dan kasih sayang. Dengan dasar ini, Rasulullah Saw menyelenggarakan hubungan persaudaraan antara 300 orang muslim.
Nabi dengan perjanjian umum yang dilakukannya di antara warga Madinah berhasil menyebarkan wangi persaudaraan dan solidaritas di seluruh kondisi masyarakat Islam. Seluruh Madinah mendengarkan ucapan-ucapan indah Nabi. Beliau bersabda, "Al-Jama'ah Rahmatun wa al-Furqah ‘Adzabun" yang artinya jamaah dan bersatu itu merupakan rahmat dan berpisah serta berselisih itu adalah azab." Beliau juga bersabda, "Masyarakat mukmin yang merasa bersaudara dan mencintai lainnya sama seperti satu badan. Bila satu anggota badan itu merasa sakit, maka seluruh badan akan merasakan sakitnya terutama di waktu malam dan demam."
Sekalipun telah berusaha keras untuk menciptakan persatuan di antara umat Islam, tapi Nabi senantiasa khawatir munculnya perselisihan di antara mereka yang pada akhirnya menciptakan kerusakan. Karena kekalahan dan rusaknya hubungan sosial dalam sebuah umat terkait masalah-masalah penting di masa kekacauan prosentasinya semakin besar. Seorang bernama Syits bin Qais pada suatu hari berhasil memprovokasi seorang pemuda Yahudi agar menciptakan perselisihan antara suku Aus dan Khazraj. Perselisihan ini akan mengingatkan orang akan masa Jahiliyah dan akan mengobarkan kebencian lama yang tertanam dalam diri mereka.
Akibat provokasi yang dilakukan, dua kabilah ini kembali menghunuskan pedangnya dan terjadi bentrokan hebat di antara mereka. Nabi Muhammad Saw mendengar berita ini dan melihat kejadian itu. Beliau dengan sigap bersabda, "Wahai umat Islam! Apakah kalian telah melupakan Allah? Kalian kembali menyuarakan yel-yel Jahiliyah, padahal saya masih berada di tengah-tengah kalian. Hal ini kalian lakukan setelah Allah Swt menuntun kalian dengan cahaya Islam, menjadikan kalian bernilai dan membebaskan kalian dari kekafiran?"
Rasulullah Saw dalam pelbagai periode dengan suaranya yang teduh membacakan surat Ali Imran ayat 103 yang berbunyi, "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadikan kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk."
Ketika bintang cemerlang Islam terbit dan menyebar dengan cepat ke seluruh Hijaz, orang-orang munafik dimasa tidak adanya Nabi Muhammad Saw, membangun sebuah masjid guna mengurangi kekuatan spiritual umat Islam. Dengan alasan melaksanakan shalat di masjid itu mereka ternyata berbicara tentang upaya dan konspirasi yang dapat dilakukan untuk melawan Islam. Suatu hari Nabi Saw kembali ke Madinah dari perang Tabuk. Orang-orang munafik ini meminta kepada beliau untuk shalat di masjid itu sekaligus meresmikannya. Pada saat itu malaikat pembawa wahyu menyadarkan beliau akan rencana licik mereka dan menyebut masjid itu sebagai masjid "Dhirar". Rasul akhirnya memerintahkan untuk menghancurkan masjid itu, demi mencegah munculnya friksi di antara umat Islam agar persatuan Islam tidak rusak.
Dengan demikian, sebagaimana diucapkan oleh Imam Ali as, "Hati orang-orang baik senantiasa tertarik kepada Rasulullah. Berkat keberadaan beliau, Allah Swt menguburkan kedengkian dan memadamkan api permusuhan. Keberadaan Rasul mampu memberikan kemuliaan dan solidaritas bagi umat Islam. Rasul telah membuka jalan-jalan kebahagiaan yang semula tertutup." (IRIB Indonesia)

Sambut Kedatangan Al Mahdi

sambut kedatangan al mahdiBanyak sekali riwayat yang menerangkan hari kebangkitan Imam Mahdi af. Dalam sebagian riwayat disebutkan bahwa tahun baru dari kalender Iran (Hijriyah Syamsyiyah) merupakan permulaan kebangkitan beliau. Sebagian riwayat lain menyebutkan bahwa kebangkitan beliau akan dimulai pada hari Asyura. Sebagian lagi mengatakan bahwa hari sabtu adalah hari yang dinantikan. Sedangkan sebagian riwayat juga mengatakan hari yang dinantikan adalah hari Jum’at.
Nampaknya, tidak ada pertentangan apabila hari Asyura kelak bertepatan dengan tahun baru. Karena hari Asyura, berdasarkan penanggalan Hijriyah Qamariyah. Sedangkan tahun baru, ditetapkan berdasarkan penanggalan Syamsyiah. Begitu juga, kedua hari ini mungkin juga dapat bertepatan dengan hari Jum’at maupun Sabtu.
Di sini, yang kelihatan sulit disatukan adalah perbedaan riwayat yang mengatakan hari kebangkitan Imam Mahdi af adalah hari Sabtu dengan riwayat yang menjelaskan hari Jum’at. Tetapi, perbedaan riwayat seperti ini bisa selesaikan dengan baik. Seandainya riwayat yang mengatakan bahwa hari Sabtu merupakan hari kebangkitan Imam Mahdi af. bersandar pada sanad yang sahih. Jika demikian, kita dapat meneriwa riwayat tersebut.
Maka, riwayat-riwayat yang mengatakan hari Jum’at sebagai hari kebangkitan Imam Mahdi af., ditafsirkan sebagai hari permulaan kebangkitan beliau. Sedangkan riwayat yang mengatakan hari Sabtu ditafsirkan bahwa hari tersebut merupakan hari berdiri dan ditetapkannya pemerintahan Ilahi serta tergulingnya kekuatan batil.
Perlu digarisbawahi bahwa riwayat-riwayat yang mengatakan hari Sabtu sebagai hari kebangkitan Imam Mahdi af. dari segi sanad perlu diteliti kembali. Tetapi riwayat yang menjelaskan hari Jum’at, tidak memiliki cacat dari sisi ini.
Kini, tiba saatnya kita untuk menyimak berbagai riwayat tersebut:
Imam Shadiq as. berkata, “Qaim Ahlul Bait kami akan muncul di hari Jum’at.”[1]
Imam Muhammad Baqir as. berkata, “Seakan-akan aku sedang melihat Qaim (af.) pada hari Asyura, hari Sabtu, berdiri di antara Rukun dan Maqam, ketika Jibril berdiri di hadapannya dan mengajak orang-orang untuk membaiatnya.”[2]
Imam Baqir as. berkata, “Qaim (af.) akan bangkit di hari Asyura, yang terjadi di hari Sabtu, pada hari syahidnya Imam Husain.”[3] Beliau juga berkata, “Tahukan engkau hari apakah ini (hari Asyura)? Ini adalah hari dimana Allah menerima taubat Adam dan Hawa. Hari ini adalah hari dimana Allah membelah laut untuk Bani Israil, lalu menenggelamkan Fir’aun dan pasukannya serta memenangkan Musa atas mereka. Hari ini adalah hari kelahiran Ibrahim as. Hari ini adalah hari diterimanya taubat kaum Nabi Yunus as. Hari ini adalah hari lahirnya Isa as. Hari ini adalah hari kebangkitan Qaim af.”[4]
Riwayat lain dengan kandungan seperti ini telah dinukil dari Imam Baqir as.,[5] tetapi ke-tsiqah-an Ibnu Bathai dalam riwayat ini masih diragukan.
Imam Shadiq as. berkata, “Pada malam hari ke-23 (bulan Ramadhan), akan terdengar teriakan suara dengan nama Mahdi (af.), lalu ia akan bangkit pada hari Asyura, hari terbunuhnya Imam Husain.”[6]
Beliau juga pernah berkata, “Hari tahun baru adalah hari dimana Al-Qaim af. akan muncul.”[7]
A. Berita Kemunculan Imam al Mahdi af.
Munculnya Imam Mahdi af pada mulanya diumumkan melalui teriakan keras yang terdengar dari langit. Pada waktu itu, beliau sedang bersandar di Ka’bah. Dengan menyerukan kebenaran, beliau mengumumkan kemunculannya.
Imam Ali as. berkata, “Ketika ada yang berteriak dari arah langit, ‘kebenaran adalah milik keluarga Muhammad. Jika kalian mencintai kebenaran, maka ikutilah keluarga Muhammad,’ sesungguhnya Al-Mahdi (af.) telah muncul.”[8]
Dalam hal ini, Imam Baqir as. juga mengatakan, “Al-Mahdi af. akan muncul di Mekah, ketika waktu shalat Isya tiba. Ketika itu, bendera, pakaian, dan pedang Rasulullah ada padanya, lalu beliau menunaikan shalat Isya. Setelah usai shalat, beliau berpidato di depan umum, ‘Wahai umat manusia! Aku mengajak kalian mengingat Allah dan Hari Kebangkitan kalian, setelah segala hujjah Allah telah sempurna bagi kalian. Ia telah mengutus para nabi dan juga menurunkan Al-Qur’an. Allah memerintahkan kalian untuk menaati dan tidak menyekutukan-Nya. Begitu juga dengan para utusannya. Hidupkanlah apa pun yang diperintahkan Al-Qur’an kepada kalian, untuk menghidupkannya. Lenyapkanlah apa pun yang diperintahkan Al-Qur’an, untuk kalian lenyapkan. Jadilah kalian peniti jalan kebenaran dan hidayah. Saling bantu-membatulah kalian dalam ketaatan. Karena fananya dunia telah tiba dan perpisahan akan segera mulai. Aku mengajak kalian untuk mendekatkan diri kepada Allah, Rasul-Nya, dan mengamalkan kitab-Nya, serta menumpas kebatilan lalu menghidupkan sunah Nabi Saw.’ Setelah itu, muncullah tiga ratus tiga belas pengikut khusus Al-Mahdi.”[9]
B. Bendera Kebangkitan
Setiap pemerintahan memiliki bendera khusus yang dengannya pemerintahan tersebut diketahui dan dikenal. Berbagai gerakan revolusi juga memiliki hal tersebut, yang di dalamnya diletakkan simbol-simbol yang menjelaskan tujuan kepemimpinnya. Revolusi global Imam Mahdi af. juga memiliki bendera khusus yang di dalamnya tertulis syiar. Meski terdapat banyak perbedaan mengenai syiar tersebut, tetapi terdapat satu persamaan di antara semuanya, yaitu ajakan kepada umat manusia, berada dalam naungan kepemimpinan Al-Mahdi af.[10]
Di sini kita hanya memberikan beberapa riwayat saja, antara lain:
Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Pada bendera Al-Mahdi tertulis, ‘Pasanglah telinga, dengarkan dan taatilah Al-Mahdi.’[11]
Pada beberapa kitab yang lainnya kita membaca, “Syi’ar Al-Mahdi adalah ‘Baiat untuk Allah.’[12]
C. Suka Cita Umat Manusia
Berdasarkan penjelasan beberapa riwayat, kebangkitan Imam Mahdi af. menimbulkan suka cita umat manusia. Kebahagiaan dan penerimaan masyarakat dilakukan dalam berbagai bentuk yang beragam. Bahkan beberapa riwayat yang lain, dilukiskan kebahagiaan para penduduk bumi dan langit. Sebagian riwayat lainnya, menjelaskan kebahagiaan arwah orang-orang yang telah meninggal dunia. Dalam sebuah riwayat, dijelaskan mengenai sambutan yang hangat dari masyarakat terhadap revolusi Imam Mahdi af ini. Menurut riwayat yang lain, banyak orang yang mengharapkan dibangkitkannya orang-orang yang telah meninggal dunia.
Di bawah ini, terdapat beberapa riwayat yang menjelaskan permasalahan tersebut:
Rasulullah Saw. bersabda, “Semua yang ada di langit dan bumi, burung-burung, binatang buas, dan ikan-ikan di laut, semuanya merasakan suka cita atas kedatangan Imam Mahdi af.”[13]
Mengenai hal ini, Imam Ali as. berkata, “Ketika Al-Mahdi muncul, namanya akan disebut oleh banyak orang. Masyarakat dunia begitu cinta terhadapnya. Sehingga, tidak ada nama selainnya, yang mereka ingat dan mereka sebut. Mereka melepaskan dahaga jiwanya, dengan kecintaan kepada Al-Mahdi.”[14]
Dalam riwayat, disebutkan istilah yasyribun hubbahu (mereka mereguk cintanya). Kecintaan kepada Al-Mahdi af. laksana air telaga yang diminum oleh semua orang dengan penuh rasa suka. Kecintaan menghunjam dalam diri mereka.
Ketika Imam Ridha as. mengutarakan berbagai peristiwa getir dan terpaan musibah yang menimpa umat manusia sebelum kedatangan Imam Mahdi af. Beliau juga menerangkan kelapangan dan ketentraman setelah kemunculan Imam Mahdi af. seraya berkata, “Di waktu itu, manusia merasakan kelapangan dan ketentraman, hingga orang-orang yang telah mati pun berharap untuk hidup kembali.”[15]
Imam Shadiq as. juga pernah berkata, “Seakan-akan aku melihat Al-Mahdi sedang duduk di atas mimbar Kufah dan mengenakan baju perang Rasulullah Saw.” Kemudian beliau menjelaskan keadaan-keadaan Imam Mahdi af. lalu melanjutkan ucapannya, “Tak satu pun dari kaum Mukminin yang berada di dalam kuburan, yang tidak merasakan kegembiraan, sehingga orang-orang yang telah mati menghampiri sesamanya dan saling mengucapkan selamat atas kemunculan Al-Mahdi.”
Dalam beberapa riwayat yang lain disebutkan bahwa kegembiraan dan keringanan dirasakan oleh orang-orang yang tinggal di alam Barzakh, ketika Imam Mahdi af. muncul. Dengan demikian, kita dapat membayangkan betapa agungya kebangkitan Imam Mahdi af, hingga memberikan dampak positif bagi para arwah.[16]
D. Lepas dari Belenggu Penindasan
Tak diragukan lagi, kebangkitan Imam Mahdi af. Akan menyebabkan tegaknya keadilan dan lepasnya belenggu penindasan dari umat manusia. Di sini, kita akan membahas apa yang akan dilakukan oleh Imam Mahdi af ketika bangkit, dalam mengayomi orang-orang yang tertindas.
Rasulullah Saw. bersabda, “Mahdi dari umatku akan muncul. Allah akan mengutusnya sebagai orang yang mendengarkan rintihan umat manusia. Di jaman itu, semua orang akan hidup dipenuhi kenikmatan.”[17]
Rasulullah Saw. tidak mengatakan bahwa Imam Mahdi af. hanya akan mendengarkan rintihan dari kabilah maupun bangsa tertentu saja. Namun, ia menjadi penolong bagi semua orang di muka bumi. Oleh karena itu, menjelang kedatangannya, kondisi yang ada menjadikan segenap umat manusia seluruh dunia mengharapkan kemunculannya.
Jabir menuturkan bahwa Imam Baqir as. berkata, ‘Imam Mahdi akan muncul dari Mekah … Allah akan menyerahkan tanah Hijaz kepadanya, lalu ia akan membebaskan para tawanan Bani Hasyim dari penjara-penjara.”[18]
Abu Arthat berkata, “Imam Mahdi bergerak dari Mekah menuju Madinah lalu membebaskan para tawanan Bani Hasyim dari penjara. Kemudian ia pergi ke Kufah dan di sana beliau membebaskan para tawanan Bani Hasyim dari penjara.”[19]
Sya’rani berkata, “Ketika Imam Mahdi tiba di Barat, orang-orang Andalusia akan mendatanginya dan mereka berkata, “Wahai wali Allah dan Hujjah-Nya! Tolonglah wilayah Andalusia, karena ia dan penduduknya telah binasa.”[20]
E. Peran Para Wanita dalam Revolusi Imam Mahdi af.
Ketika kita meninjau berbagai riwayat yang mengupas peranan para wanita pada pra dan pasca kemunculan Imam Mahdi af., kita akan menemukan beberapa poin penting yang layak diperhatikan. Meskipun disebutkan bahwa kebanyakan dari pengikut Dajal adalah kaum Yahudi dan para wanita,[21] tetapi di luar itu, terdapat banyak wanita beriman, suci dan senantiasa teguh menjaga akidah mereka.
Sebagian wanita di jaman tersebut memiliki jiwa besar, pemberani, dan selalu kokoh dalam melangkah. Kemana pun pergi, mereka mengobarkan peperangan melawan propaganda busuk Dajal serta menerangkan kebenaran sejati kepada siapa pun.
Beberapa riwayat menjelaskan bahwa ketika Imam Mahdi af. muncul, ada empat ratus wanita yang bergabung dengan beliau. Kebanyakan mereka bekerja dalam bidang kesehatan dan pengobatan. Tetapi, masih ditemukan banyak pertentangan dalam beberapa riwayat, mengenai jumlah para wanita yang kelak menyertai kebangkitan Imam Mahdi af. Sebagian riwayat menyebutkan bahwa terdapat tiga belas wanita yang akan menyertai Imam Mahdi af. Barangkali, mereka adalah pengikut khusus beliau. Sedangkan beberapa riwayat yang lain, menjelaskan bahwa akan ada tujuh ribu delapan ratus orang wanita yang menyertai Imam Mahdi af. Mereka adalah para wanita yang membantu beliau dalam berbagai keadaan.
Ibnu Hammad dalam kitab Fitan menuturkan bahwa jumlah lelaki yang mukmin pada saat Dajal muncul sebanyak dua belas ribu. Sedangkan jumlah wanita yang mukminah mencapai tujuh ribu tujuh ratus, atau delapan ratusan.[22]
Rasulullah Saw. bersabda, “Isa as. putra Maryam sa. akan turun ke bumi di tengah-tengah delapan ratus lelaki dan empat ratus perempuan, mereka adalah para penghuni bumi yang terbaik dan termasuk orang-orang terdahulu yang paling saleh.”[23]
Imam Baqir as. berkata, “Demi Allah, akan datang tiga ratus orang. Di antara mereka, terdapat lima puluh orang wanita.”[24]
Mufadhal bin Umar menuturkan bahwa “Imam Shadiq as. pernah berkata, ‘Akan ada tiga belas wanita yang menyertai Imam Mahdi.’ Ia bertanya, ‘Apa yang mereka lakukan dan apa peranannya?’ Beliau menjawab, ‘Mereka akan merawat orang-orang yang terluka dan merawat orang-orang yang sakit, sebagaimana mereka bersama Rasulullah Saw. pada dahulu kala.’ Ia kembali berkata, ‘Sebutkanlah nama tiga belas wanita itu!’ Beliau menyebutkan, ‘Qanwa binti Rasyid, Ummu Aiman, Hababah Walbiyah, Sumayyah ibu Ammar Yasir, Zubaidah, Ummu Khalid Ahmasiyah, Ummu Sa’id Hanafiyah, Shiyanah Masyithah, dan Ummu Khalid Jahniyah.’”[25]
Dalam kitab Montakhabul Bashair disebutkan dua orang wanita yang bernama Wutairah dan Ahbasyiyah; keduanya termasuk para pengikut Imam Mahdi af.[26] Sebagian riwayat yang lain, hanya menerangkan keberadaan para wanita di bawah kepemimpinan Imam Mahdi af. saja; tanpa menyebutkan jumlah mereka.
Biografi singkat para wanita mulia
Dalam riwayat Mufadhal bin Umar telah disebutkan dengan jelas bahwa jumlah para wanita yang menjadi pengikut Imam Mahdi af. adalah tiga belas orang. Tetapi di antara ketiga belas orang itu, hanya sembilan orang saja yang disebutkan nama dan keterangannya. Karena Imam Shadiq as. telah menyebutkan nama-nama sebagian dari mereka, hal ini membuat kita tertarik untuk mengkaji biografinya. Dengan demikian, kita akan menemukan jawaban tentang mengapa Imam menekankan keberadaan para wanita tersebut.
Setiap orang dari mereka, memiliki keistimewaan masing-masing. Tetapi, mayoritas mereka menunjukkan kelayakan dirinya dalam berjihad melawan musuh-musuh Allah. Sebagian dari mereka, seperti Shiyanah, adalah ibu dari beberapa syahid, dan dia pun meninggalkan dunia dengan ke syahidan. Satu lagi di antara mereka, seperti Sumayah, adalah orang yang membela mati-matian agama, hingga ia menerima siksaan paling kejam yang menutup akhir hayatnya. Tokoh lainnya seperti Ummu Khalid, merelakan karunia kesehatan dan keselamatan dirinya, yang ia tebus dengan cacat fisik, demi menjaga Islam.
Sosok lain seperti Zubaidah, tidak silau oleh gemerlap harta benda duniawi. Semua itu, tidak menghalanginya untuk berpegang teguh pada Islam. Bahkan sebaliknya, ia menggunakan seluruh harta bendanya di jalan Allah. Ia menginfakkan hartanya membantu penyelenggaraan ibadah haji, yang merupakan rukun dan syiar penting agama. Beberapa wanita mulai yang lain, merawat para pemimpin umat Islam dan mendidik para putra-putri harapan dengan sebaik-baiknya. Mereka juga memiliki sisi spiritual yang sangat agung, sehingga sering dibicarakan banyak orang. Sebagian lagi, merupakan keluarga syuhada yang sempat menggendong, bahkan berbicara dengan mereka menjelang kesyahidannya.
Ya, mereka adalah para wanita penanggung duka yang telah menunjukkan dirinya, mampu untuk menjalankan tugas berat pemerintahan Islam.
1. Shiyanah
Dalam kitab Khasais Fathimiyah disebutkan bahwa pada masa pemerintahan Imam Mahdi af., ada tiga belas wanita yang dihidupkan kembali untuk mengobati orang-orang yang terluka. Salah satu di antara mereka adalah Shiyanah. Ia adalah istri Hazqil dan penata rias putri Fir’aun. Suami Hazqil adalah anak pamannya Fir’aun dan penjaga harta bendanya. Menurut pernyataannya, Hazqil adalah orang yang beriman di antara keluarga Fir’aun dan telah mengimani Nabi pada jamannya, yaitu Nabi Musa as.[27]
Rasulullah Saw. bersabda, “Pada malam Mi’raj, dalam perjalanan agung dari Mekah menuju Masjidul Aqsha, tiba-tiba aku mencium bau wangi yang sama sekali belum aku rasakan sebelumnya. Aku bertanya kepada Jibril mengenai aroma wangi ini. Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah! Istri Hazqil mengimani Musa as. dan ia menyembunyikan keimanannya. Pekerjaannya adalah penata rias putri Fir’aun. Pada suatu hari, ketika ia tengah merias putri Fir’aun, secara tak sengaja sisir terjatuh dari tangannya. Seketika ia berkata, ‘Bismillah.’ Putri Fir’aun berkata, ‘Apakah engkau sedang memuji ayahku?’ Ia menjawab, ‘Tidak. Aku tengah memuji Dzat yang telah menciptakan ayahmu dan juga membinasakannya.’
“Putri Fir’aun bergegas pergi menuju ayahnya seraya berkata, ‘Seorang perempuan yang bekerja di rumah sebagai penata rias telah beriman kepada Musa.’ Fir’aun memerintahkan dia untuk datang ke hadapannya lalu bertanya, ‘Apakah engkau tidak mengakui keberadaanku sebagai tuhan?’ Shiyanah berkata, ‘Sama sekali tidak! Aku tidak akan melepaskan keimanan terhadap Tuhanku yang hakiki dan aku tidak akan menyembahmu!’ Fir’aun memerintahkan bawahannya untuk menyalakan api dan memanaskan tungku besar. Ketika tungku tersebut memerah, ia memerintahkan bawahannya untuk memasukkan anak-anak perempuan itu ke dalam tungku yang panas di hadapan kedua mata ibu mereka.
Ketika mereka hendak merebut bayi yang tengah menyusui di rangkulan Shiyanah, hampir saja ia mengucapkan berlepas diri dari agama Musa as. Tetapi, dengan izin Allah, bayi tersebut berbicara, ‘Bersabarlah wahai ibu! Sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran.’ Tak lama kemudian, mereka memasukkan wanita dan anaknya itu ke dalam tungku, lalu abunya ditebarkan di atas tanah ini. Sampai Hari Kiamat, bau harum ini akan selalu tercium dari tanah ini.’[28]
Inilah sosok salah seorang wanita yang akan dibangkitkan di akhir jaman, ia menjalankan tugas-tugasnya sebagai pengikut setia Imam Mahdi af.
2. Ummu Aiman
Namanya adalah Barkah. Ia adalah budak wanita milik Rasulullah Saw. yang diwarisi dari ayahnya; Abdullah. Pekerjaannya adalah merawat Rasulullah Saw.[29]
Rasulullah Saw. selalu memanggilnya sebagai ibu. Beliau bersabda, “Ia adalah keluargaku yang tersisa.” Ia memiliki seorang anak dari suami pertamanya, yakni Ubad Khazraji, yang bernama Aiman. Aiman merupakan salah seorang muhajir dan pejuang yang telah gugur di medan perang Hunain.
Ketika Ummu Aiman menempuh perjalanan dari Mekah ke Madinah, ia kehausan. Tiba-tiba turun sebuah tempat air dari langit, lalu ia meminumnya. Sejak itu, ia tidak merasakan haus lagi.[30]
Pada saat Rasulullah Saw. meninggal dunia, ia sangat terpukul. Ketika ia ditanya mengapa menangis, ia menjawab, “Sungguh demi Allah. Aku tahu bahwa ia akan meninggal dunia. Tapi aku sedih, karena wahyu terputus.”[31]
Fathimah Zahra as. telah menjadikan Ummu Aiman sebagai saksi mengenai perkara kepemilikan tanah Fadak. Dan Akhirnya ia meninggal dunia di jaman kekhalifahan Utsman.
3. Zubaidah
Ia adalah istri Harun Ar-Rasyid, dan ia seorang pengikut Ahlul Bayt. Ketika Harun mengetahui kepercayaan istrinya, ia bersumpah untuk mencerainya. Zubaidah senantiasa melakukan berbagai perbuatan baik dan terpuji. Ketika suatu hari, air di Mekah langka dan harga perkantungnya mencapai satu dinar emas. Ia membagikan air minum kepada para jemaah Haji dan juga memberikannya kepada penduduk Mekah. Dengan menggali gunung serta membuat saluran air, ia mengalirkan air dari luarharam menuju ke dalam haram, yang berjarak sekitar sepuluh mil. Zubaidah memiliki seratus budak wanita yang seluruhnya hafal al-Qur’an. Semuanya, bertugas membaca satu persepuluh Al-Qur’an. Suara bacaan al-Qur’an yang terdengar dari rumahnya, bagaikan suara kumpulan lebah.[32]
4. Sumayyah, ibu Ammar Yasir
Ia adalah orang ke tujuh yang memeluk Islam. Karena itulah, ia harus menanggung siksaan terburuk. Pada saat Rasulullah Saw. melewati suatu tempat, di sana Ammar, ayah dan ibunya disiksa di bawah terik matahari di padang sahara Mekah yang sangat panas dan membakar, beliau berkata, “Wahai keluarga Yasir! Bersabarlah … ketahuilah bahwa yang dijanjikan untuk kalian adalah surga.”
Sumayyah meninggal dunia di tangan pembunuh keji, Abu Jahal, dan menjadi wanita pertama Islam yang gugur sebagai syahid. [33]
5. Ummu Khalid
Ketika gubernur Iraq, Yusuf bin Umar, membunuh Zaid bin Ali di kota Kufah, ia juga memotong tangan Ummu Khalid, karena menjadi pengikut Syiah dan mendukung perjuangan Zaid.
Abu Bashir berkata, “Waktu itu aku berada di dekat Imam Shadiq as., lalu Ummu Khalid datang dengan keadaan tangan terpotong. Imam berkata, ‘Wahai Abu Bashir! Apakah engkau ingin mendengarkan perkataan Ummu Khalid?’ Aku menjawab, ‘Ya, aku akan senang mendengarkannya.’ Ummu Khalid menghampiri Imam dan mengucapkan beberapa perkataan. Aku menyaksikannya sebagai orang yang berbicara dengan fasih, dan sopan santun. Lalu Imam membicarakan permasalahan wilayah dan baraah terhadap musuh, dengannya .…”[34]
6. Hababah Walbiyah
Syaikh Thusi menyebutkan bahwa Wababah Walbiyah termasuk dari para sahabat Imam Hasan, Imam Husain, Imam Sajad dan Imam Baqir as. Sebagian yang lain berpendapat bahwa ia adalah sahabat Imam Kedelapan, yakni sampai Imam Ridha as. Disebutkan pula bahwa Imam Ridha as. bersedia mengkafaninya dengan pakaian beliau sendiri. Ketika ia meninggal dunia, umurnya lebih dari 240 tahun. Ia pernah kembali menjadi muda sebanyak dua kali. Pertama dengan mukjizat Imam Sajad as., dan yang kedua dengan mukjizat Imam Ridha as. Delapan Imam Maksum as. memberikan tanda dengan cincin mereka pada batu yang selalu ia bawa.[35]
Hababah Walbiyah berkata, “… Aku berkata kepada Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as., ‘Semoga Allah merahmatimu. Katakanlah kepadaku apa dalil kepemimpinan (imamah)?’ Imam as menjawab, ‘Ambilkan batu kerikil itu!’ Aku pun mengambilkannya untuk beliau. Imam memberikan tanda pada batu kerikil itu. Ketika beliau melakukan hal tersebut, beliau berkata kepadaku, ‘Wahai Hababah, setiap orang yang mengaku sebagai imam dan mampu melakukan apa yang telah aku lakukan, maka ia adalah imam yang wajib diikuti. Imam adalah orang yang mengetahui apa pun yang diinginkan.’
“Aku melanjutkan perjuangan hingga Imam Ali as akhirnya meninggal dunia. Aku mendatangi Imam Hasan as. yang pada waktu itu menempati posisi Imam Ali as. dan orang-orang di sekitarnya sibuk menanyakan berbagai macam permasalahan. Ketika melihatku, beliau berkata, ‘Wahai Hababah Walbiyah!’ Aku pun menyahut, ‘Ya, wahai tuanku.’ Beliau berkata, ‘Berikan kepadaku apa yang engkau bawa!’ Aku memberikan batu kecil tersebut kepada beliau. Lalu beliau melakukan hal yang sama terhadap batu tersebut, sehingga suatu tanda yang ada pada cincinya membekas pada batu tersebut.
“Kemudian aku mendatangi Imam Husain as. yang waktu itu tengah berada di Masjid Rasulullah Saw. Ia memanggilku dan mengucapkan selamat datang kepadaku, lalu berkata, ‘Dalil yang engkau inginkan ada padaku. Benarkah engkau menginginkan tanda kepemimpinanku?’ Aku menjawab, ‘Ya. Aku aku mengharapkannya.’ Beliau berkata, ‘Berikan kepadaku apa yang engkau bawa.’ Aku memberikan batu kecil yang aku bawa, lalu beliau memberikan tanda pada batu itu dengan cincinnya.
“Setelah Imam Husain as, aku mendatangi Imam Sajjad as. Waktu itu aku tua sekali dan umurku telah mencapai seratus tiga belas tahun. Beliau sibuk melakukan rukuk dan sujud, serta tidak perhatian denganku. Ketika itu, aku hampir putus asa untuk mendapatkan tanda kepemimpinan beliau. Tak lama kemudian, ia menunjukku dengan jari telunjuknya. Dengan isyarat tangan tersebut, aku kembali muda. Aku bertanya, ‘Wahai pemimpinku, seberapa lama dunia ini telah menghabiskan umurnya dan tinggal berapa lama lagi usianya?’ Beliau menjawab, ‘Mengenai masa lalu, ya. Sedangkan mengenai masa depan, tidak.’ Yakni, kami hanya mengetahui masa lalu, dan apa yang akan datang adalah hal yang ghaib, selain Allah tidak ada yang mengetahuinya dan tidak ada benarnya untuk kami katakan.
“Kemudian beliau berkata, ‘Berikan apa yang engkau bawa.’ Aku memberikan batu kecil itu kepadanya, lalu beliau melakukan hal yang sama dilakukan para Imam sebelumnya. Setelah beberapa lama, aku bertemu dengan Imam Baqir as., lalu beliau pun memberikan tanda pada batu kecil itu. Kemudian aku bertemu dengan Imam Shadiq as. dan beliau pun melakukan hal yang sama. Begitu juga yang dilakukan Imam Musa as., ketika aku menemuinya. Seetelah itu aku bertemu dengan Imam Ridha as. dan beliau juga melakukan sebagaimana para Imam sebelumnya.” Setelah itu, Hababah hanya hidup selama sembilan bulan.[36]
7. Qanwa binti Rasyid
Meski pribadi wanita ini tidak dibicarakan dalam berbagai kitab sejarah; baik dari kalangan Syiah maupun Ahli Sunnah–dengan kata lain, biografi wanita ini muhmal[37]—namun dengan melihat ketabahan ketika ayahnya ditawan dan dibunuh oleh ibnu Ziyad, kita dapat memahami betapa teguhnya keyakinan wanita ini. Ia memiliki kecintaan yang sangat besar terhadap Islam dan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as.
Abu Hayyan Bajali berkata, “Aku pernah bertanya kepada Qanwa binti Rasyid, ‘Hadis atau riwayat apakah yang telah engkau dengar dari ayahmu?’ Ia menjawab, ‘Ayahku menukil ucapan Imam Ali as., ‘Wahai Rasyid! Bagaimana kesabaranmu ketika anak angkat bani Umayah (Ibnu Ziyad) akan memanggilmu, lalu memotong kedua tangan dan kakimu serta lidahmu?’ Aku menjawab: ‘Apakah surga akan menjadi bagianku …?’ Beliau menjawab, ‘Wahai Rasyid! Engkau selalu bersamaku di dunia dan di akherat.’
Qanwa berkata, ‘Demi Allah, suatu hari Ibnu Ziyad memanggil ayahku. Lalu ia menyuruhnya membenci Imam Ali as. Tetapi, ia tidak mematuhinya. Ibnu Ziyad berkata, ‘Bagaimana Ali menceritakan seperti apa engkau akan mati?’ Ayahku menjawab, Kekasihku, Imam Ali, pernah bercerita kepadaku bahwa pada suatu hari engkau akan menyuruhku untuk membencinya, tetapi aku tidak melakukannya. Lalu, engkau akan memotong kedua tangan dan kaki serta lidahku.’ Ibnu Ziyad berkata, ‘Aku bersumpah akan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang telah diperkirakan Ali sebelumnya terhadapmu.’ Maka pada waktu itu juga, ia memerintahkan bawahannya memotong kedua tangan dan kakinya, lalu membiarkan lidahnya.’ Qanwa berkata, ‘Aku menggendong ayahku dan di jalan aku berkata, ‘Wahai ayahku! Apakah engkau merasakan sakit dan siksaan?’ Ia berkata, ‘Tidak. Aku hanya sedikit bersedih dari tekanan masyarakat kepadaku.’ Ketika aku menggendong ayahku keluar dari istana Ibnu Ziyad, orang-orang mengerumuni ayahku. Ayahku memanfaatkan kesempatan itu, lalu berkata, ‘Ambillah pena dan kertas, supaya aku dapat menyampaikan hadis untuk kalian.’ Ketika apa yang sedang dilakukan oleh ayahku diketahui oleh Ibnu Ziyad, ia memerintahkan bawahannya untuk memotong lidah ayahku. Lalu, pada malam harinya ayahku menjemput kesyahidan.”[38]
Peranan Para Wanita di Jaman Nabi Saw
Telah disebutkan bahwa peranan para wanita di jaman Imam Mahdi af. kelak sama seperti peranan para wanita di jaman Rasulullah Saw. Maka, ada baiknya jika kita menilik peranan mereka di jaman Rasulullah Saw. Dalam berbagai riwayat dijelaskan bahwa mereka bekerja mengobati orang-orang yang terluka serta merawat orang-orang yang sakit. Tampaknya tugas ini hanyalah beberapa contoh saja dari peranan mereka di jaman Nabi. Karena, mereka juga memiliki aktivitas lainnya yang juga akan dijalankan oleh para wanita di jaman Imam Mahdi af. nanti. Imam Shadiq as. berkata, “Pada jaman Imam Mahdi af, para wanita akan menjalankan berbagai tugas yang telah dilakukan di jaman Rasulullah Saw.”
Dalam berbagai peperangan di jaman Nabi Saw, para wanita melakukan berbagai tugas, seperti mengirimkan makanan kepada para prajurit Islam, memasak makanan, menjaga perangkat perang para prajurit, menyiapkan obat-obatan, mengirimkan bahan-bahan pokok, merawat dan memperbaiki persenjataan, memindahkan para korban perang, ikut serta dalam peperangan pertahanan, memberikan semangat kepada para prajurit untuk maju ke medan perang, memberikan semangat dalam pertempuran … dan lain sebagainya.
Karena Imam Shadiq as. telah menyerupakan para wanita pengikut Imam Mahdi af. di akhir jaman, seperti para wanita di jaman Rasulullah Saw., maka ada baiknya kita membahas aktivitas yang dilakukan para wanita di jaman beliau. Beberapa wanita yang pernah melakukan pekerjaan mulia itu adalah:
  • Ummu Athiyah. Ia pernah ikut serta dalam tujuh peperangan. Ia juga sering mengobati orang-orang yang terluka.[39] Ummu Athiyah pernah berkata, “Salah satu tugasku adalah menjaga perangkat perang para prajurit.”[40]
  • Ummu A’marah (Nasibah). Keberaniaannya yang sangat menakjubkan di perang Uhud membuat Rasulullah Saw. selalu memujinya.[41]
  • Ummu Abiyah. Ia adalah salah satu dari enam wanita yang pernah berangkat menuju benteng Khaibar. Rasulullah Saw. bertanya kepada mereka, “Atas perintah siapa kalian datang ke sini?” Ummu Abiyah berkata, “Karena kami melihat kemarahan yang nampak di wajah beliau, kami berkata: ‘Kami datang dengan membawa obat-obatan untuk mengobati orang-orang yang terluka.’ Lalu Rasulullah Saw. mengizinkan kami untuk tinggal di sana. Ummu Abiyah juga mengatakan, “Pekerjaan kami adalah mengobati orang-orang yang terluka dan menyiapkan makanan.”
  • Ummu Aiman. Ia aktif mengobati orang-orang yang terluka dalam peperangan.[42]
  • Hamannah. Ia bertugas mengantarkan air kepada orang-orang yang terluka lalu mengobati mereka. Ia telah kehilangan suami, dan saudaranya dalam medan pertempuran.[43]
  • Rabi’ah putri Ma’udz. Ia selalu mengobati orang-orang yang terluka.[44] Ia berkata, “Kami pergi ke medan perang bersama Rasulullah Saw. dan kami memindahkan para korban perang ke Madinah.”
  • Ummu Ziyad. Ia adalah salah seorang dari enam wanita yang pernah ikut serta dalam perang Khaibar.[45]
  • Ummayah binti Qais. Ia memeluk Islam setelah peristiwa hijrah. Ia berkata, “Aku bersama beberapa wanita Bani Gaffar mendatangi Rasulullah Saw. dan kami berkata, “Kami bersedia untuk membantu Anda dan pergi ke Khaibar untuk mengobati orang-orang yang terluka.” Kemudian dengan gembira Rasulullah Saw. bersabda, “Berangkatlah! Semoga Allah membantu kalian.”[46]
  • Layla Ghifariyah. Ia mengatakan, “Dahulu aku sering pergi ke medan perang bersama Rasulullah Saw. dan di sana aku mengobati orang-orang yang terluka.”[47]
  • Ummu Sulaim. Ia mengantarkan air untuk para prajurit di perang Uhud. Meskipun dalam keadaan hamil, ia tetap ikut dalam perang Hunain.[48]
  • Mu’adzah Ghifariyah. Ia merawat orang-orang yang sakit dan mengobati orang-orang yang terluka.[49]
  • Ummu Sanan Aslamiyah. Ketika ingin berangkat ke perang Khaibar, ia berkata kepada Rasulullah Saw., “Aku ingin pergi bersamamu dan mengobati orang-orang yang terluka di medan perang serta membantu para pejuang. Aku akan menjaga perangkat perang mereka dan mengantarkan air untuk mereka.” Rasulullah Saw bersabda: “Baiklah. Pergilah bersama istriku, Ummu Salamah.”[50]
  • Fatimah Zahra as. Muhammad bin Musalamah berkata, “Pada peristiwa perang Uhud, para wanita bertugas mencari air. Fatimah as. juga bersama mereka.[51] Para wanita memikul makanan di punggungnya, lalu mengobati orang-orang yang terluka dan memberikan air kepada mereka.”[52]
  • Ummu Sulaith. Umar bin Khattab berkata, “Ummu Sulaith sering membawakan air untuk kami di perang Uhud dan ia juga memperbaiki peralatan perang.”[53]
  • Nasibah. Ia pernah ikut serta dalam perang Uhud bersama suami dan kedua anaknya. Ia membawa air lalu memberikannya kepada para pejuang. Ketika perang menjadi semakin sengit, ia pun ikut berperang, sampai menanggung dua belas luka sayatan pedang.[54]
  • Anisah. Pada peristiwa perang Uhud, ia menghampiri Rasulullah Saw. dan berkata, “Wahai Rasulullah! Anakku, Abdullah bin Salamah, adalah pejuangmu di perang Badar dan kini ia telah gugur di perang Uhud. Aku ingin membawanya ke Madinah, lalu aku memakamkannya di sana supaya dekat dengan rumahku, sehingga aku dapat merasa tenang dengannya.” Rasulullah Saw. mengizinkannya. Ia membawa jenazah anaknya bersama satu lagi pria yang syahid, bernama Majdar bin Ziyad lalu melilitnya dengan suatu kain. Ia membawa mereka berdua ke Madinah dengan unta.[55]
Inilah peranan para wanita di jaman Rasulullah Saw. yang beliau pimpin sendiri. Mungkin bantuan yang dipersembahkan oleh para wanita tersebut dimaksudkan sebagai upaya pengerahan kekuatan militer seoptimal mungkin. Dengan tujuan tersebut para wanita di jaman Imam Mahdi af. akan menjalankan peran yang sama pula.
Pada jaman pemerintahan Imam Mahdi af. maupun sebelumnya, para wanita melakukan peran lainnya seperti: menyadarkan umat manusia akan bahaya Dajal.
Abu Sa’id Khudri berkata, “Setiap kali Dajal berniat menuju ke suatu tempat, sebelum ia sampai ke sana, seorang perempuan yang bernama Luaibah (Thayibah) datang ke tempat tersebut terlebih dahulu. Lalu berkata, ‘Dajal sedang mendatangi kalian! Jauhilah dia dan berhati-hatilah terhadap akibat perbuatannya!’”[56] (Hauzahmaya)
________________________________
[1] Itsbatul Hudat, hal. 496; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 279.
[2] Thusi, Ghaibah, hal. 274; Kasyful Ghummah, jil. 3, hal. 252; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 290.
[3] Kamaluddin, jil. 2, hal. 653; Thusi, Ghaibah, hal. 274; At Tahdzib, jil. 4, hal. 333; Maladzul Akhbar, jil. 7, hal. 174; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 285.
[4] Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 285.
[5] At Tahdzib, jil. 4, hal. 300; Ibnu Thawus, Iqbal, hal. 558; Kharaij, jil. 3, hal. 1159; Wasailus Syi’ah, jil 7, hal. 338; Biharul Anwar, jil. 98, hal. 34; Maladzul Akhyar, jil. 7, hal. 116.
[6] Thusi, Ghaibah, hal. 274; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 290.
[7] Al Mazhabul Bari’, jil. 1, hal. 194; Khatun Abadi, Arba’in, hal. 187; Wasailus Syia’ah, jil. 5, hal. 228; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 571; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 208.
[8] Al-Hawi lil Fatawa, jil. 2, hal. 68; Ihqaqul Haq, jil. 13, hal. 324.
[9] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 95, Aqdud Durar, hal. 145; Safarini, Lawaih, jil. 2, hal. 11; Ibnu Thawus, Malahim, hal. 64; Shiratul Mustaqim, jil. 2, hal. 262.
[10] Imam Baqir as. berkata kepada Abu Hamzah, “Seakan-akan aku melihat Qaim Ahlul Baitku yang sedang memasuki Najaf. Ketika ia sampai di tempat tertinggi di Najaf, ia mulai mengibarkan bendera Rasulullah Saw. Ketika bendera tersebut telah dikibarkan, turunlah para malaikat yang pernah mendampingi Rasulullah Saw. dalam perang Badar.” Ayyashi, Tafsir, jil. 1, hal. 103; Nu’mani, Ghaibah, hal. 308; Kamaluddin, jil. 2, hal. 672; Tafsir Burhan, jil. 1, hal. 209; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 326.
[11] Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 582; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 305.
[12] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 98; Ibnu Thawus, Malahim, hal. 68; Al Qaulul Mukhtasar, hal. 24;Yanabi’ul Mawaddah, hal. 435; As Syi’ah wa Ar-Raj’ah, jil. 1, hal. 210.
[13] Aqdud Durar, hal. 84 dan 149; Al Bayan, hal. 118; Hakim, Mustadrak, jil. 4, hal. 431; Ad Dur Al Mantsur, jil. 6, hal. 50; Nurul Absar, hal. 170; Ibnu Thawus, Malahim, hal. 142; Ihqaqul Haq, jil. 13, hal. 150.
[14] Al-Hawi lil Fatawa, jil. 2, hal. 68; Ihqaqul Haq, jil. 13, hal. 324.
[15] Kharaij, jil. 3, hal. 1169; Thusi, Ghaibah, hal. 368.
[16] Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 530.
[17] Aqdud Durar, jalaman 167.
[18] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 95; Ibnu Thawus, Malahim, hal. 64; Al Fatawa Al Hadisah, hal. 31;Al Qaulul Mukhtasar, hal. 23.
[19] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 83; Al Hawi lil Fatawa, jil. 2, hal. 67; Muttaqi Hindi, Burhan, hal. 118; Ibnu Thawus, Malahim, hal. 64.
[20] Qurtubi, Mukhtasar Tadzkirah, hal. 128; Ihqaqul Haq, jil. 13, hal. 260.
[21] Musnad Ahmad, jil. 2, hal. 76; Firdausul Akhbar, jil. 5, hal. 424; Majma’uz Zawaid, jil. 7, hal. 15.
[22] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 151.
[23] Firdausul Akhbar, jil. 5, hal. 515; Kanzul Ummal, jil. 14, hal. 338; At Tashrih, hal. 254.
[24] Ayashi, Tafsir, jil. 1, hal. 65; Nu’mani, Ghaibah, hal. 279.
[25] Dalailul Imamah, hal. 259; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 75.
[26] Bayanul A’imah, jil. 3, hal. 338.
[27] Rayahin As Syari’ah, jil. 5, hal. 153; Khasais Fathimiyah, hal. 343.
[28] Minhajud Dumu’, hal. 93.
[29] Tarikh Thabari, jil. 2, hal. 7; Halabi, Sirah, jil. 1, hal. 59.
[30] Abdur Razzaq, Mushannif, jil. 4, hal. 309; Al Ishabah, jil. 4, hal. 432.
[31] Tanqihul Maqam, jil. 3, hal. 70.
[32] Ibid, hal. 78.
[33] Usud Ghabah, jil. 5, hal. 481.
[34] Mu’jamu Riijal Al-Hadis, jil. 14, hal. 23, 108, dan 176; Rayahinus Syari’ah, jil. 3, hal. 281.
[35] Tanqihul Maqal, jil. 23, hal. 75.
[36] Kafi, jil. 1, hal. 346; Tanqihul Maqal, jil. 3, hal. 75 (cetakan lama).
[37] A’yanus Syi’ah, 32, hal. 6.
[38] Ikhtiyar Ma’rifat Rijal, hal. 75; Syarhu Hal Rasyid; Tanqihul Maqal, jil. 1, hal. 431 dan jil. 3, hal. 82; Mu’jam Rijalul Hadis, jil. 7, hal. 190; A’yanus Syi’ah, jil. 32, hal. 6; Safinatul Bihar, jil. 2, hal. 522; Rayahinus Syari’ah, jil. 5, hal. 40.
[39] Ibnu Awanah, Musnad, jil. 4, hal. 331.
[40] Waqidi, Maghazi, jil. 1, hal. 270.
[41] Kanzul Ummal, jil. 4, hal. 340.
[42] Al-Ishabah, jil. 4, hal. 433.
[43] Ibnu Sa’ad; Thabaqat, jil. 8, hal. 241.
[44] Usud Ghabah, jil. 5, hal. 451; Shahih Bukhari, jil. 14, hal. 168.
[45] Al-Ishabah, jil. 4, hal. 444.
[46] Usud Ghabah, jil. 5, hal. 405.
[47] Naqshe Zanan dar Jang, hal. 22.
[48] Ibnu Sa’ad, Al-Thabaqat, jil. 8, hal. 425.
[49] A’lamun Nisa’, jil. 5, hal. 61.
[50] Rayahinus Syari’ah, jil. 3, hal. 410.
[51] Waqidi, Maghazi, jil. 1, hal. 249.
[52] Waqidi, Maghazi, jil. 1, hal. 249.
[53] Shahih Bukhari, jil. 12, hal. 153.
[54] Waqidi, Maghazi, jil. 1, hal. 268.
[55] Usud Ghabah, jil. 5, hal. 406; Rujuk pula: Hujjatul Islam Muhammad Thabasi, Naqshe Zanan.
[56] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 151; Kanzul Ummal, jil. 14, hal. 602.
Dari buku Pemerintahan Imam Jaman
 sumber :http://www.taqrib.info/